Awal Kehidupan

1.1K 138 8
                                    

Gundah gulana melanda hati Jumin.

Bagaimana tidak? Istrinya saat ini tengah berjuang untuk melahirkan anak mereka.

Semula, pria miliarder itu hendak menemani sang istri di ruangan tempat (name) melahirkan. Apa daya ia justru takut emosinya akan meledak tatkala melihat raut wajah kesakitan wanita yang ia kasihi itu, yang ada semuanya bisa kacau balau.

Yang membuat Jumin makin kesal adalah ketika Zen menawarkan diri untuk menemani (name) di ruangan tersebut.

Mati saja kau, Zen.’ Batin Jumin pun mengutarakan sisi kesalnya.

Jumin menatap Zen dengan raut wajah yang tertekuk, lalu berkali-kali menatap pintu ruangan dengan rasa gelisah.

Hawa tak nyaman dirasakan Zen. Pria berambut putih itu mendapati wajah masam teman-banyak-hartanya, hingga membuat keringat dingin Zen mengalir ke pelipis.

“Oi, Trust Fund Kid, aku hanya bercanda, kau tahu—”

Hingga suara tangisan bayi menghentikan perkataan Zen.

“Kau tunggu di sini dulu, Zen. Jangan ganggu momenku dengan (name).”

Selepas mengatakan hal tersebut, Jumin buru-buru beranjak dari duduk, lalu dengan tak sabaran mendobrak pintu ruangan yang kini dilingkupi atmosfer bahagia.

Suka-suka Jumin saja, deh. Mengganti pintu rumah sakit, sih, mudah untuk Jumin, 'kan?

Sementara Zen harus mengelus dada.

•••

Pemandangan yang Jumin lihat pertama kali saat masuk ke ruangan tersebut adalah raut wajah pucat (name). Batin Jumin seakan teriris, perjuangan istrinya memang dahsyat hingga tak ada rona alami di wajah ayunya seperti biasa.

Mungkin setelah ini Jumin harus menelepon ibunya dan meminta maaf pada beliau.

(Name) mengulas senyum tipis mendapati keberadaan Jumin di ruangan yang sama.

Jumin mendekat, lantas menggenggam dan mengecupi punggung tangan (name).

“Terima kasih, (name). Di mana dia?” bisik Jumin.

(Name) berkata dengan lirih, “Sedang dimandikan …, ia laki-laki, tampan sepertimu.”

Desiran hangat timbul di dada Jumin.

Hingga netra gelapnya menangkap figur seorang perawat yang sedang menggendong … buah hatinya dan (name).

Ia melepas pegangan tangan dari (name), yang disambut anggukan kecil dari istrinya itu.

Jumin dipenuhi euforia, kala sepasang tangannya dengan hati-hati menggendong malaikat kecilnya.

“Kau benar, dia tampan. Mau diberi nama siapa?” tanya Jumin.

“Han In Su, seperti yang sudah dibicarakan … bukan?” jawab (name) dengan lirih, tubuhnya masih terasa letih dan Jumin seakan memakluminya.

Mata sang malaikat kecil terbuka, bertemu pandang dengan Jumin, hingga terdapat senyum yang terulas di wajah Jumin tanpa sadar.

“Selamat datang ke dunia, In Su.”

-TBC-

Okee udah lamaa nggak buat fanfic, nulisnya essay-paper-resume mulu jadinya mungkin agak kaku :'')

Aku minta maaf untuk itu ya gaes :(
Maaf juga updatenya udah seabad yang lalu huhuhu :(
Mana apdetan ini juga pendek yekan---masih beradaptasi aku gaes :(

Doakan aku biar bisa bagi waktu terus rajin apdet ya :( /malahcurhat

Btw kalian apa kabar? Masih menunggu ini atau udah enggak---yaudah sih ya aku mah bisa apa kalau kalian udah nggak nungguin :') /alaylu

Ah ya, ini berdasar hasil voting nama ya, yang paling banyak Han In Su makanya di sini pake yang itu.

Btw semoga kalian tetap suka walau ini sebenernya ngetik di hp dan aku merasa masih agak kaku :'')

Maafkan akuuu.

Terima kasih buat yang udah support book ini, makasih juga buat yang setia menunggu update maupun yang enggak nunggu.

Sekian dari aku, terima kasih sekali lagi~

Cheers,
Panillalicious

Our Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang