6

9K 508 5
                                    

Leena POV

Lion mengantarku kembali hari ini. Sudah 10 menit berada dalam mobil keadaan tetap hening. Aku memikirkan kata apa yang bisa kulontarkan mengenai kejadian semalam. Aku belum mengucapkan apa pun, bahkan kata terimakasih.

"Kau ingin menjelaskan sesuatu?" suara Lion mengintrupsiku untuk menatapnya yang sialnya dia juga tengah menatapku intens. Aku terlalu gugup, cepat-cepat ku palingkan wajahku ke jalanan yang sedang macet, seperti biasanya. "Siapa pria yang tadi malam?" tanyanya lagi

"Teman"

"Sudah lama mengenalnya?"

Aku menggeleng. "Baru kemaren"

"Baru kemaren dan kau dengan mudahnya menerima tawarannya tinggal di kamarnya? Tidur berdua?" sindirnya. Aku menunduk. Lion menghela nafas panjang. "Apa kau tidak takut disebut 'jalang'?" suaranya tertahan dan menekan kata Jalang.

Aku menoleh kaget. Ia menyebutku jalang? Air mataku rasanya ingin turun, susah payah aku menahannya dengan menggigit bibir bawahku sekuat mungkin.

"Apa aku harus tidur di kantor? Atau di emperan?" tanya ku balik. Suaraku mulai bergetar. Aku memalingkan wajah ke luar jendela.

"Kau kan bisa menghubungiku" suara Lion meninggi, rahangnya mengeras. Laju mobil mulai lancar.

Aku mengambil hp dari kantong celana jins ku. Beruntung kantor tempatku bekerja tak terlalu formal mengenai pakaian. "Minta alamat rumahmu"

Lion diam.

"Bisa aku minta alamat rumahmu?" tanya ku lagi

"Aku yang akan mengantar jemputmu, gak perlu alamat"

"Gak perlu" tolakku, Lion menoleh sebentar. "Aku sudah cukup merepotkanmu, jangan membuatku merasa tak enak hati seperti ini"

Dia tertawa culas. "Anggap saja setiap kebaikanku kau harus membalasnya"

Mataku menyipit. "Maksudnya?"

"Tadi malam kau sangat merepotkanku, jadi kau harus membalasnya dengan membiarkan ku mengantar jemputmu"

"Tap..."

"Jangan membantah"

"Aku akan mencari tau alamat rumahmu sendiri kalau begitu" kusimpan kembali hp ku

"Apa karena pria semalam?"

"Sudah aku katakan aku tak ingin merepotkanmu lebih banyak lagi"

"Aku akan tetap mengantar jemputmu. Terserah apa katamu"

Aku menghela nafas berat. Aku tak ingin diperlakukan seperti ini. Perhatian dan perlakuannya bisa membuat pertahananku seketika runtuh. Aku hanya istri sementara, tak boleh terlena dengan apa yang diberikannya jika tidak ingin jatuh ke dalam jurang untuk kedua kalinya. Apa aku mulai mengakui perasaanku? Ya, mungkin, siapa yang tidak terpesona dengan pria di sampingku ini.

Kami tiba di depan kantorku Sebelum aku membuka pintu, Lion membuka suara sejak beberapa menit yang lalu berdiam diri setelah perdebatan kecil.

"Kenapa kau mengatakan padanya bahwa aku...kakakmu?"

Tatapannya yang dingin mengunci pergerakanku. "Bukankah sebaiknya seperti itu? Percuma aku mengumbar status kita, toh 3 bulan lagi status kita ini akan berakhir" ntah mengapa mengatakan kata demi kata barusan membuatku sesak. Ada perih yang terselip di balik hati dan pandanganku padanya. Aku tetap mencoba tersenyum.

Lion tampak tegang, namun sedetik kemudian ia pun membalas senyumku. "Kau...benar. Turunlah, jam 5 ku jemput"

"Gak perlu, aku pulang agak malam, pekerjaan baru ku banyak"

I Fell...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang