Mobil itu terus melaju, sedangkan Devan berguling - guling di tanah luas penuh rerumputan. Terkejut melihat Rajidan benar - benar memikirkan keselamatannya matang - matang.
'Brukk'
"RAJIDAN GOBLOKKKK, KELUARR.." teriak Devan kuat sekali.
"RAJIDAAAAANNNNNN" teriakannya teredam dengan suara kuat yang menghantam suatu benda.
'Brakk'
"Rajidan.." lirih Devan melihat Mobil yang di kendarai Rajidan menabrak pohon besar.
Devan berdiri dan mencoba berlari mendekati Rajidan walaupun darah mulai mengucur melewati rongga hidungnya.
"RAJIDAN KELUARR.." teriaknya kuat, dan masih saja berlari sebisanya.
"BABA, KELUAR BA," teriaknya sekuat tenaga dan berjalan tergopoh - gopoh.
'Brukk'
Devan tak mampu lagi berlari, bahkan menahan berat badannya dia tak mampu lagi. Dia bersimpuh dengan lututnya dulu yang menyentuh tanah. Wajahnya berubah menjadi pucat. Banyak sekali darah yang keluar dari hidungnya.
"Ba, tunggu gua.." lirihnya masih mencoba bergerak mendekat. Namun pergerakannya seolah kaku dan mati rasa.
"Baba.." lirihnya, terakhir sekali, sebelum penglihatannya mengabur.
'Boomm'
Ledakan besar dan apipun mulai menyambar mobil yang dikendarai Rajidan. Devan melihatnya dalam penglihatannya yang hampir saja menggelap. Seseorang berhasil mengeluarkan sahabatnya dengan selamat.
Devan berusaha meraih mobil Rajidan, namun tak berselang lama, matanya tertutup sangat rapat. Dan perasaannya pun semakin lama semakin menghilang.
***
"Woi Ba, bangun napa."
"Gue tau lo lagi ngegombalin bidadari di sana, tapi gausah lama juga kali. Bagi-bagi!"
"Demen amat lo merem. Makin sipit sukur lu!"Serentetan celotehan Attariq menunggu Rajidan yang tak kunjung sadar juga. Dia bercerita seakan - akan Rajidan mendengarnya. Dia menangis, menangis melihat temannya dalam kondisi terpuruk seperti ini.
"Ba, lu tau engga. Papa lu datang, dia ngelus kepala lu lembut." Ucap Attariq sambil menatap Rajidan sendu.
"Gua pengen deh, di elus papa gua kaya gitu. Bukan ayah Rendra, bukan."
"Gua pengen yang ngelus gua tu, bapak Akmal. Yang selalu lu ledekin ke gua itu loh," ucap Attariq sambil terkekeh geli.
"Papa lu tuh, ganteng ya. Sipit gitu. Kaya artis korea yang Asta sering tonton. Li ming ho, gitu Ba. Tapi gua masih normal ya, jangan ngatain gua homo kalo lu bangun." Ucap Attariq sambil melipatkan kedua tangannya sebal.
'Cklek'
Pintu di buka secara perlahan. Seorang gadis masuk dengan ekspresi gugup dan takut. Attariq langsung melemparkan tatapan sinis kepadanya. Berani sekali dia menginjakkan kakinya kedalam ruangan Rajidan ini.
"Keluar." Ucapnya singkat.
"Tapi.." belum sempat gadis ini menjelaskan maksudnya, Attariq sudah menariknya keluar.
"Ga pantes aja seseorang yang nyelakain dua sahabat gue tiba-tiba datang pake wajah khawatir. Kalau mau nyari simpati, sana di medsos, di sini ga berguna!" Attariq berucap dengan nada yang sangat dingin. Seorang gadis yang tadinya menatapnya memohon kini menatapnya kecewa.
"Setidaknya gue bisa ngutarain alasan gue, Riq."
"Apapun alasan lo, emang bisa bikin mereka berdua balik ke keadaan semula? Kalau bisa, gue orang pertama yang nunggu alasan itu." Ucap Attariq bukan main tajamnya lagi. Gadis itu tak dapat berkata apa-apa lagi. Attariq benar-benar tak memberikannya ruang.
