Ponselku berdering dan pada layar tertera nama,
"Fajar?" Batinku.
Jam segini Fajar menelponku dan aku bingung untuk mengangkat telepon itu atau tidak.
"Udahlah Zal, move on ayo," batinku dalam hati.
Tanganku membiarkan ponselku terus berdering. Setelah hampir 10 menit, dia menyelesaikan maraton teleponnya. Namun beberapa detik kemudian, dia mengirim pesan.
Fajar 21.45
Lu masih marah ya sama gua? Gua minta maaf ya. Lusa mau pergi ga? Ada yang perlu gua jelasin ke lu.Aku hanya membaca tanpa perlu kubalas sepatah katapun. Aku berpikir,
"Sepertinya Fajar ingin kembali, lantas perempuan itu bagaimana? Nggak nggak nggak, aku gaboleh nerima Fajar lagi. Aku harus bisa buat lupain dia," batinku meyakinkan.
Malam mulai semakin larut dan aku segera melakukan ritual malamku seperti biasanya.
Keesokkan harinya saat jam istirahat aku dan Nadia pergi ke kantin. Aku cerita ke Nadia tentang telefon dan pesan dari Fajar semalam. Awalnya aku memilih untuk tidak bercerita, namun aku juga ingin sudut pandang lain.
"Nad, semalem Fajar nelfon gua berkali-kali, terus dia ngirim pesan kaya gini," aku menunjukan pesan singkat semalam dari Fajar.
"Udah gua duga sejak lu putus, ni anak bakal minta balikan sama lu."
"Apa harus ya, kasih kesempatan sekali lagi. Siapa tau dia bisa berubah dan menyesal sama perbuatannya."
Nadia memutar bola matanya dan ekspresinya berubah menjadi masam.
"Eh, Zalwa Andriani, cewek cantik yang pandai dan cerdas, tapi urusan hati langsung luluh. Detik ini juga gua larang lu balikan sama Fajar. Kalau sampai lu masih ngejar ataupun nungguin tu cowok, gua ga mau dengerin semua sambatan lu lagi okayyyyy. Lu paham? Ngerti? Masuk otak kan?"
"Tapi kan Nad . . ."
"Sssttt . . . , ga ada tapi-tapian. Stop bahas Fajar. Mending lu makan tu soto, keburu dingin, apalagi pura-pura bahagia butuh tenaga."
"Iyaaa, Nadia Anjani."
Pada saat aku makan, ponselku berbunyi dan terlihat pesan dari Fajar di layar lockscreen. Secepat kilat tangan Nadia meraih ponselku dan membaca pesan dari Fajar. Tanganku sepertinya kalah cepat dari Nadia.
Fajar 09.11
Gua tunggu besok di cafe Neon jam setengah 7 malem lantai 2."Zal, lu ga akan pergi nemuin Fajar kan besok?"
Aku mengernyitkan dahiku dan meraih ponselku untuk membaca pesan singkat dari Fajar.
"Ha? Serius ini anak mau nemuin gua?" Batinku dalam hati.
"Woy Zal, ngalamun mulu, lu beneran nggak akan nemuin Fajar kan?"
"Nggak Nad, lagian ngapain juga," jawabku sambil meminum es teh manis dihadapanku.
"Awas ae kalo lu ketemu sama itu manusia jahanam."
"Kak, maaf mengganggu, nanti sore ada kegiatan ekstra videografi kan? Kalo boleh tau jam berapa ya mulainya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
☬SELENOPHILE☬
Teen Fiction"Jangan pernah mencoba untuk lenyap dari semesta, antariksa merindu dan bintang-bintang menangis tersedu." -Zalwa Andriani "Meski semestaku tak mampu menyimpan tangis, ada tiga hal yang tak mampu untuk kusembunyikan: matahari, bulan, dan perasaan." ...