Zalwa POV
"Zal, kita putus ya?" ucap seorang pria tinggi bertubuh kekar dihadapanku ini.
"Putus?" ucapku.
"Hanya yang diatas, Zal. Yang maha mengubah-ubah perasaan," sambungnya.
"Salah gua apa? Bukannya kita bisa memperbaiki semuanya?" tanyaku untuk berusaha mempertahankan.
"Gua tau kok, gua punya banyak salah sama lu, terlalu sering berbohong, cemburu berlebihan, emosian, bahkan egois," jelasnya.
"Tapi, apakah selama lu berbuat kesalahan, gua meminta untuk menyelesaikan hubungan kita?" tanyaku lagi dan lagi.
Fajar meraih tanganku dan menatapku begitu lekat seolah-olah masih sangat menyayangiku. Padahal kenyataannya diriku sudah tau semua hal yang pernah dia lakukan.
"Zalwa, ini demi kebaikan kita, gua yakin kok kita bakal bisa lebih bahagia dari ini. Gua lagi ga pengen buat pacaran-pacaran. Percayalah."
"Hei, nggak ada yang baik-baik saja setelah mengusaikan hubungan kita."
"Sorry Zal, gua minta maaf banget. Kita harus putus," ucapnya lantas pergi meninggalkanku sendiri di meja cafe.
Hubungan selama 3 tahun yang selalu aku pertahankan, putus sia-sia. Fajar ninggalin aku hanya karena perempuan yang selalu ada buat dia. Iya, aku sama Fajar beda sekolah.
Selama setahun terakhir, Fajar selalu saja berkata bohong padaku. Rasanya aku terlalu bodoh untuk mempertahankannya selama itu.
♡♡♡♡♡
"Zalwa, makan dulu nak," ucap ibuku sembari menyiapkan sarapan di meja.
Namaku Zalwa Andriani, kata temen-temen sih aku pantang menyerah, gampang peka, juga mudah banget punya rasa kasihan.
Tapi, bukannya semua itu hal yang sudah sepatutnya? Iya kan?
Selesai sarapan pagi aku segera menuju ke sekolah. Aku siswi kelas 11 di SMA Merah Putih dan aktif di berbagai bidang ekstrakulikuler. Dari Videografi, Fotografi dan Digital Painting.
Jam menunjukan waktu istirahat aku sedang menunggu makanan dan Nadia datang.
"Tumben sekolah, udah move on lu?"
Ini temanku namanya Dion, si to the point dari SD sampe sekarang yang paling sering bikin aku badmood habis-habisan.
"Emang kalo belum, bisa nyusahin hidup lu?" Jawabku ketus.
"Ya iyalah, masa iya temen gua jones gini gua biarin."
Bu kantin datang sembari membawa semangkok bakso dan es teh manis di nampannya.
"Makasih ya bu," ucapku sembari tersenyum.
"Makan tuh yang banyak, biar ada tenaga buat move on," celetuk Dion seenak jidat.
Aku yang hendak mengigit bakso di garpu tidak sempat dan kesal dengan mulut temanku satu ini. Aku berdiri dan berkata,
KAMU SEDANG MEMBACA
☬SELENOPHILE☬
Teen Fiction"Jangan pernah mencoba untuk lenyap dari semesta, antariksa merindu dan bintang-bintang menangis tersedu." -Zalwa Andriani "Meski semestaku tak mampu menyimpan tangis, ada tiga hal yang tak mampu untuk kusembunyikan: matahari, bulan, dan perasaan." ...