5

9.5K 492 7
                                    

Lion POV

Kejadian kemarin membuatku bertanya-tanya. Kenapa Leena tampak begitu akrab dengan pria yang baru dikenalnya. Bahkan aku bisa menangkap semburat malu bercampur kesal di wajahnya, sebaliknya pria itu menikmati, tertawa, dan bersikap ramah. Aku sempat menanyakan apa hubungan mereka saat pulang kemarin, namun jawabannya membuatku tercengang. Mereka baru saling mengenal tapi melihat tingkahnya wanita itu justru sangat santai dan nyaman. Sebaliknya denganku...berbeda.

Berjam-jam aku melamun di teras rumah memperhatikan wanita itu tengah menyiram tanaman bunga-bunga yang tumbuh di sekitar halaman rumah.

Aku memperhatikannya, Kaos kebesaran, celana training, kaca mata bundar, rambut dicepol berantakan, sandal jepit. Orang pasti menilainya ke dalam salah satu cewek nerd, termasuk aku. Ia memiliki kulit putih mulus dan rambut lurus, bisa menjadi point plus di mata pria, termasuk...aku.

Tunggu...apa aku mulai mengaguminya. Aku tersenyum sendiri memikirkannya.

"Kenapa"

Sapaan Leena menyadarkan ku. Ia sudah berdiri di dekat ku. Wajah bingungnya tampak sedikit menggemaskan dan lucu.

Aku menggeleng keras menghilangkan pikiran aneh yang mulai bersarang liar di kepala ku.

"Tidak"

Kerutan didahinya semakin dalam, tapi ia tak berniat bertanya lebih lanjut. Ia masuk tanpa menghiraukan ku lagi. Merasa diabaikan, aku mengikutinya berjalan ke dapur menyiapkan makan malamnya mengingat hari sudah menjelang sore.

"Mau masak apa?" tanyaku basa-basi

"Goreng nasi"

"Apa hanya itu yang kau makan setiap hari?" selama tinggal denganku ia lebih sering memasak nasi goreng, tentu untuk dirinya sendiri tanpa menawari ku sekali pun.

"Ya"

"Ada sawi, kol, gubis, kangkung, bayam, dan lainnya. Kau tak berniat mengolah mereka?"

"Nggak, malas"

"Malas?" aku duduk mengamatinya yang sedang mencampur bahan dan bumbu-bumbu masakan.

"Ya"

Jawaban singkatnya membuatku sedikit kesal. "Buat kan aku juga" perintah ku ketus. Moodku cepat buruk jika berhadapan dengannya.

Ia menoleh memandang ku takut. Ragu-ragu ia mengangguk lalu mengambil sepiring nasi lagi dari rice cooker. Dalam 10 menit masakan sudah dihidangkan.

"Makanlah disini!" nada bicaraku masih sama, ketus dan datar

"Tidak, aku..."

Mendengar jawaban tidak, mataku menatapnya tajam artinya aku sedang tidak ingin menerima bantahan. Mengerti maksudku ia menurut pasrah. Kami makan dalam keadaan hening, berada dalam pikiran masing-masing. Niatku untuk mencoba beramah-tamah lenyap sudah.

Setelah makanan ku habis aku mencucinya lalu beranjak pergi. Sebelum itu aku mengatakan bahwa ia sudah mendapatkan pekerjaannya dan mulai bekerja besok. Tadi pagi Febry mengabariku. Tanpa menunggu jawabannya aku pergi menuju kamar. Entahlah apa yang sedang ku pikirkan. Caranya menanggapiku jauh berbeda dari ekspetasiku dan itu membuatku kesal. Mengingat caranya berinteraksi dengan pria lain membuatku kesal. Dan aku semakin bingung dengan diriku kenapa dengan hal sepele aku langsung kesal. Sudahlah, sebaiknya aku sholat dan tidur.

*****

Leena POV

Hari ini aku dan Lion berangkat kerja bersama. Seperti janjinya semalam, ia akan mengantarku ke tempat dimana aku akan bekerja. Hanya kesunyian yang menemani sepanjang perjalanan. Lion fokus mengemudi, sedang aku menikmati pemandangan di luar. Sejujurnya baru kali ini aku melihat kota Jakarta. Meskipun pernah tinggal disini, aku tak pernah menikmati waktu luang meski hanya sekedar jalan-jalan. Aku tak mengenal kota ini. Ini pertama kalinya aku melihat kota ini. Ralat, kedua kalinya dan itu 2 hari yang lalu bersama Lion.

I Fell...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang