Chapter 8

2.2K 193 10
                                    

Seorang namja manis terlihat masih bergelung dengan selimut hangatnya. Padahal hari sudah siang, sepertinya tidak ada yang berniat membangunkannya hingga tiba-tiba ia terlihat gelisah karena suara berisik di luar kamarnya. Samar-samar ia mendengar nama noona nya disebut-sebut. Sepertinya terjadi sesuatu yang buruk disana. Ia tampak semakin gelisah. Karena geram, ia langsung bangun dan berjalan keluar kamar.

Luhan melihat setiap penjuru rumahnya heran, ini aneh. Bukankah tadi Luhan mendengar suara berisik diluar kamarnya. Tapi kenapa sekarang rumahnya sangat sepi. Seperti tak ada seorang pun di rumah ini.

"Noona?! Kau dimana?" tanya Luhan takut-takut.

Tidak ada seorang pun yang menjawab pertanyaan Luhan. Ini aneh, biasanya saat akhir pekan seperti sekarang Noona nya itu akan bermanja-manja pada eommanya. Ia maupun eommanya tidak pernah keluar rumah saat akhir pekan. Sedangkan Luhan, ia akan gergelung dengan selimutnya sepanjang hari. Apalagi Luhan masih dibayang-bayangi adegan itu, saat ia dan Sehun berciuman. Oh memikirkan itu, pipi Luhan jadi merona. Eh tapi tunggu! Bukankah ia namja normal? Seharusnya ia merasa jijik bukan dengan apa yang dilakukannya Sehun kemarin. Tapi apa yang terjadi sekarang, ia malah senyum-senyum sendiri saat memikirkannya. Bahkan tadi adegan itu muncul lagi dalam mimipinya.

"Noona kau diman-" ucapan Luhan terpotong oleh suara dering telepon rumahnya. Dengan segera Luhan mengangkat telepon itu.

"Yeoboseo.. Apa benar kau Luhan?" tanya seseorang diseberang telepon.

"Ya, ini aku. Nuguseo?"

"Emh, begini. Noona mu baru saja selesai ditangani uisa. Dan eomma mu ingin kau mengambilkan beberapa baju Noona mu kesini." jelas orang itu membuat Luhan terkejut.

"App-apa maksudmu?! Noona baru saja ditangani uisa? Ada apa dengan noona?" tanya Luhan panik.

"Ya begini, noona mu tadi pagi dibawa ke rumah sakit. Aku tidak tahu jelas apa yang terjadi pada noona mu. Aku hanya seorang staf rumah sakit yang disuruh mebeleponmu karena eomma mu tidak berhenti menangis sejak tadi. Jadi jika kau ingin tahu lebih jelas, kemarilah dengan membawa beberapa pakaian noona mu."

"Katakan padaku dimana alamatnya!" desak Luhan. Ia sangat khawatir sekarang, Yuri noona adalah satu-satu ya orang yang peduli padanya di keluarga ini.

"Baiklah, catat baik-baik"

.
.
.
.
.
.
.

Seorang yeoja dan namja sedang asyik main game ketika telepon rumah berdering. Yeoja itu beranjak dan mengangkat telepon. Sedangkan sang namja melanjutkan mainnya.

"Yeoboseo, ne ini Seohyun. Ada apa ya?"

"..."

"MWORAGO!!"

"..."

"Ah ne ne aku akan kesana!"

"..."

"Hemh baiklah!"

Tut

"Ada apa noona? Kenapa berteriak?" tanya namja yang sedang main game itu.

"Sehun-ah, noona harus segera ke rumah sakit. Sahabat noona disana," jawab Seohyun tergesa-gesa. Ia menarik hoodie yang tersampir di atas sofa dan memakainya cepat. Kemudian segera membawa kunci mobilnya dan membuka pintu.

"Oh, yasudah pergilah!" usir Sehun mengibaskan tangannya.

"Kau yakin tidak apa ditinggal sendiri?!" Seohyun menatap Sehun ragu. Masalahnya, orang tua mereka sedang tidak ada. Dan mereka hanya berdua sekarang. Seohyun juga tidak lupa kalau Sehun itu sangat kekanakan dan cengeng. Jadi Seohyun merasa takut untuk meninggalkan adiknya sendirian di rumah.

