Aksi marah - marahan Aidan, pada akhirnya tak berlangsung lama. Karena tak tahan dengan celotehan Attariq dan tak tega, akhirnya dia mulai bercerita dan memarahi Attariq.
Dia memang tak bisa jika dijauhkan dari sahabatnya yang satu ini. Karena, mereka berdua adalah kesayangan satu sama lain.
Devan yang melihat itu hanya geleng - geleng kepala. Mereka berdua seperti anak kembar berbeda cara pembuatan dan lahir.
"Tadi aja, diem. Sekarang, berisiknya kaya apa." Ucap Devan yang mendapatkan tatapan tajam dari kedua manusia itu.
"Ya suka - suka Aidan yang punya mulut lah." Kali ini Attariq membela Aidan, karena mereka baru saja berbaikan.
"Ya, bener tuh! Suka - suka abang tampan ini lah." Aidan menambahkan ucapan Attariq dengan gaya songong. Ingin sekali Devan memukul mereka berdua dengan balok kayu hingga berdarah.
"Ya,ya. Terserah." Devan akhirnya pergi dari hadapan mereka berdua.
Dan tinggallah makhluk sipit dengan kadar otak yang berfikir dengan Putus - putus.
"Lu ngapain bengong ?" tanya Attariq pada Rajidan yang dari tadi bengong.
"Itu, nyariin nyamuk biar bisa saya pelihara." Ucap Rajidan sebal. Sudah tau dia sedang bengong. Malah di tanya lagi!
"Dih kok lu yang sewot." Ucap Attariq sinis. Aidan hanya menggelengkan kepalanya.
"Udah - udah. Mending kita ke kantin aja! Perut abang kudu di kasih makan." Ucap Aidan dan segera menarik mereka berdua menuju kantin.
Sedangkan Devan, sedang menemui pacarnya yang mengajaknya bertemu di taman.
Devan berjalan dengan santai menuju taman, jarang sekali Beryl mengajaknya berduaan saja. Rejeki nomplok, mana mau dia tolak.
Sesampainya disana, Devan melihat Beryl sedang melempar - lempar batu yang ada disekitarnya, ke sembarang arah.
Devan mengerutkan keningnya, kenapa Beryl seperti marah atau mungkin kesal. Tapi, apa yang telah membuatnya marah saja, Devan tidak tahu.
"Oi pacar.." Devan menyapa Beryl dengan kerlingan nakalnya. Beryl hanya menunjukkan senyuman tipisnya.
"Devan, peluk.." ucap Beryl yang membuat Devan terkejut.
Tapi, dengan senang hati dia memeluk pacarnya yang cantik ini. Bahkan, sejam pun dia mau.
'Brukk'
Beryl memeluk Devan erat. Seakan - akan tak ingin melepaskan Devan barang sedetikpun. Beryl menghirup bau parfum khas Devan yang sangat maskulin. Sungguh! Dia sangat menyukai bau menenangkan ini.
Devan mengusap kepala Beryl pelan. Sesekali, dia juga mengecup puncak kepala Beryl dengan sayang.
"Kenapa?" Devan bertanya lembut pada Beryl. Tak ada lagi tatapan tajam yang biasanya ditunjukkan Devan pada teman-temannya.
Beryl hanya menggelengkan kepalanya, dan itu membuat Devan gemas dengan tingkah laku pacarnya ini.
Namun tiba-tiba ada saja halangan untuk kedua orang ini berpacaran. Seorang kakak kelas yang notabennya pernah mendekati Devan mendekat ke arah mereka berdua.
"Kalo mau pacaran, jangan disini kali. Ini sekolah, bukan taman." Ucapnya dengan nada sewot.
Beryl yang diketahui adalah titisan macan, dengan cepat menyambar seperti api yang membara. Walaupun ucapan kakak kelasnya betul.
"Loh, iri mba? Karena kemaren nembak pacar saya ga di terima. Pake mau lagi jadi selingkuhan." Celetuk Beryl pedas. Tak lupa nada toanya ia keluarkan agar masyarakat yang ingin tahu mendengar dengan jelas.
"Kok lo bahas-bahas masa lalu sih?" tanya perempuan itu sewot.
"Lah suka-suka dong. Lo mengkritik gue boleh, masa gue ngomong ke lo aja ga boleh?" tanya Beryl pada kakak kelasnya itu.
"Lagi pula kak, emang lo mau ajakan jadi selingkuhannya Devan?" tanya Beryl dengan senyuman miring.
Perempuan itu hanya diam tak berkutik. Malu saat sekelilingnya melihatnya dan menceritakannya secara diam-diam.
"Jadi selingkuhan ga bakalan aman, Kak." Ucap Beryl sambil tersenyum. Kali ini dengan tatapan simpati. Devan hanya diam saat melihat kedua perempuan ini beradu argumen.
Dan perempuan itupun pergi dari hadapan mereka saat itu juga.
"Udahkan? Ayo ke kantin. Gabung sama yang lain," Devan langsung berjalan ke depan sendiri meninggalkan Beryl yang tertinggal di belakang.
Ia sadar bahwa yang ia lakukan salah. Jadi ia takkan mengulanginya, untuk bermesraan di depan anak-anak murid lainnya.
Dan juga mereka masi berupa itik kecil diantar kerumunan ayam-ayam besar. Tak pantas rasanya. Begitulah perasaan Devan untuk sesaat.
***
Saat di kelas, Devan tak berhenti senyum. Bahkan, sebagian siswi membicarakan senyum menawannya itu.
"Heh! Kesambet setan mana kamu?" tanya Rajidan tiba - tiba. Dan Devan malah memberikannya senyuman manis.
"Astagfirullah. Bener - bener positip ni anak." Ucap Rajidan sambil geleng - geleng kepala lebay.
"Positif paan? Emang gua hamil." Devan menatap Rajidan kesal.
"Positif gila maksudnya. Gitu aja salah paham." Rajidan nyengir tak bersalah Sedangkan Devan menatapnya dengan tatapan mematikannya.
"Heh sipit! Cari mati emang ni anak." Devan hendak meninju Rajidan. Namun, suara guru menginterupsi mereka berdua.
"Itu abangnya, masih mau ngerumpi yaa?" salah satu guru kejam nan tegas menegur mereka. Reflek, Rajidan langsung duduk rapi dengan tangan di lipat ke meja.
Devan hanya terkekeh melihat sikap reflek sahabatnya ini.
"Ayo abang nya, masih mau ketawa ketiwi lagi? Iya?" tanya guru itu dengan logat jawanya. Dia bernama Bu Sarifah. Dan biasa di sapa dengan sebuatan BuSar.
"Ehh. Engga bu, maaf." Ucap Devan dengan tatapan bersalah. Sebenarnya, pura - pura bersalah.
"Aduh! Udah - udah. Wajah kamu makin ganteng kalo begitu. Nanti ibu ga kuat kalo berpaling dari kamu." Ini dia yang paling tidak di sukai murid - murid disini. Karena Bulin sangat genit dengan wajah - wajah abang gemes di sekolah ini.
Salah korbannya adalah Devan dan Aidan.
Karena kalau Rajidan, Bu Sarifah akan di ceramahinya habis - habisan.
Dan kalau Attariq, Bu Sarifah akan dijahilinya sampai Bulin kapok."Ye Bu, inget umur." Salah satu murid berceletuk. Karena kegenitan Bu Sarifah menghambat mereka mengerjakan soal.
"Wahhhh sontoloyo kamu ini yha!" Bu Sarifah berkacak pinggang.
"Mampus dah! Kelar idup abang."
****
Udah lama ga ngepost.
Btw sekarang The Somvlak ada di Joylada.
Kalian bisa check di joylada dengan judul The Somvlak ya!
Kemungkinan di sana aku bakalan rajin apdet.KHUSUS CHATNYA AJA YAAAA...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Somvlak
HumorRajidan, Badboy tapi Sorbanan. Aidan, Ketos tapi Anak Bunda. Tariq, Badan Sekuriti tapi Hati Hello Kitty. Devan, si Kulkas yang selalu kena masalah padahal gatau apa-apa. Motto; "Jangan sampai membuat Baba Jidan mengeluarkan kata-katanya..." #4...