Momongan?

2.2K 266 19
                                    

Disclaimer
Mystic Messenger © Cheritz
Media © Cheritz
Story © Panilla_IceCream
.
.
.
Warning!
OOC, Bad EBI, Typos, dll.
.
.
.
Enjoy~

°°°

"Aku takut, Oppa," cicit (name).

Raut wajah (name) yang tegang dan sedikit takut justru sangat menggemaskan di mata Jumin.

Pria dengan rambut hitam itu terkekeh,

"Takut pada ayahku? Bukannya kau sudah beberapa kali bertemu dengannya, my love?"

(Name) menggeleng,
"Aku sedikit canggung dengan ibumu, Oppa."

Jumin tersenyum, "Tak perlu canggung, sayang. Bersikaplah seperti biasanya."

Seorang anggota security tiba-tiba masuk dan menghampiri Jumin.

"Sir, ayah dan ibu Anda ada di depan."

Jumin mengangguk, "Biarkan mereka masuk."

Jumin baru akan berjalan menuju pintu masuk untuk menyambut orang tuanya, tetapi dia merasakan tarikan di jas yang dia kenakan—

Jumin menoleh dan mendapati raut wajah ketakutan (name).

Jumin mendesah dan berbalik menghadap istrinya itu.

"Sudah, tak apa."

Pria itu memberi kecupan singkat di dahi sang istri untuk menenangkannya.

°°°

Suasana makan malam terlihat kaku bagi (name)—

Mr. Han dan Mrs. Han memakan makanan mereka dengan tenang. Sesekali, Mr. Han membicarakan masalah bisnis dengan suami (name), Jumin, anak Mr. Han sendiri.

(Name) hanya memakan makanannya dalam diam. Ia sedikit takut untuk berbaur dengan mertuanya. Ya, karena (name) berasal dari keluarga yang biasa.

Mrs. Han mendapati menantunya itu menikmati makan malamnya sambil menundukkan kepalanya, dan sedikit membuat Mrs. Han khawatir.

"Kau tidak apa, (name)?" tanya Mrs. Han.

Sontak, pandangan Jumin dan Mr. Han beralih menatap (name).

(Name) mendongak dan nampak gelagapan, "Aku tidak apa, Ibu, sungguh."

Mrs. Han kembali menatapnya penuh selidik, "Kau sakit, Nak?"

"U-um, tidak, Bu."

Mrs. Han menghela napas, "Padahal aku senang kalau kau merasa tak enak badan."

(Name) dan Jumin menatap Mrs. Han dengan pandangan bertanya.

Jumin pun angkat bicara, "Maksud Ibu?"

Mrs. Han menatap Mr. Han sebentar dan kemudian tertawa kecil, "Tentu saja, kami mengharapkan cucu dari kalian."

Kemudian, (name) menatap sang suami dengan wajah memerah.

"U-umm ...."

"Tak perlu terburu-buru, sayang," ujar Mrs. Han, "lagipula aku masih muda. Tapi semakin cepat semakin baik, ya, Jumin?"

Jumin mendesah, "Kami usahakan, Bu."

"Dan (name)," panggil Mr. Han.

"Y-ya, Ayah?" jawab (name) takut-takut.

Mr. Han tersenyum, "Jangan canggung pada kami, Nak. Kami juga keluargamu."

(Name) merasakan perasaan hangat yang muncul di dadanya.

Ia pun tersenyum.

"Baik, Ayah."

Pembicaraan keluarga itu kembali berlanjut. Namun, (name) kali ini tak hanya diam, sesekali ia ikut mengikuti pembicaraan.

Jumin luar biasa senang saat melihat istrinya sudah bisa bersenda gurau dengan orang tuanya.

Jumin membayangkan, bagaimana suasana rumahnya kelak saat dia dan (name) sudah memiliki keturunan?

Ah, Jumin tak sabar menantikannya.

End Of Chapter

Haha~ dapet ide gara-gara dapet cerita kalau perempuan biasanya canggung sama ibu mertuanya 😂😂

Oh well, ceritanya di sini Mrs. Han rujuk sama Mr. Han pasca Mr. Han ditipu Glam 😂😂

Well, that's it. I hope you like this drabble ❤

Mind to vomment dan follow (bagi yang belum)?

Cheers,
Panilla Ais Krim

Our Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang