Kunjungan

2.1K 258 41
                                    

Disclaimer
Mystic Messenger © Cheritz
Story © Panilla Ais Krim

Warning : OOC, Typos, Bad EBI, dll

Enjoy~

°°°

"Nyonya," panggil salah seorang petugas keamanan.

(Name) menghentikan kegiatan membaca bukunya sejenak dan memperhatikan petugas itu.

"Ya?"

"Teman-teman Anda dari RFA datang berkunjung, boleh mereka masuk?"

Senyum tersungging di wajah cantik (name).

"Tentu saja!"

Petugas tersebut mengangguk paham, "Baiklah, saya permisi dulu."

Cklek

Bersamaan dengan suara pintu tertutup dan tak lama terbuka kembali, seruan seseorang mulai terdengar.

"(Name)!" seru Yoosung dan Seven bersamaan.

(Name) menampilkan raut wajah sumringahnya dan memeluk kedua manusia tersebut.

"Hei, aku merindukan kalian."

"Kami juga, (name), apa kabar?" tanya Yoosung.

(Name) melepaskan pelukan pada keduanya, "Baik."

"Kau tak mau memelukku, (name)?" rengek orang yang sempat (name) abaikan, Zen.

(Name) mulai ber-fangirling-an dalam hati mengetahui keberadaan sang idolanya itu.

Baru berjalan beberapa langkah mendekati sang idola, suara seseorang menginterupsinya.

"(Name), kalau kau dekati dia satu langkah lagi, aku akan menghukummu."

Refleks, (name) menatap ke arah pintu—di mana asal suara terdengar.

"Jumin-oppa? Sudah pulang?"

Jumin melonggarkan dasi yang dia kenakan.

"Ya. Aku harus bergegas pulang karena mendengar mereka semua datang berkunjung."

Zen menatap sinis pada Jumin, begitu pula sebaliknya.

Jumin masih kesal dengan Zen karena membuat istrinya selalu ber-fangirling dan membuatnya diabaikan.

Zen tentu saja selalu kesal dengan tingkah Jumin yang sok kaya itu.

"Apa-apaan maksudmu itu, Trust Fund Kid?"

"Jangan menggoda istriku, Zen."

"Aku tak menggoda (name), sialan, aku juga temannya."

Zen setengah menyesali keputusannya berkunjung, dan Jumin setengah menyesali keputusannya untuk pulang lebih cepat.

"Kurasa ...," ujar Seven, "perang dunia akan segera dimulai."

"Aku setuju," jawab Yoosung.

(Name) mengabaikan kedua orang yang saling beradu pandang dengan sinis itu dan menatap kedua rekannya yang lain.

"Jaehee tak ikut?"

Seven menghela napas, "Tanyakan pada suamimu itu, (name). Ia ingin sekali berkunjung, tetapi pekerjaannya terlalu banyak."

"Pekerjaan Asisten Kang sangat baik, dan aku sedang ingin membuat proyek syal dari bulu kucing sehingga aku menyuruhnya untuk mengerjakan proyek tersebut dari nol," jawab Jumin.

Mendengar perkataan Jumin tentang kucing membuat Zen bersin.

"Jangan bicarakan tentang kucing di hadapanku ... hachih!"

"Kau dikutuk oleh kucing, Zen," ujar Seven sembari tertawa.

"Eh? Kucing bisa mengutuk seseorang?" tanya Yoosung polos.

"Mana mungkin kucing bisa mengutuk seseorang, Seven," geram Zen.

Mendengar celotehan teman-temannya sontak membuat (name) tertawa.

"Ahahaha."

Keempat pria itu menghentikan obrolan tak penting mereka dan menatap (name) yang tertawa sembari memegangi perutnya.

"Oh tidak," ujar (name) di sela-sela tawanya, "kalian lucu sekali, ahaha."

Jumin tersenyum mendengar tawa lepas dari bibir sang istri. Dia tak menyesali kehadiran teman-temannya di penthouse miliknya. Berkat mereka, (name) bisa terhibur dan tertawa lepas seperti itu.

Bagi Jumin, suara tawa (name) itu indah. Saat melihat wajah cerah (name) saat tertawa, bisa melunturkan rasa lelah yang menderanya.

"Jumin," panggil Seven setelah tawa (name) mulai mereda.

"Hm?"

"Di mana Elly?"

Zen pun kembali bersin.

End of Chapter

Hualo, drabble kali ini sedikit abstrak 😂😂

Semoga menghibur kalian! 😘

Tenang, masih ada kunjungan-kunjungan yang lain, kalau kalian kangen sama Seven, Yoosung, Zen, Jaehee ❤

Ps : Mind to vomment & follow me?

Cheers,
Panilla Ice Cream

Our Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang