Chapter IX - Good Wife (1)

4.9K 193 5
                                    

Sakura POV

Sampai di sekolah, keadaan seperti perkiraan. Tidak ada yang melihatku dengan aneh. Aku juga naik mobil ke sekolah bersama Sasuke, tapi aku memilih untuk turun dari mobil dari kurang lebih 500 kilometer sebelum sampai ke sekolah.

Akhirnya aku sampai di depan sekolah, seragamku memang sengaja aku pakai lengkap saat di depan Dewan Keamanan Sekolah tapi saat aku masuk sekolah, aku langsung melepas dasi sekolah, menarik baju dan membuka blazer sekolah. Tipe anak seperti ku kurang pantas jika tiba-tiba jadi gadis yang baik.

Baru saha injak kaki di kelas, kedatanganku sudah di sambut oleh sahabat-sahabat kebangganku, "Ohayou Sakura!" sapa mereka serempak.

"Mou, ohayou," balasku.

Ino langsung mendekatkan tubuhnya denganku, lalu berbisik, "Malam pertama gimana?" tanya nya.

Wajahku langsung memerah, aku menutuo wajahku. Aku salting mengingat kejadian malam pertama ku yang sungguh memalukan.

"A-aku belum ngapa-ngapain kok!" dustaku. Namun, Hinata dan Tenten memicingkan matanya melihat pupil mataku ada kebohongan atau tidak disana, "Sepertinya ada kebohongan disana, Detektif Yamanaka," ucap Tenten.

"Jujur saja, kau sudah malam pertama kan?" ucap Hinata watados.

"SHUT UP!!"

BRAK! BRAK!

Aku pun menyerah, memukul-mukul mejaku hingga satu kelas langsung memerhatikanku, "M-maaf..."

"Iya iya! Aku sudah melakukannya," ucapku dengan nada berbisik. Mereka semua langsung melongo dan tubuh mereka terlihat gemetaran, "Kenapa? Bukannya hal lumrah? Aku kan sudah menikah...."

Dan mereka masih melongo, tatapan mereka berpindah ke perutku.

"...... Lagipula kalian ngapain sih nanya hal begitu, itu kan privasi untung kalian sahabatku," ucapku terus menerus namun mereka masih tetap melongo bak oom-oom pedofil yang ngiler liat pantat anak kecil.

"Hey! Kalian dengerin gak sih?" bentakku.

"I-iya! K-kami mendengarkanmu.... Kami hanya takut jika kau......" ucap Ino terpotong oleh Hinata, "Guys, kalian satu pemikiran denganku gak?"

Ino dan Tenten mengangguk setuju sementara aku masih kebingungan.

"Kami takut kamu hamil," ucap mereka bertiga kompak dengan nada berbisik. Awalnya aku terkejut namun akhirnya aku tertawa meremehkan, "Hahaha, astaga! Girls, gak akan kok! Aku gak akan hamil," ucapku dengan nada yang sedikit di pelankan.

"Tetap saja, kami khawatir padamu kau ini kan adikku! Aku takut kau kenapa-kenapa. Hal lumrah bukan jika seorang keluarga khawatir," tutur Hinata. Ya-mereka menganggap ku sebagai keluarga. Kita bukan sahabat. Kita adalah keluarga. Because family has no ends.

Aku mengangguk lalu melemparkan senyumku pada mereka, "That's why I love y'all so much!" dan aku memeluk mereka sebelum bel masuk kelas berbunyi.

----
----
----

Normal POV

"Duh, pelajaran bahasa Jepang bikin aku capeek!" ucap Sakura sambil berjalan menuju ke kantin.

"Orang Jepang, masa gak bisa bahasa Jepang," ledek Ino. "Hey! Aku ini bukan murni Jepang, sialan!"

"Memang kau kira aku dan Ino murni Jepang? Kami tetap bisa bahasa Jepang!" sahut Tenten.

"Ah-kalau kau sih tetap saja ujung-ujungnya sipit, Tenten kau tetap Asia! Hahaha!" ledekku bahagia.

"Uhh-Sakura jangan ngeledek Tenten, dia kasian tapi aku suka sih liat wajah cemberutnya," tutur Hinata.

"Ughh-kalian jahat sekali," cerca Tenten.

Sakura adalah Jepang blasteran Inggris. Itulah mengapa, ia dapat menghasilkan mata bagaikan batu emerald yang indah.

Ino-ia memiliki keturunan Swedia. Ayahnya Jepang dan Ibu nya berasal dari Swedia. Wajahnya benar-benar bukan seperti orang Jepang.

Tenten, wajahnya sangat Asia, sekilas seperti Jepang tetapi kalau di perhatikan lebih detail. Dia lebih ke China, matanya sipit seperti orang China, kulitnya juga sawo matang, tidak seperti orang Jepang pada umumnya.

Sementara Hinata, ia adalah keturunan Jepang murni. Keluarga nya adalah orang ningrat Jepang asli, itu mengapa dia anggun dan lebih berkharismatik di bandingkan teman-temannya.

"Kalian mau jajan apa?" tanya Hinata.

"Enggak ah-lagi diet mau beli soda di soda machine aja," sahut Ino.

"Ah yaudah, kita ke soda machine dulu,"

Mereka berempat pun jalan menuju soda machine dan saat jarak sebelum 10 meter dari soda machine Sakura tersadar. Soda machine berada di dekat Ruang OSIS.

"Damn it!" umpatnya dalam hati.

"Lagi-lagi tak pakai dasi dan buka baju begitu, Uch-maksudku Haruno?" suara baritone yang dapat membuat Sakura gelagapan. Suaminya menangkapnya basah sedang tidak pakai dasi dan blazer.

Sakura bingung ia harus bersikap apa pada Sasuke, seperti biasa atau bagaimana?

"Sakura. Ingat di sekolah tetaplah bersikap seperti biasa,"

Sakura menggelengkan kepalanya kasar, "Heh-memangnya kau siapa aku? Sudah kubilang kan? Aku tak suka pakai dasi sekolah. Apalagi blazer!" ucapnya, bibir beserta tubuhnya bergetar, entah kenapa ia tidak bisa melawan Sasuke lagi seperti dulu. Hatinya merasa sangat gelisah dan tidak enak.

Sasuke sedikit terkejut, namun ia tidak terlalu banyak mengeluarkan ekspresi.
Dia langsung menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya pelan,

"Apa kau masih mau di sekolah ini atau tidak?!" bentak Sasuke lagi.

Tak terasa anak-anak sekolah semakin berkumpul mengelilingi Sasuke dan Sakura sementara wakil dan sekretaris Sasuke sedari tadi membantu membubarkan anak-anak.

Mereka berdua saling menatap satu sama lain, mata Sakura terus melihat mata oniks milik Sasuke. Sebenarnya, jantung Sakura terus berdegup kencang melihat Sasuke, ia takut. Air mata sudah memenuhi pelupuk matanya.

"Did you think I also want to? Get off from me!" teriak Sakura dengan aksen british nya, lalu berlari menerobos siswa-siswa yang sedari tadi menonton perkelahian antara dia dengan Sasuke.

----
----
----

Maafkan saya sodara-sodara, chapter hari ini pendek banget!
Jadi ini nulis di hape udah 1.2k words dan tibatiba suruh revisi malah jadi balik ke 800+ words. Benerbener msmang lagi sial hari ini, besok aku janji aku upload lanjutannya.

Karena ini udah malam, dan hari ini benerbener bikin cape banget besok aku bakal upload lanjutannya malem" :3

the prince & the princess ❥ sasusakuWhere stories live. Discover now