12

8.9K 476 7
                                    

Lion POV

Ibu memijat pelipisnya. Kejutan hari ini menguras banyak tenaga. Kami mendekat setelah membereskan barang-barang kami menjadi satu ruangan. Kami memutuskan tidur di kamar yang ditempati Leena. Sekarang kami tidak hanya berbagi rumah, tapi juga berbagi tempat tidur. Hal ini membuat ku gila. Aku tak pernah memprediksikan kedatangan orang tuaku.

Rumah ini memiliki 3 kamar yaitu 2 kamar utama di atas dan 1 kamar tamu. Aku sengaja tak memiliki seorang pembantu pun karena aku tidak suka orang asing mengurus rumah ku dalam artian tidak memiliki hubungan khusus.

Aku tak menyangka beliau memilih tidur di kamar atas. Alasannya tak masuk akal. Aku tak perlu menjelaskannya bukan, kalian pikirkan saja sendiri. Yang pasti mengenai proses pembuatan anak. Beliau memperlakukan kami layaknya anak kecil, setiap detik diawasi. Gila.

Kami sedang menikmati makan malam. Leena tampak lesu dan tak bernafsu makan. Aku menyikut lengannya, memerintahkan nya menghabiskan makanan tersebut. Meski enggan, dia menurut. Sedari tadi wajahnya muram.

"Ini" ibu menyodorkan segelas air berwarna. Aku tak tau itu jenis minuman apa. "Minum!"

Setelah menyuapkan sendok terakhir, aku mengambil ragu minuman tersebut. Sebelum meminumnya aku menghirup baunya terlebih dahulu. Aku bergidik ngeri. "Apa ini buk?"

"Jamu kuat"

Leena tersedak. Aku meletakkan sekenanya lalu menyodorkan gelas bekas minum ku padanya, mengusap pelan pundaknya. Leena melemparkan tatapan memohon padaku.

"Ibuk, Leena masih sakit harus banyak istirahat. Lain kali ya buk" aku berusaha memberi pengertian.

Ibu menimang sejenak ucapanku dan akhirnya mengangguk pasrah. Kami bernafas lega.

"Ya sudah, kamu ajak istri kamu ke kamar. Mukanya pucet gitu"

Tanpa menimpali perkataan ibu, aku langsung menuntun Leena ke kamar.

Kami setengah berbaring di atas tempat tidur, menyandarkan kepala di sisi tempat tidur. Sesaat kami berada dalam pikiran masing-masing. Suasana canggung sangat terasa.

"Kak?"

"Hmm?"

"Aku..."

"Udah gak usah dipikirin dulu. Besok aja. Istirahat dulu" ujar ku lembut.

Leena menatap ku sendu. "Oke"

Aku segera mematikan lampu. Karena kelelahan kami cepat terlelap, tidur saling membelakangi. Sepertinya kami sama-sama belum siap berada dalam satu ranjang. Aku terjebak dalam permainanku sendiri.

*****

Leena POV

Lion mengajakku jalan-jalan di taman sekitar rumah.

"Maaf, semuanya jadi runyam" kata Lion memecah keheningan

"Terus gimana selanjutnya?"

"Sementara jalani aja dulu"

"Mmmm..." aku tersenyum getir. "Boleh nanyak?"

"Ya silakan"

"Kenapa kalian cerai?"

"Owh...orang tua kami tidak merestui hubungan kami. Karena ego kami terlalu tinggi, terpaksa kami melakukan nikah siri diam-diam. Tapi nasib berkata lain. Kami kira semuanya akan baik-baik saja, ternyata tidak. Sampai usia pernikahan ke 3 tahun kami belum dikaruniai anak, pertengkaran selalu terjadi, ditambah lagi masalah ekonomi. Febry memang tipe wanita sosialita, aku tidak sanggup membiayai hidupnya. Saat itu jabatan ku juga masih rendah. Ntah bagaimana ceritanya orang tua kami tau keberadaan kami dan murka. Kami terpaksa bercerai dengan satu perjanjian, kami akan kembali menikah setelah keadaan membaik"

I Fell...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang