Waktu terus berjalan. Terhitung sudah dua puluh menit sejak Key mengirim pesan kepada Ken untuk menghampirinya. Perempuan itu sudah bosan menunggu. Mau marah? Tidak, dia tidak akan marah. Kesal? Iya, sudah pasti.
Sementara di sisi lain seorang lelaki tengah melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Ia berusaha agar tiba di butik secepat mungkin.
Alunan musik rock bergema ke seluruh isi mobil. Menemani pengemudi melajukan mobilnya.
Key pov
Aku masih baru di sini. Tapi kenapa aku harus bertemu lelaki menyebalkan itu? Ia selalu membuatku bahagia di awal, dan ujungnya pasti menipuku. Apa saat ini ia juga begitu? Aku tak tahu.
Yang aku tahu, sekarang ada seorang cewek yang tengah menenteng dua kantong belanjaan di tangan kirinya dan sebuah ponsel di tangan kanannya. Tapi ia belum membayarnya, seseorang yang akan membayar telah menghilang entah kemana.
Saat aku mulai bosan. Terdengar suara mobil. Aku yakin itu pasti dia.
Dan ternyata benar. Seorang lelaki tampan berjas hitam telah muncul dari mobil itu. Cool, tapi sayang dia menyebalkan.
Astaga, kenapa tampangnya jadi kisut gitu? Apa tadi ia terkena masalah? Aku tak tahu, dan aku tidak peduli.
"Maaf, aku lupa kalau kita sedang bersama" ujarnya polos. Astaga, apa dia tidak menyadari kesalahannya?
"Hmm, jelas kamu lupa. Kan aku bukan siapa-siapa kamu" jawabku sinis. Hanya itu yang bisa kukatakan. Karena kalau aku marah, aku tidak bisa. Aku sadar pasti dia mendapat urusan mendadak tadi.
"Aku...habis diputusin" ujarnya lirih. Aku tidak terlalu mendengarkan karena itu sangat lirih. Tapi tunggu, putus?
"Putus?"
"Iya, maafin aku ya" lagi-lagi ia melontarkan kalimat itu.
"Iya"
"Makasih. Ngomong-ngomong kamu belanja ini semua?" tanya-nya tidak percaya. Aku hanya mengangguk seraya tersenyum.
Aku menahan geli di perutku. Pasti dia tidak menyangka aku belanja sebanyak ini. Aku tidak peduli, salah sendiri sudah meninggalkanku."Ya sudah ayo kita bayar" ujarnya seraya menggandeng tanganku. Lembut, biarkan seperti ini saja sampai besok kalau bisa.
Setelah selesai membayar ia menuntunku untuk segera memasuki sebuah mobil sedan putihnya. Pintu mobil telah terbuka. Bukan aku yang membukanya, melainkan dia. Dia membukakan pintu untukku. Aku merasa bak seorang putri yang sedang dibukakan pintu kereta kencana oleh pangeran berkuda putih. Sayangnya dia adalah pangeran menyebalkan yang dikirim untuk merusak moodku hari ini.
♥♥♥
Mobil telah melaju meninggalkan Oxford Street menuju hotel tempat kami menginap. Tapi tunggu, itu kan hotelnya. Kenapa dilewatin? Mau dibawa kemana aku ini?
"Hmmm...kita mau kemana" tanyaku ragu. Aku takut dia emosi. Maklumlah habis putus cinta. Memang sakit, beneran. Aku pernah merasakannya, dan itu sangat bikin aku sakit.
"Kita makan, aku tahu kamu belum makan" ujarnya tanpa menoleh ke arahku.
"Huh" aku mendengus lega.
Kami telah melewati Sungai Thames yang membelah Kota London. Sungguh keren, aku sampai cengo melihatnya. Hei, itu London Eye kan? Aku ingin pergi ke sana, sekarang.
"Itu London Eye kan?" tanyaku padanya yang sedang asyik mengemudi seraya menunjuk sebuah Kincir Raksasa yang menjulang tinggi tidak kauh dari Sungai Thamsen. Kincir itu menakjubkan.
"Hmm" ia hanya bergumam. Itu kuanggap jawaban iya.
"Emm...boleh kita ke sana sekarang?" tanyaku ragu, barangkali ia berbaik hati mau mengantarkanku ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
RomanceMemang benar kata orang bahwa cinta datang tanpa disangka. Siapa yang menyangka jika sebuah taksi bisa mempertemukan dua anak manusia. Mereka adalah Ken dan Key. Key terpaksa menjalani hari-harinya bersama Ken karena kecerobohannya. Dan karena hal i...