"Noona, kau lupa? Aku ini namja, seharusnya aku yang mengkhawatirkanmu!" balas Sehun malas. Ia berhenti main game dan menyandarkan punggungnya di sofa.

"Emh baiklah kalau begitu, aku pergi dulu ya. Awas kau hati-hati!" pesan noona nya serius.

"Ne noona, lagipula aku akan menelepon Kai sekarang. Dia akan menemaniku!"Sehun mengambil ponselnya dan memainkanya.

"Ya bagus. Noona akan lebih tenang jika ada yang menemanimu," Seohyun berbalik dan meneruskan langkahnya.

.
.
.
.
.
.

"Eomma.. Bagaimana keadaan noona? Apa yang terjadi?" tanya Luhan khawatir. Ia baru saja tiba di rumah sakit, bahkan napasnya saja masih tersenggal-senggal.

"Gagal ginjal!" jawab eomma Luhan singkat.

"Mwo!! Eomma bercanda kan? Noona, noona pasti baik-baik saja. Tidak mungkin!" ucap Luhan tak percaya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya keras, mencoba menepis pikiran-pikiran negatif di kepalanya.

"Apa yang tidak mungkin eoh?! Kau! Ini semua karena kau luhan!!" Eomma Luhan menunjuk Luhan tepat di wajahnya. Membuat hati Luhan berdenyut sakit.

"Kenapa karena aku eomma? Aku bahkan tidak tahu apa-apa!" tanya Luhan bingung.

"Cih, jangan sok polos. Kau memang adik yang buruk. Kau bahkan tidak bisa menjaga kakakmu sendiri!" tuduh Eomma Luhan menatap anak laki-lakinya tajam.

"Eomma, kenapa eomma jadi menyalahkanku? Aku tahu eomma terpukul, tapi apa menyalahkanku dapat meringankan bebanmu? Kalau begitu tidak apa-apa, marahi saja aku eomma," ucap Luhan menunduk. Ia takut menatap eommanya, ia takut eommanya kembali membencinya.

"DASAR KAU KURANG AJAR!! PERGI KAU!! MENJAUH DARI ANAKKU!!"

Luhan P.O.V

Entah kenapa rasanya sakit sekali, aku tahu eomma sudah kembali membenciku sekarang. Tapi hatiku sudah tidak kuat. Aku menyayangi eomma, sangat menyanginya. Tapi rasanya untuk mencapai eomma, aku seperti harus mendaki di gunung everest, atau seperti berenang untuk menyebrangi samudra. Eomma begitu jauh dariku. Dan bahkan sekarang, orang yang selalu menguatkanku sedang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Sekarang aku tidak tahu harus bagaimana, aku tidak punya sandaran sekarang. Dan mungkin noona juga sudah membenciku karena perdebatan masalah Sehun waktu itu.

Kali ini aku memberanikan diri menatap eomma dan aku kembali tidak kuat. Hatiku hancur. Aku segera pergi dari hadapan eomma dan berlari keluar rumah sakit ini. Aku hanya ingin menyegarkan pikiranku. Namun saat hendak masuk ke kedai es krim di seberang jalan. Aku menabrak seseorang.

Brukk

Seorang namja berambut blode jatuh di bawahku. Ia lalu berdiri dengan cepat dan melihatku.

Deg

Sse..sehu..n..

Apa benar yang ku lihat ini?

Normal P.O.V

"Luhan?! Sedang apa kau disini? Dan kau menangis? Ya ampun, ada apa?" tanya Sehun panik melihat mata Luhan sembab. Dengan lembut ia membawa Luhan ke dalam pelukannya dan menggiringnya memasuki kedai es krim itu. Sehun mendudukkan Luhan di salah satu kursi, sedang ia duduk di sebelahnya. Sehun sedikit heran kenapa Luhan tidak protes sama sekali. Ini benar-benar seperti bukan Luhan.

"Ada apa Luhan? Bisa kau ceritakan?"

"..."

"Gwaenchana, pelan-pelan saja"

TBC

Anyeong semuanya.. I'm comeback...
Hehe.. Sesuai janji aku, sekarang aku update.

Jangan lupa voment ya, dan aku juga minta krisan nya.. 😊😚 *klo mau lanjut sih..

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang