Good News

1.8K 229 14
                                    

Disclaimer
Mystic Messenger © Cheritz
Mulmed © Myetie
Story © Panilla IceCream

Warning!
OOC, Typos, Bad EBI, dll.

!~ENJOY~!


Alis Zen berkedut saat mengetahui bahwa Seven dan Yoosung lah yang datang ke rumahnya di pagi hari seperti ini dan mereka pula pelaku yang mengetuk pintu rumahnya dengan kencang bak orang tak tak tahu tata krama.

Menghela napas dengan kasar, Zen pun membuka pintu rumahnya perlahan, sehingga suara Yoosung dan Seven yang mengganggu pagi harinya itu pun mulai mereda.

"Hyung! " seru Yoosung saat wajah tampan Zen tertangkap iris violet-nya.

Lelaki berambut pirang itu cepat-cepat memeluk tubuh Zen sembari menitikkan air mata—entah air mata apa, Zen tak mengetahuinya.

"Kenapa, Yoosung?" tanya Zen sembari terus mendorong tubuh pemuda pirang yang bertubuh lebih kecil darinya itu, "dan jangan memelukku seenak jidatmu seperti ini!"

Yoosung melepaskan pelukannya terhadap 'hyung'-nya itu sembari mengerucutkan bibir, kesal karena sapaan meriah nan hangatnya terinterupsi.

"Kau ketus sekali, sih, Hyung," ucap Yoosung sembari meringis dan memeluk lengannya disertai dengan raut wajah penuh ekspresi terluka.

Seven yang sedari tadi hanya tersenyum melihat tingkah dua orang pria di hadapannya itu pun mulai angkat bicara.

"Kau belum mendengar kabar dari (name) maupun Jumin?" tanya pria berambut merah bak buah tomat itu.

Iris kemerahan milik Zen membesar. Pria berambut panjang itu pun bertanya, "Kenapa dengan mereka? Jangan bilang mereka mempunyai bola-bulu lagi?"

Yoosung dan Seven tertawa sejenak sebelum keduanya saling bertatapan dan tersenyum lebar.

"Aku inginnya, sih, seperti itu. Aku pasti bahagia sekali jika ada Elly yang lain~~," ujar Seven dengan wajah yang nempak berbunga-bunga.

"Hyung, bisakah kau serius sedikit? Ini merupakan kabar penting, tahu?" tegur Yoosung sembari menyodok lengan Seven dengan sikunya.

"Baiklah~~~. Ehem, (name) hamil, Zen. Kita bertiga akan menjadi seorang paman," jelas Seven.

Zen nampak belum menangkap ucapan Seven, terlihat dari keningnya yang berkerut dan wajahnya yang menunjukkan mimik wajah kebingungan. Namun tak lama kemudian, matanya membola dan wajahnya berganti menunjukkan ekspresi keterkejutan.

"Tunggu. A-apa? (Name) hamil? B-benarkah?!"

"Kita akan ke penthouse milik Jumin untuk memberi kejutan untuk mereka. Kau ikut, Hyung?" tawar Yoosung.

Zen mendengus dan mengambil langkah untuk kembali ke dalam rumahnya.

"Aku ikut. Aku akan berganti pakaian dulu, tunggu sebentar!"

***

"

Mr. Han," panggil seorang security yang tiba-tiba masuk ke kediaman milik Jumin saat majikannya itu tengah bersiap-siap untuk perjalanan bisnisnya nanti.

"Ada apa?"

"Tiga rekan anda dari RFA datang berkunjung. Anda ingin mereka masuk?" tanya sang security.

Jumin berdecak kesal. Netra kelabunya mengalihkan pandangan ke istrinya sejenak dan mendapati sang istri yang terkikik sendiri.

"Ini ulahmu, ya?" tanya Jumin.

(Name) tak menjawab, karena wanita itu sibuk dengan tawanya disertai dengan wajahnya yang terlihat sangat senang saat melihat ekspresi kesal sang suami.

Jumin menghela napas sejenak, sebelum dirinya berujar pada salah seorang petugas keamanannya itu, "Suruh mereka masuk."

"Baik, Sir."

Tak lama kemudian, tiga orang tersangka yang pagi-pagi datang ke penthouse milik Jumin itu masuk dengan wajah yang terlihat sumringah—

Bukan Jumin yang mereka sapa terlebih dahulu, melainkan (name) lah yang mereka sapa. Poor Jumin.

"(Name)!" seru mereka bertiga dengan kompak—setelah Zen mengambil jarak dengan Jumin terlebih dahulu.

"Astaga, kalian bersungguh-sungguh datang rupanya. Terima kasih, guys," ujar (name) dengan wajah yang terlihat bahagia.

Jumin menghela napasnya dengan kasar. Jadwal keberangkatannya harus dia undur sejenak—

Karena ada Zen yang tengah berkunjung ke rumahnya. Yang Jumin tahu, pria berambut panjang itu senang sekali menggoda istrinya.

***

"Jadi, Jumin akan memiliki anak, ya?" gumam Yoosung saat iris violet-nya secara bergantian menatap wajah Jumin dan (name).

"Mungkin aku bisa mengajarinya untuk menjadi seorang hacker nanti—"

"Itu tak mungkin, Luciel. Aku akan mendidik anakku dengan baik," potong Jumin.

Seven mendengus dan mengerucutkan bibirnya saat mendengar perkataan Jumin.

"Lebih baik dia menjadi seorang aktor sepertiku, bukan?" ujar Zen sembari menatap perut (name) dengan intens.

(Name) tak berkomentar sedikitpun. Helaian cokelat panjangnya menari-nari seiring ia terus tertawa mendengar celotehan teman-temannya.

Netra hazel-nya mengerling sejenak pada sang suami sebelum ia menatap kembali ketiga pria yang berkunjung ke rumahnya itu.

"Yang jelas, dia akan menjadi anak yang baik kelak. Aku mendukung apapun yang akan dia pilih nanti, asalkan hal itu positif."

Jumin sedikit tersentak mendengar perkataan sang istri, sederhana tetapi terasa hangat. Jumin merasa sangat beruntung memiliki seorang istri seperti (name).

"(Name) benar," jawab Yoosung sembari mengulas senyum di wajahnya, "tetapi—"

"Tetapi? Ada apa, Yoosung?" tanya Zen.

"Aku lapar. Bisakah aku menumpang makan di tempatmu, Jumin? Uang bulanan yang dikirimkan ibuku sudah habis."

Kemudian, gelak tawa terdengar di seluruh bagian rumah itu disertai geraman kesal milik Jumin.

End of Chapter

Yo~ maaf Pani lama apdetnya ^^;;
Pani tengah sibuk di RL dan ditambah pula dengan kondisi yang jungkir-balik, mohon dimaklumi *bow* /kemudiandihajarmassa

And, semoga kalian suka dengan chapter kali ini~ ❤

Danke, guys! Semoga hari-hari kalian menyenangkan~

Cheers,
Panilla Ais Krim

Omake

"Astaga, Jaehee! Kau juga berkunjung ke sini?"

Jaehee tersenyum. Asisten dari Jumin Han itu pun kemudian menyerahkan kantong tas yang terbuat dari kertas pada (name).

Alis (name) terangkat sedikit saat tangannya terulur untuk menerima pemberian Jaehee.

"Apa ini?"

Wajah Jaehee seketika berbinar cerah.

"DVD Zen yang terbaru!"

Our Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang