third teen

10 0 0
                                    

Tak ada yang tahu kapan dan dimana masalah datang, kita hanya perlu selalu siap menghadapinya.. Bagaimana sikap dan keputusan yang harus diambil.. Lidah mudah berkata karna tak bertulang, namu tindakan? Tiap kecobohan, akan memperburuk bahkan bisa menghancurkan segalanya..

Akhirnya senyum yong bisa pulih, kini semangat nya menggebu-gebu mengobati neneknya.. Tak ingin mengandalkan uang pensiun dari nenek, ayah dan ibunya.. Dia harus mandiri, berusaha berdiri diatas kaki nya sendiri. Bertahan dari angin kencang yang menghempaskan

-Di halaman lapangan outdoor-

"Ehm jinseo.." panggil yong
"Ya? Ada apa kau mengajak ku ke sini?" tanya jinseo
"Aku ingin berterima kasih" ujar yong
"Tentang?"
"Bantuan mu" jawab yong
"Itu, tak apa yong. Aku juga senang kok bekerja part time" jinseo sumringah
"Aku merasa tak enak, kau bersusah payah seperti itu" yong menggaruk kepalanya
"Arasseo, biaya perawatan sangat mahal yong. Kau juga harus membeli obat, mencukupi kebutuhan, dan biaya lainnya.. Kau jalani sendiri, rasanya itu sulit, tapi aku yakin kau bisa" jinseo menyemangati
"Kau bukan jinseo ratu es yang awal ku kenal dulu, kau berubah"
"Ya memang, jong juga bilang aku berubah. Tapi berubah ke arah yang lebih baik tak apa kan? Kalau aku tak berubah, mana bisa semua ini terjadi" oceh jinseo yang tangan nya menunjuk sana sini
"Ah iya iya, baiklah. Sekali lagi terima kasih, dan terima kasih lagi untuk kedatangan mu menjeguk dan merawat nenek ku.. Kau benar-benar baik" puji yong

....

Sudah berbulan-bulan nenek yong dirawat, namun tak banyak menunjukkan tanda-tanda baik, sesekali kondisi nya membaik namun tak lama langsung drop.. Entah cobaan apa ini, rasanya pukulan yang bertubi-tubi.. Baru saja senang mendapat kabar nenek nya membaik, namun tak lama kondisi nya memburuk. Dokter pun membantu sebisa dan seada nya alat juga kemampuan nya.. Jinseo masih bersyukur, nenek nya ada di sisi nya saat ini dan dia berharap untuk selamanya. Kini dia sadar, nenek nya lah berlian tersisa yang dia punya.
Tepat di saat bel pulang saat itu juga bersamaan, nenek yong meninggal dunia..
Meninggalkan yong dan semua yang disayanginya.. Yong berlinangan air mata, tak dihiraukan nya orang-orang disekeliling nya, berusaha menerobos murid lain yang menghalangi, kabar ini bak petir menyambar di siang hari. Membuat jantung nya yang berdetak terhenti.

-Di rumah sakit-

"Mana nenek ku? Mana?!! Tidak mungkin! Dia masih hidup!! Hidup! Kalian bohong! Kalian jahat! Mengambil harta berharga ku! Kalian jahat! Kejam! Terkutuk kalian!!" yong berusaha menembus perawat yang melepaskan semua alat dari tubuh nenek nya sambil mengumpat
"Kau harus menerima ini tuan yong, nyawa nya tak bisa lagi di selamat kan" salah seorang petugas menenangkan nya
"Kalian ini tidak becus! Bodoh! Sialan! Mati kalian! Kalian bukan orang baik! Kalian kejam!" yong terduduk lemas di kursi tunggu, tak ada lagi harapan nya. Semua sudah terjadi...

-Rumah yong-

Jinseo datang terburu-buru menghampiri rumah yong, upacara pemakaman sudah akan dimulai. Nenek jinseo ikut mendatangi upacara nenek yong. Dari kejauhan, jinseo nelihat yong terduduk di depan pintu

"Yong, apa yang terjadi?" tanya jinseo
Tatapan yong tak berarah dan kosong tak ada lagi harapan yang terlihat di matanya. Tampak nya dia pasrah dengan semua ini. Yong..
"Yong, kau harus kuat.." jinseo ikut menitik kan air mata
"Aku tahu ini berat, tapi cobalah relakan.. Nenek mu tak akan tenang kau terus menangisi nya" jinseo menenangkan, meneluk bahu yong yang hangat

Salju turun, tak disangka pergantian musim sudah tiba. Disaat upacara pemakaman dilaksanakan, salju malah datang. Salju? Apa kau ikut berduka? Eoh? Apa kau seperti air mata beku yang turun? Menutupi kami? Kau membuat suasana menjadi semakin berkabung dan larut dalam kesedihan

"aku benci salju! Salju! Kau menertawai ku hah? Nenek ku? Aku benci kau datang!! Pergi sana!! Pergi!!" yong menggila di depan rumahnya, membuat tetangga yang sedang menyiapkan peti nenek nya sesaat berpusat padanya.
"Yong, berhenti" pinta jinseo
"Kau akan kedinginan di luar, ayo masuk" sambung jinseo dari pintu
"Salju sialan!! Nenek.. Kau jahat! Kau jahat! Menginggalkan aku disini sendiri! Di saat sedingin ini!!" yong tersungkur, menatap langit dalam dalam..

Jinseo menangis melihatnya, melihat salju juga merupakan kenangan pahit nya. Rasanya tertusuk dan membeku. Yong, kau membuat hati ku teriris.

....







Perlahan, yong mulai bisa merelakan nenek nya, harta berharganya, satu-satunya yang dia punya. Satu yang yong punya, jinseo..
Sahabat baru nya, yang selalu menemani nya..

"Jinseo, makan lah ini. Aku bawakan ini untuk mu. Kau juga jong dan sang cicipi lah" yong mempersilahkan
"Apa ini?" tanya sang
"Kue beras" jawab yong
"Kue beras? Wah mauu!!" pekik mereka bertiga bersamaan berebut kue
"Hmm rasanya enak sekali, omong-omong ada acara apa kau bawa kue beras?" tanya jinseo menguyah kue nya
"Hari ini hari ulang tahun nenek ku yang ke 88" jawab yong
"Mwoo??!" ketiga nya tersedak kaget
"Tak usah berlebihan, tak apa kok. Ini hanya luapan rasa rindu ku.. Musim ini sangat pas untuk makan kue beras" yong menenangkan
"Syukurlah, aku takut membuat mu teringat dan syok" jinseo menelan kue nya
"Aku minta maaf karna tak hadir di upacara pemakaman nya" jong menunduk
"Aku juga, aku bahkan baru tahu 2 hari setelahnya" sang ikut meminta maaf
"Yaak chingu ku semua, tak apa" yong tersenyum

-Pemakaman-

Tempat terakhir, dimana tak ada lagi orang yang menemani.. Sendiri.. Yong meletakkan rangkaian bunga buatan nya, dan memandang bingkai foto yang sudah tertutup debu.

"Selamat ulang tahun halmeoni" ucap yong bergetar
"Kau tenang ya disana, aku baik-baik saja di sini" yong mengelus batu nisan yang tertancap kokoh
"Kau tahu? Sekarang aku bersahabat dengan jinseo.. Yeoja impian ku. Kau suka dengan nya bukan? Kau suka ketika dia datang menjenguk mu disaat sakit, menyuapi mu makan, merapikan barang-barang mu, kau suka? Aku sangat suka. Sayang, kau tak melihat itu. Kau pasti akan mengelus rambutnya, mengelus pipinya, membuatkan kue beras paling enak untuk nya.. Nenek, aku kini akan mandiri, berusaha sendiri.. Aku pergi dulu ya? Aku harus pergi bekerja, sampai nanti.." yong berjalan lambat, seakan merasakan sesuatu mengalir ke tubuhnya. Entah apa. Tapi hatinya terasa tenang.

....

"Kau pasti lelah bekerja yong. Mampirlah dulu kerumah ku" ajak jinseo
"Jinseo, aku punya permintaan untukmu.." yong mendekat
"Berhentilah bekerja, tak ada lagi yang harus kau bantu untukku" pinta yong
"Kau ini kenapa? Aku suka kok. Tempat itu nyaman" jawab jinseo
"Tapi kau selalu terlihat lelah, kau bisa sakit" yong memegang kedua bahu jinseo
"Tak apa, kalau aku sakit kau harus merawat ku ne" goda jinseo
"Yak dasar, kajja aku mampir ke rumah mu. Sudah lama tak bertemu halmeoni" yong merangkul jinseo

Tok tok tok
Yong dan jinseo memasuki rumah, dilihat nya sedang duduk memandangi foto masa kecil jinseo

"Halmeoni, aku pulang. Yong ikut bersama" salam jinseo
"Kau pulang, ah syukurlah. Ku pikir kau akan pulang larut" ujar nenek
"Kau datang yong? Sini duduk, jinseo buatkan teh cepat, ingat 2 sendok gula untukku" perintah nenek
"Ne" jawab jinseo menuju dapur
"Annyeong halmeoni, apa kabar mu? Sudah lama tak kesini" sapa yong
"Baik, kau sendiri?"
"Aku juga baik" jawab yong
"Ini dia pesanan sampai, silahkan diminum. Aku ingat 2 sendok teh untuk mu" jinseo menaruh masing-masing gelas
"Kalian tampak cocok, terima kasih kau sudah menjaga jinseo" ujar nenek
"Ah nenek, jangan berlebihan. Aku boleh tidak minta sesuatu?" tanya yong
"Tak perlu sungkan, katakanlah" ucal halmeoni
"Boleh kah aku menganggap nenek sebagai nenek ku sendiri?" yong malu-malu
"Ku kira apa, kau sudah ku anggap cucu ku sendiri yong" jawab nenek lembut, jinseo tersenyum mendengarnya








Saran dan kritik silahkan diketik ne, next ya ke yang berikut

Love In Part TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang