8

8.8K 480 2
                                    

Leena POV

Hari ini hari pertama kafe ini resmi dibuka. Berhubung hari ini hari sabtu, kantor juga libur, aku, Jery, dan Ina bekerja full time di kafe. Khusus sabtu minggu aku dan Jery menjalankan profesi sebagai waiters, sedangkan di hari aktif kerja kami bekerja part time. Lalu Ina, karena belum memiliki kerja tetap ia bekerja full time. Untungnya kafe ini rame pada jam-jam orang pulang kantor atau mengakhiri aktifitasnya di sore hari.

Karena hari pertama kami kerja ekstra. Para pelanggan tak hentinya berdatangan, bahkan nyaris tak ada meja kosong. Pemilik kafe Lion dan Boy juga ikut andil melayani para pelanggan. Tak lupa juga kak Febry ikut meramaikan dan membantu pekerjaan kami. Kami benar-benar kelelahan.

"Akhirnya selesai juga" Ina menjatuhkan dirinya duduk di salah satu meja yang baru saja selesai ia bersihkan. Meletakkan kepalanya di atas meja.

Aku dan Jery menghampiri Ina dan duduk disana, Jery menyandarkan tubuhnya ke kursi, sedang aku meletakkan kepalaku di bahunya.

"Capek banget" keluhku

Jery mengangguk kecil. Kedua mata sipitnya tampak semakin sipit karena menahan kantuk. Kepalanya kini bertumpu di atas kepalaku.

Aku melirik sekilas ke arah bartender yang berapa tak jauh dari kursi yang ku duduki. Disana Lion tengah memijat pundak Febry meskipun wajahnya tak kalah kusut akibat kelelahan. Febry duduk di kursi kasir, sedangkan Lion bersandar pada meja kasir. Dan yang ku tau tadi Boy setelah membalikkan papan bertulis kan open menjadi close, ia masuk ke kantor berukuran kecil yang berada dekat dengan pintu dapur. Mungkin ia tidur.

Tenggorokanku terasa kering, perutku juga terasa lapar. Ku lihat Ina telah tidur, kurasakan nafas Jery juga sangat tenang dan teratur, aku yakin dia juga tidur. Pelan-pelan ku singkirkan kepalanya. Aku bangkit menuju dapur, semoga ada makanan sisa, batinku. Dan sialnya harapan ku pupus sudah. Tak ada apa pun di dapur kulkas kecuali bahan-bahan mentah.

Aku mendesah pasrah. Aku malas masak apa pun saat menahan tubuhku saja sudah sangat melelahkan. Tubuhku juga lengket dengan keringat. Aku ingin cepat pulang, mandi, lalu tidur. Seandainya ada pintu Doraemon.

"Laper?"

Aku terperanjat tanpa menoleh. Tubuhku memegang. Aku sangat mengenal pemilik suara itu. Ku rasakan hembusan nafasnya sangat dekat, tubuhnya menempel dengan tubuhku tak menyisakan jarak.

"Kau sangat gugup" bisiknya tepat ditelingaku

Tubuhku membeku, nafasku tertahan, lalu jantungku? Kurasa wajahku juga memucat. Apa aku akan mati? Ini interaksi paling intim yang pernah kulakukan dengan seorang pria. Perasaan ini, reaksi tubuhku, ini pertama kalinya bagiku. Apa aku baik-baik saja? Pintu kulkas masih setia terbuka, hawa dingin dari sana sedikit membantu mendinginkan tubuhku yang mulai memanas.

"Kau benar-benar gugup" goda Lion

Aku menoleh. Tanpa ku sangka pandanganku langsung disuguhkan dengan wajah Lion. Kami sangat dekat. Lion tersenyum, kemudian terkekeh geli. Jelas-jelas ia tengah menggodaku dan bermain-main denganku. Seperti pria pada umumnya, ekspresiku bagaikan bahan lelucon. Sebisa mungkin aku mengontrol diriku, mengalihkan pandanganku ke bawah, menggigit bibirku keras-keras. Memalukan. Aku mempermalukan diriku lagi. Kenapa reaksi ini begitu berlebihan?

Aku bergeser, menempatkan diriku berada tepat di hadapannya, menunduk menyembunyikan semburat merah di wajahku. "Permisi!" gumamku, namun Lion dapat mendengarnya. Tawanya menghilang, diganti seutas senyuman disana. Aku meliriknya sekali lalu menunduk lagi.

"Kalau lagi ngomong liat orangnya bukannya malah nunduk gini"

Lion menempelkan jari telunjuknya di dahiku lalu menekannya ke belakang. Otomatis aku mendongak. Aku semakin menggigit bibirku, mengalihkan pandanganku ke bawah. Lion tersenyum lagi.

I Fell...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang