Prolog

541 47 13
                                    

Aku tengah menyeruput secangkir white coffe dengan tenang. Sebuah kartu mungil berwarna merah berada pada genggamanku. Kupandangi kartu itu seraya menimbang-nimbang sesuatu. Dan kualihkan pandanganku ke arah jalanan Oxford yang selalu ramai.

Cuaca hari ini sedang tidak mendukung. Di luar salju turun dengan derasnya. Terlihat segerombolan orang tengah menyusuri jalanan Oxford seraya mengenakan payung, ada juga yang memakai jas hujan.

Namun ada satu yang menarik perhatianku. Lelaki yang tengah berlari menuju sebrang jalan, dan berhenti tepat di depan sebuah butik. Pakaiannya sudah basah oleh salju. Lelaki itu sepertinya kedinginan, sangat jelas dari ekspresinya. Giginya yang gemeletukan sudah menandakan ia segera membutuhkan kehangatan. Berkali-kali ia mengusapkan kedua telapak tangannya bersamaan, berusaha mengusir hawa dingin yang mulai menyergapi seluruh tubuhnya. Kepulan asap dingin juga tak henti-hentinya memgepul tiap kali dirinya menghembuakan napas.

Aku telah menyipitkan mata agar jelas penglihatanku. Sial! Tapi, sepertinya indra kepekaan lelaki itu sangat kuat. Merasa diperhatikan, ia-pun menoleh. Dan mendapati sosok diriku yang tengah memperhatikannya. Seketika manik mata kita bertemu untuk beberapa saat. Akupun terpaku dengan tatapan lelaki itu. Bukan, bukan karena terpesona. Namun itu karena aku malu ketahuan memperhatikannya sejak tadi. Aku memang gitu, bawaan lahir yang diturunkan oleh sang Mama. Entah mengapa kalau malu pipiku tak memerah sedikitpun, melainkan aku akan mematung bagaikan manekin bodoh yang menunggu untuk disadarkan.

Lelaki itu memutuskan untuk menyebrang menuju cafe tempatku berada. Kenapa ia menghampiriku? Em..aku tak tahu. Aku yang menyadari itu langsung menyeruput coffe-ku dengan cepat. Kupasang lagi topiku dan tunggu, sepertinya ada kacamata di sling bag-ku. Aku pakai saja. Memang aneh, saat salju begini. Di dalam ruangan pula, aku harus mengenakan atribut yang sangat tidak cocok seperti seorang badut bodoh saja. Namun, harus bagaimana lagi? Aku sudah terlanjur malu karena kepergok meperhatikan-nya.

Kriingg..  lonceng tua itu telah bersuara. Menandakan ada pelanggan masuk. Benar saja sesosok lelaki bertubuh jangkung tengah memasuki cafe seraya membersihkan jas-nya dari salju.

Lelaki itu tengah mengedarkan pandangannya pada seluruh isi cafe. Mencari keberadaan seseorang. Sepertinya ia mencariku. Ketemu! Dihampirinya  diriku yang tengah mnyeruput coffe sambil memandang ke arah jalanan Oxford. Penampilannya aneh. Lelaki itu heran, sepertinya tadi gadis itu tidak berpenampilan seperti itu?

"Halo nona"

Hoho! Aku datang lagi nih :vv nggak ada yang kangen sama aku? *enggak. Eh aku datang sambil bawa cerita baru lho :vv sebelumnya maaf, cerita "Gerhana Matahari" aku unpublish soalnya buntu. Gak tahu kelanjutannya, cerita itu emang gak ke konsep jadi maaf  :v yang pasti ini gak kalah seru kok terus kekonsep :v oh iya aku mau curhat nih :vv hapeku sakit :'v gws ya hape :vv oh iya baca ya cerita temenku salsabilaafkr judulnya "Answer" dijamin seru soalnya castnya pake nama planet :vv oke sampai sini ya :) jangan lupa vote dan comment-nya ;) salam cantik :**

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang