Chapter 9

2.3K 158 22
                                    

"Ada apa Luhan? Bisa kau ceritakan?"

"..."

"Gwaenchana, pelan-pelan saja!" ucap Sehun mengusap punggung Luhan.

"Sehun.. Noona, noona sakit. Eomma bilang itu karena aku. Aku takut hiks, Sehun aku takut!!" isak Luhan meremat ujung bajunya.

"Tenanglah Luhan, kenapa kau takut? Itu bukan salahmu, eomma mu hanya terlalu sedih jadi dia menyalahkanmu. Sudahlah jangan menangis!!" Sehun berusaha menenangkan dengan menepuk-nepuk punggung Luhan pelan. Sesekali juga ia mengelus rambut luhan.

"Sehun, Noona menyukaimu!! Noona pasti akan membaik jika kau ada bersamanya. Pergilah Sehun, jenguk Noona.. Kumohon.." Luhan mendorong-dorong pundak Sehun lemah. Ia sudah tidak bertenaga sekarang.

"Apa maksudmu Noona mu menyukaiku?!" tanya Sehun tak mengerti. Ia berfikir mana mungkin Yuri Noona menyukainya. Mereka bahkan baru bertemu satu kali.

"Iya, Noona menyukaimu. Dia bahkan memintaku untuk mencari banyak informasi tentangmu!!" seru Luhan mendorong tangan Sehun.

"Mwo??" Sehun membulatkan kedua bola matanya terkejut.

"Jebbal Sehun... Jenguk Noona!!" pinta Luhan memelas. Ia bahkan lupa jika dia membenci Sehun. Yang ada dipikirannya saat ini hanya Noona dan Eommanya. Dia benar-benar tidak sanggup jika dia harus dibenci kembali.

"Geurae, aku akan menjenguknya. Tapi kau akan ikut bersamaku!" ucap Sehun menyetujui.

"Kenapa aku harus ikut?" Luhan menatap Sehun dengan mata sayunya.

"Ya, pokoknya kau harus ikut."

"Baiklah, tapi aku mau es krim dulu. Yang jumbo ya, kau yang mentraktirku!" ucap Luhan tiba-tiba dengan bibir yang mengerucut.

"Wooo... Sudah tidak malu-malu lagi ya?" goda Sehun.

"Mwo? Emhh.. Sehun! Kenapa kau terlihat berbeda?" Luhan memiringkan kepalanya kearah Sehun.

"Maksudmu?" tanya Sehun tak mengerti.

"Ya, kau terlihat lebih manly. Biasanya kan kau itu cengeng, dan aku tidak suka itu. Terluka sedikit saja kau menangis. Itu membuatku muak melihatnya. Jangan tersinggung ya, aku hanya berkata jujur!"

"Aku tahu, karena itu aku merubah sikapku. Aku tidak akan cengeng lagi. Sekarang aku adalah Sehun yang manly. Dan kau mengakuikan jika aku terlihat berkali-kali lipat lebih tampan sekarang?!" tanya Sehun narsis. Ia menaik-turunkan alisnya bergantian, dan itu membuat Luhan mengernyit tidak suka.

"Kau memang tampan sekarang. Aku baru menyadarinya. Kau harus terus manly ya, kalau cengeng kau sangat jelek! Tapi tetap saja aku lebih tampan!!" seru Luhan sekilas membuat Sehun tersenyum bangga.

"Emhh.. Akhirnya kau mengaku juga kalau aku tampan. Tapi kau tidak tampan Lu, kau cantik!" Luhan terdiam. Dia merasa aneh dengan dirinya sendiri. Bukankah dulu dia sangat membenci Sehun. Kenapa sekarang dia malah merasa nyaman bersamanya. Apa karena insiden ciuman itu. Memikirkannya saja membuat pipi Luhan langsung memerah sekarang.

"Kenapa pipimu memerah? Apa kau demam?" Sehun meletakkan punggung tangannya di dahi Luhan.

"Tidak panas," gumam Sehun heran.

"Aku memang tidak demam. Sudahlah mana es krim nya?! Dan berhenti mengataiku cantik!" seru Luhan sinis. Ia menengadahlan kedua telapak tangannya di hadapan Sehun.

"Ini. Kau yakin dapat menghabiskannya" Sehun menatap cup es krim itu ragu. Dalam pikirannya mana mungkin lerut kecil Luhan sanggup menampung es krim sebanyak ini.

"Tentu saja, kenapa tidak."

Luhan pun mulai melahap es krimnya dengan nikmat, sedangkan Sehun hanya melihat Luhan makan es krim itu. Beberapa kali ia menjilat-jilat sendok es krim nya dan itu membuat Sehun menelan ludahnya gugup. Di matanya Luhan terlihat begitu menggoda. Tapi dia berusaha sekuat tenaga menahan hasratnya. Beberapa menit berlalu, tak terasa es krim Luhan sudah habis.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang