Zalwa POV
"Daniel."
"Kak Zalwa. Kok di luar kelas? Nggak KBM?"
"Iya ada, cuma tadi udah izin sama guru biar bisa keluar kelas," jawabku dengan sedikit tertawa.
Aku menyodorkan bungkusan plastik berwarna putih yang kubawa untuk Daniel.
"Nih buat lu," ujarku.
"Minum sama roti? Lu kepikiran apa bawain beginian? Lu kesambet ya?"
"Yeuuu, bukannya bilang makasih malah di ejek. Lagian yang harusnya dihukum kan gua," ucapku sedikit kesal.
"Ya uda iya, makasih kak cantik," ucapnya sambil mengacak-acak puncak kepalaku.
Aku dan Daniel duduk di gazebo taman. Aku menatap Daniel yang sangat lahap menyantap roti yang aku beri.
"Sorry ya, gua harus buat lu dihukum kaya gini. Kan biasanya cuma dicatat point doang. Taunya malah lu dapet hukuman. Apalagi luka di dahi lu belum sembuh," ujarku sedikit bersalah.
"Udah gapapa, lagian juga ga bikin gua sakit. Oh iya nanti pas istirahat temenin gua buat ganti perban ya di poliklinik."
"Lhah bukannya masih baru ya, kan harusnya tadi pagi kamu udah ganti."
"Iyaaa, tapi kata nyokap harus diganti kena keringat, apalagi banyak gini."
"Mending sekarang daripada nunggu istirahat. Lagian udah ada yang jaga jam segini."
"Bentar gua abisin dulu makannya."
Setelah Daniel selesai melahap makanan dan minumnya, aku menemaninya ke poliklinik untuk mengganti perban.
"Assalamualaikum mbak Farah," ucapku sambil membuka pintu poli.
"Waalaikumsalam," jawab mbak Farah.
Aku menyuruh Daniel duduk di kursi.
"Kenapa Zal?" Tanya mbak Farah
"Minta tolong buat gantiin perbannya dia nih. Bisa kan?"
"Iya bisa, kamu lepasin dulu tuh, tak ambilkan perban yang baru."
Aku melepas perban di dahi Daniel pelan-pelan. Setelah terlepas, mbak Farah memberiku kapas dan pembersih untuk membersihkan sekeliling luka Daniel.
"Kok bisa sampe gitu sih, emang kamu habis ngapain?"
"Biasa mbak, anak gini mah hobinya kadang berantem."
"Apaan sih, awww."
"Makanya diem jan gerak dulu, kena kan sakit," jelasku.
Setelah selesai, mbak Farah memberi perban yang baru. Dia memasangnya di dahi Daniel dan aku membantu memberikan plester perban.
"Udah selesai. Mau balik ke kelas sekarang?"
"Iyalah, ntar gua ketinggalan pelajaran yang lain."
"Makasih mba Farah."
Aku dan Daniel keluar dari poliklinik.
"Emmm aku mau balik ke kelas ya, izinku ga bisa lama-lama soalnya."
"Ya uda sekarang lu balik aja. Sekali lagi makasih ya."
"Oke, aku balik dulu."
Aku kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran lagi. Namun langkahku terhenti di sebuah lorong menuju kelas.
"Itu kan cowok yang rambutnya bagus di perpus."
Aku berusaha mengikutinya dan nggak boleh lagi kehilangan jejak. Menyusuri lorong-lorong sekolah dan
KAMU SEDANG MEMBACA
☬SELENOPHILE☬
Teen Fiction"Jangan pernah mencoba untuk lenyap dari semesta, antariksa merindu dan bintang-bintang menangis tersedu." -Zalwa Andriani "Meski semestaku tak mampu menyimpan tangis, ada tiga hal yang tak mampu untuk kusembunyikan: matahari, bulan, dan perasaan." ...