Chapter 11

1.3K 102 14
                                    

Luhan kembali melamun di kelas. Pandangannya kosong dan pikirannya melayang pada noonanya. Ia bahkan tidak menyadari jika kelas telah kosong karena bel istirahat baru saja berbunyi. Ia juga mengabaikan suara perutnya yang meminta diisi. Hingga lamunannya buyar oleh seseorang yang tiba-tiba saja duduk di kursi yang dibalikkan menghadapnya.

Dengan ragu Luhan mengangkat wajahnya dan seketika matanya membulat melihat Sehun tengah membuka tutup bekal dihadapannya.

"Cha Luhan! Makanlah! Aku tahu kau lapar!" Luhan bergeming dengan mata yang masih tertuju pada Sehun.

"Aa.. Ayo buka mulutmu!" Sehun menyodorkan sepotong sandwich pada mulutnya.

"Apa yang kau lakukan?!" tanya Luhan menaikan sebelah alisnya tanpa menggubris makanan yang berada di depan wajahnya sekarang.

"Menyuapimu, tentu saja!" balas Sehun menggendikkan bahunya acuh.

"Untuk apa-"

"Sudah makan saja!" Luhan hendak menolak kembali jika saja matanya tak melihat Seohyun dan Lay yang tengah berjalan masuk ke kelasnya.

Tanpa sadar sandwich itu berhasil masuk ke mulut Luhan dengan mata yang memandang iri pasangan itu. Tak jauh dari bangkunya, Seohyun dan Lay juga sedang makan dengan mesranya. Mereka bahkan saling menyuapi.

Mata Luhan memanas, begitupula hatinya. Walaupun ia telah mengikhlaskan cintanya, tapi tetap saja jika melihat secara langsung kemesraan mereka ia tetap saja tidak tahan. Karena cinta memang sulit untuk dihilangkan dalam waktu singkat.

"Kenapa kau terus melihat mereka Lu? Kau ingin aku lebih mesra menyuapimu?!" tanya Sehun saat ia baru menyadari tatapan Luhan yang tertuju pada Noonanya.

BRAKK

Luhan berdiri dengan kasar sambil menggebrak meja. Lalu ia segera pergi darisana, bahkan melupakan kehadiran Sehun. Sehun yang tidak tahu apa-apa hanya mengernyit bingung dan dengan cepat berusaha menyusul Luhan. Sedangkan Seohyun dan Lay memandang aneh kepergian kedua namja itu.

Sehun mendudukkan dirinya di samping Luhan yang juga baru saja duduk di atas rumput taman sekolah. Beberapa lama Sehun hanya diam memperhatikan Luhan. Ia tahu Luhan sedang banyak pikiran. Dan ia benar-benar ingin menghiburnya.

"Lu, ada apa denganmu? Kau marah karena aku memaksamu makan? Atau karena aku mengatakan hal yang menurutmu menjijikan? Ya, aku tahu kau normal."

"Ani, bukan salahmu!" Sehun tahu Luhan menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi ia ingin memberikan privasi pada Luhan, karena itu ia tidak bertanya lebih lagi.

"Geurae, kalau begitu ayo lanjutkan makanmu! Aku tidak mau kau sakit!" Sehun kembali menyodorkan sandwich kepada Luhan. Dan Luhanpun menerimanya tanpa banyak bicara lagi. Lagipula ia memang lapar.

.
.
.
.

Luhan melangkah cepat di sepanjang koridor rumah sakit. Sepanjang hari ia telah berpikir, dan akhirnya ia memutuskan untuk memberikan ginjalnya pada noonanya. Ia takut, tentu saja. Namun, jika memang ini yang terbaik untuk keluarganya. Ia akan memenuhinya. Luhan hanya ingin mengembalikan senyum eomma dan noonanya.

Luhan terus berjalan, dan berjalan. Sampai akhirnya ia bertemu dengan dokter yang menangani kakaknya kemarin.

"Uisa, saya bisa bicara sebentar?!" tanya Luhan hati-hati.

"Ya baiklah, kebetulan saya sedang senggang. Ayo ikut!" Luhan mengikuti langkah dokter itu hingga sampai di ruangannya.

"Begini Uisa, saya berniat untuk mendonorkan ginjal saya pada Yuri Noona.." jelas Luhan menunduk. Sebenarnya ia sangat takut sekarang.
.
.
.
.

Yuri tampak bosan di kamar rawatnya. Sesekali ia memainkan kuku-kukunya. Lalu melihat jam, dan begitu seterusnya hingga suara pintu terbuka membuatnya menoleh.

"Eomma?" ucap Yuri melihat eommanya mendekat dengan wajah berseri-seri.

"Yuri, coba tebak berita apa yang Eomma bawa!" wanita paruh baya itu berjalan cepat dengan cerianya.

"Katakan saja Eomma.." ucap Yuri malas.

"Ah baiklah. Eomma baru saja diberitahu kalau seseorang bersedia mendonorkan ginjalnya padamu!" mata Yuri seketika membola terkejut. Sungguh ia sangat senang sekarang.

"Jinjayo eomma?! Siapa itu? Ayo beritahu aku!" seru Yuri semangat.

"Eomma tidak tahu. Uisa bilang, orang itu meminta untuk merahasiakan identitasnya. Hanya saja, ia bilang kalau inisial namanya adalah L. Ahh pokoknya siapapun itu, Eomma benar-benar berterimakasih!" tiba-tiba saja Yuri terdiam, dia menunduk dan meremat jari-jarinya. Memikirkan kemungkinan itu membuatnya merasa sesak sendiri.

"Eomma, apa mungkin itu Luhan?!"

"Luhan?! Tidak mungkin bocah sialan itu berbaik hati padamu! Sudahlah, lebih baik sekarang kamu istirahat saja. Persiapkan dirimu untuk oprasi nanti."

.
.
.

Satu minggu kemudian akhirnya saat operasi itu tiba. Terlihat Eomma, Seohyun, Lay, dan Sehun yang tengah menanti diluar ruang operasi dengan cemas. Ya, Sehun disana, tentu saja karena diseret Noonanya untuk ikut. Lagipula ia khawatir pada Luhan, karena semingu belakangan ini ia tidak masuk sekolah.

"Eomma, dimana Luhan?!" tanya Yuri sebelum tubuhnya dibawa ke meja operasi.

"Cih kenapa kau masih menanyakannya? Jelas saja dia tidak ada. Dia tidak peduli padamu Yuri! Bahkan saat seperti ini pun dia tidak datang!" seru eommanya marah. Ya ia benar-benar marah pada Luhan. Bagaimana mungkin saat kakaknya akan di operasi dengan mempertaruhkan nyawanya, dia tidak datang. Bukannya ia peduli. Hanya saja Yuri terus saja menanyakan Luhan sejak kemarin. Jadi jelas saja ia marah.

"Eomma.. Berhentilah seperti ini pada Luhan, dia juga anakmu!" balas Yuri lirih. Semua orang tampak memperhatikan mereka dengan banyak pandangan.

"Ah maaf, pasien harus segera dibawa ke dalam!" suara seorang perawat menginterupsi keduanya. Dan operasi pun mulai berjalan.

Waktu terus berlalu, wajah-wajah lelah terlihat jelas pada wajah-wajah orang yang sedang menunggu selesainya operasi Yuri. Hingga seorang dokter keluar dan mengatakan bahwa operasinya berjalan lancar dan Yuri akan segera dibawa ke ruang perawatan.

"Ah Uisa, bahaimana dengan orang yang mendonor? Apa ia baik-baik saja?" tanya Eomma Yuri.

"Emhh, tadi keadaannya sempat kritis. Dia kehilangan banyak darah. Tapi tenang saja, dia sudah cukup stabil untuk sekarang!"

"Baiklah, terimakasih Uisa. Oh apa saya bisa melihat orang itu?"

"Maaf, tapi ia benar-benar ingin dirahasiakan."

TBC

Hai hai readers, rasanya udah lama ya gak update. Sekarang ini rencananya aku mau update semua ff di akun ini.

Oh ya aku juga mau promote, follow ya akun @yutsi_m25741. Baca juga cerita-ceitanya. Vote and coment kalo kalian suka. Aku mohon banget ya.. Lagi butuh krisan ni..😊

Sekian dan terimakasih, sekali lagi jangan lupa mampir ke @yutsi_m25741 ya..

Sekian dan terimakasih, sekali lagi jangan lupa mampir ke @yutsi_m25741 ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang