10

9.8K 590 23
                                    

Lion POV

Tok tok tok

Aku mengetuk pintu kamar Leena. Tak menunggu lama wanita itu muncul bersamaan dengan mukena putih yang masih membalut tubuhnya. Aku menyukai pemandangan ini lalu tersenyum lebar. Leena menggigit bibir menanyakan maksud keberadaan ku melalui tatapannya.

"Udah selesai?"

Ia mengangguk.

"Ayo turun" ia mengernyit dahi, wajah bingungnya menambah kesan polos dan kekanakan. Aku tertawa kecil. "Ayo masak" tambahku

"Gak bisa masak" sahutnya ragu

"Masak bareng"

Leena menimang-nimang ajakanku. Aku menunggu, memperhatikan. Dan akhirnya aku mendapatkan anggukan kecil darinya sebagai jawaban menyetujui ajakanku. Aku tak bisa menyembunyikan rasa senang ku.

Aku turun lebih dulu menyiapkan bahan-bahan yang akan kami gunakan seraya menunggu Leena turun melepaskan mukenanya terlebih dahulu tadi.

"Masak apa?" Leena sudah berada di sampingku saat aku mencuci sayur

"Tumis kangkung aja, simple"

"Owh..."

"Kupas bawang sana" aku menunjuk beberapa bumbu yang telah kusiapkan di mini bar di belakang ku dengan dagu.

Ia bergeser ke belakang, mulai mengupas bawang.

Seusai mencuci sayur sebagai bahan campuran, aku mengirisnya. Aku memang tidak mahir dalam hal masak memasak. Tapi, selama hidup sendirian di Jakarta masak menjadi kewajibanku. Setidaknya masakan sederhana aku lincah membuatnya seperti menggoreng dan menumis. Selain itu aku menyerah.

Sekedar info, dulu aku tinggal di sebuah apartement. Sebelum menikah aku membeli rumah ini.

Kenapa aku mengajak Leena masak bersama? Sederhana. Aku ingin tau dia bisa masak apa saja. Apakah sama sepertiku, masak seadanya. Tidak mungkin dia benar-benar tidak bisa memasak. Seingatku sebelum menikah ia juga dulu tinggal sendirian di Jakarta. Info singkat saat bertandang ke rumahnya dulu.

"Tugasku selesai" ujarku meletakkan sayur dan bumbu-bumbu yang sudah ku iris kecil-kecil. Leena menoleh heran. "Kini giliranmu, tugasmu cuma mengupas bawang, gak adil donk"

"Ha?"

"Kau yang masak"

"Lah?"

Aku melangkah ke kulkas mengambil susu kotak yang selalu siap sedia disana, lalu meneguknya seraya melirik Leena. Aku bisa lihat bibirnya mengerucut, pipinya menggembung, sesekali melirikku sinis. Dia sedang kesal.

Leena mengambil cobek dan menaruh semua bawang yang sudah ku iris. Kemudian menggilingnya sampai halus. Kedua alisku menyatu.

"Kenapa digiling semua?"

"Nggak suka makan bawang kalau nggak diancurin gini" katanya tanpa melihatku

"Kenapa nggak suka"

"Nggak enak rasanya pas digigit, aneh"

Aku manggut-manggut.

"Gak suka?" tangan kanannya menggaruk leher, menatapku ragu meminta persetujuan

Aku tersenyum, duduk di salah satu kursi. "Masak aja sesukamu, aku bukan orang yang pemilih dalam hal makanan" jawabku meyakinkan.

"Oke"

Leena mulai memasak, pandangan ku fokus memperhatikannya. Aku tau dia sedang gugup, tercetak jelas dari geraknya yang kaku, kebingungan memilih bahan apa dulu yang harus dicelupkan dalam wajan, dan tangannya semakin erat menggenggam gagang penggorengan. Konsentrasi nya buyar.

I Fell...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang