"Zal sakit. Kalo lagi ngobatin jangan pake emosi, gua juga yang kena."
"Iya-iya maaf," ucap Zalwa sembari meniup dahi Daniel.
Daniel melihat muka Zalwa yang tampak sangat kesal. Saking masamnya ekspresi Zalwa, Daniel pun tersenyum menatapnya.
"Lu ngapain sih ngeliatin gua sampai segitunya?"
"Gapapa kok," ujar Daniel dan langsung mengalihkan pandangannya.
Zalwa menyelesaikan perban Daniel. Setelah selesai Zalwa kembali duduk di kursi.
"Kenapa sih itu mantan masih ngurusin gua?"
"Udahlah Zal, biarin aja, ntar juga capek sendiri."
"Biarin aja? Lu kira gua tega apa, liat lu babak belur kek gini?"
Daniel menggaruk belakang kepalanya karena ia tidak tau harus berkata apa.
"Gini aja deh, kamu ga usah temuin dia lagi, takutnya ntar lu di apa-apain lagi sama dia."
"Huftt, iya juga sih."
Selepas dari rumah Daniel, Zalwa pulang ke rumah. Ia hanya sempat untuk mandi dan berganti baju langsung pergi menuju kafe Neon.
"Mas Gibran?"
"Wey, Zalwa."
"Seperti biasa ya, satu."
"Siapp."
Zalwa langsung mencari tempat duduk untuk menunggu pesanannya.
Zalwa 18.43
Gua tunggu lu di Kafe Neon sekarang, ada hal penting yang mau gua omongin ke lu.Fajar 18.45
Okee.Mas Gibran datang dengan secangkir Green tea latte di atas nampan.
"Tumben lu sendiri. Ga sama Nadia?"
"Emmm Nadia lagi sibuk soalnya. Makasih ya mas."
"Oalahh Oke."
Zalwa mencoba untuk tidak memikirkan ucapan Daniel yang berpikiran bahwa Fajar akan melakukan hal buruk ke Zalwa. Sekitar 10 menit kemudian, Fajar tiba di kafe Neon dan segera menghampiri Zalwa.
"Hai," sapa Fajar dan mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Namun Zalwa tidak menanggapi uluran tangan dari Fajar untuk bersalaman. Justru Zalwa memaksa Fajar untuk segera duduk.
"Duduk lo sekarang."
Fajar mengikuti permintaan Zalwa.
"Gua mau tanya satu hal sama lu, tolong jawab jujur. Kenapa lu berantem sama Daniel ? Bahkan lu sampai bikin dia babak belur. Lu gila ya?"
"Zal."
"Jawab jujur, sejujur-jujurnya."
"Oke gua jawab jujur. Iya, gua emang balas dendam sama Daniel. Karena gua sayang sama lu Zal. Gua nyesel pernah ninggalin lu. Gua pengen kita balik lagi kaya dulu."
Zalwa menyingkirkan cangkir di hadapannya.
"Balas dendam itu perpaduan ego dan emosi."
Zalwa mengepal kedua tangannya dan meletakkan di atas meja. Ia membuka kepalan tangan kanan dulu baru tangan kiri.
"Ketika sebuah ego dan emosi kamu manifestasikan menjadi sebuah rasa sayang, semuanya akan hancur secara perlahan," jelasnya.
Fajar menatap kedua mata Zalwa dengan sangat lekat. Kedua tangannya perlahan meraih jari jemari Zalwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
☬SELENOPHILE☬
Teen Fiction"Jangan pernah mencoba untuk lenyap dari semesta, antariksa merindu dan bintang-bintang menangis tersedu." -Zalwa Andriani "Meski semestaku tak mampu menyimpan tangis, ada tiga hal yang tak mampu untuk kusembunyikan: matahari, bulan, dan perasaan." ...