'Brukk'
Attariq mendorong gadis itu pelan, tapi karena dia tak siap, akhirnya tubuhnya pun tumbang ke tanah.
"Bahkan kalau lantai bisa ngomong, dia jijik sama tubuh lo."
'Brakk'
Attariq menutup keras pintu kamar ruangan Rajidan. Gadis tersebut hanya terisak di depan pintu kamar Rajidan, merasa menyesal. Sangat.
"Selanjutnya, lo yang bakal gue singkirin, Bapak Attariq yang terhormat."
***
"Udah lama kita ga dua-duan kaya begini." Ucap Attariq sambil menatap Aidan yang tengah membersihkan dahi Rajidan dengan telaten.
"Makanya, jangan sibuk pacaran terus lo, ampe gue ga di inget!" ucap Aidan sambil melempar selembar tisu pada Attariq.
"Bukannya lo yang pacaran tiba-tiba?" tanya Attariq langsung. Aidan yang tadinya tersenyum langsung terdiam tak berkutik.
"Santai. Gue tau, pasti ada alasan dibalik lo ga ngasih tau gue," Attariq menepuk pundak Aidan dengan penuh pengertian.
"Kapan-kapan, gue ceritain. Janji dah!" ucap Aidan sambil menaik turunkan alisnya. "Sok iya lu!" Attariq menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah konyol Aidan.
"Eh! Ayo, ke tempat Devan." Ajak Aidan pada Attariq yang tengah melihat-lihat isi handphone miliknya.
"Kita ini mau lihat Devan, atau mau lihat orang yang ngejaganya?" tanya Attariq jahil. Aidan mulai salah tingkah dibuatnya.
***
"Gue rasa, gue mau putus Dev, dari Aidan." Samar Aidan mendengar ucapan Denna pada Devan yang tengah memakan buah apelnya.
"Gila lo? Pacaran baru juga beberapa minggu." Devan menatap kakaknya dengan tatapan marah.
Marah karena kakaknya menyakiti sahabatnya, dan marah mengapa kakaknya begitu cepat mengambil keputusan.
"Gue ga bisa ngeliat dia terus-terusan di benci sama Attariq." Jelasnya dengan nada lirih.
"Ga nyangka, otak pinter kaya lo bisa goblok juga." Devan terkekeh saat mendengar ucapan dari Denna perihal alasan mengapa mereka berdua harus putus.
"Maksud lo apa?" tanya Denna marah.
"Attariq sama Aidan gak mungkin berantem sampe dua hari, Den. Apalagi sampe musuhan, itu gak mungkin banget." Devan berusaha meyakinkan kakaknya perihal apa yang terjadi pada Aidan dan Attariq.
"Mereka bakal berantem memang, tapi tiga jam habis itu langsung baikan." Jelas Devan lagi. "Tapi kalau lo punya yang lain, itu beda cerita lagi." Sambung Devan setelah memberikan beberapa jeda.
"Ngaco lo. Udah ah," Denna akhirnya berjalan menuju pintu ruangan Devan. Ingin menemui Rajidan dan melihat keadaannya.
'Cklek'
"Aidan!" teriak Denna kaget saat melihat ekspresi Aidan yang tak bisa dijelaskan bagaimana kecewa dan marahnya dia.
"Kamu, ngapain?" tanya Denna lagi.
"Mau jengukin Devan." Ucap Aidan singkat. Tak biasanya Aidan dan Denna berbicara dengan singkat.
"Masuk," ajak Denna dengan tatapan terkejut dan takut.
Akhirnya Attariq dan Aidan pun memasuki ruangan dengan tatapan canggung dan bingung.
"Lo, masih ada yang sakit?" tanya Aidan pada Devan yang bingung dengan ekspresi kaku Aidan.
Bersambung.
***
P.s sengaja typo yang lee min ukays.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Somvlak
HumorRajidan, Badboy tapi Sorbanan. Aidan, Ketos tapi Anak Bunda. Tariq, Badan Sekuriti tapi Hati Hello Kitty. Devan, si Kulkas yang selalu kena masalah padahal gatau apa-apa. Motto; "Jangan sampai membuat Baba Jidan mengeluarkan kata-katanya..." #4...