Diskusi

1.3K 187 12
                                    

Semua orang tua memiliki harapan untuk anaknya; ingin anaknya memiliki kehidupan yang baik dan sukses, ingin anaknya memiliki karir yang baik.

Tak terkecuali Jumin dan (name), tentu saja.

Yang membedakan, para calon paman dari darah daging Jumin yang ada di dalam rahim (name) sudah ribut sendiri dengan statement mereka masing-masing.

"Bawa saja anakmu ke tempatku jika kau dan (name) sedang sibuk, Mr. Trust Fund Kid!"

Ya, kau tahu benar siapa yang berbicara.

"Tidak, Zen. Anakku akan menjadi tidak terawat, karena kau sangat gila bekerja," jawab Jumin sedikit ketus.

(Name) tertawa sembari mengusap perutnya yang sudah sedikit membesar.

Mendengar perkataan Jumin, Zen pun kesal dan sedikit berkomat-kamit, mengenai Jumin tentu saja.

"Ah~ kalau begitu, datang ke paman Seven saja! Defender of Justice, 707, akan membawa anak dari direktur C&R, Jumin Han, menyelamatkan dunia!" seru Seven sembari mengepalkan dan mengangkat tangannya ke udara.

"Hyung," panggil Yoosung.

Pria berambut blonde itu menghela napas singkat, "Aku malah khawatir kalau anaknya Jumin ada di rumahmu ...."

Seven menaikkan posisi kacamatanya dan memandang korban-dari-kejahilannya itu.

"Kenapa?"

"Aku tak ingin anakku memakan kripik kentang dan meminum minuman yang tidak sehat, Luciel. Sebaiknya kau lupakan statement-mu itu," tukas Jumin.

Seven sedikit mengerucutkan bibirnya dan menangis sembari memanggil nama Elizabeth 3rd berulang kali.

"Kalau Yoosung," ujar (name) sembari tersenyum manis, "apa yang kau inginkan?"

Yoosung mengerjapkan kelopak matanya berulang kali. Kemudian, menggaruk kepalanya yang tak gatal sembari memamerkan deretan giginya.

"Aku ingin anakmu dan Jumin diberi kesehatan, kesuksesan seperti ayahnya, penuh kehangatan dan kasih sayang seperti ibunya. Hmm ... kurasa itu saja," jawab Yoosung.

Zen, Seven, Jumin, dan (name) sedikit tertegun.

"Kenapa dengan kalian?"

Seven memegangi kedua bahu Yoosung erat, dengan mata yang berkaca-kaca.

"Hyung ...?"

"Kau sudah dewasa, Yoosung. Kurasa ... aku tak bisa menjahilimu lagi, aku sedih!"

Yoosung facepalm di tempat. Sementara (name) mulai tertawa melihat tingkah kedua pria itu.

"Jadi, alasanmu sedih itu karena tak bisa menjahiliku?" tanya Yoosung sembari memasang raut wajah kesal.

Jumin, sang ayah dari janin yang ada di kandungan (name), tersenyum dan mengusap rambut Yoosung layaknya seorang kakak pada adiknya.

Kekesalan Yoosung pun sirna, sedikit terkejut pula dengan tindakan sang calon ayah itu.

"Terima kasih, Yoosung. Kami juga ingin begitu, tentu saja. Apa yang menjadi kebahagiaannya nanti, adalah kebahagiaanku dan (name)."

(Name) tersenyum, sedikit mengusap air mata yang sempat jatuh dari pelupuk matanya. Ia terharu, dan mengharapkan kebahagiaan untuk keluarganya.

Perkataan Jumin benar, sumber kebahagiannya nanti tak lain adalah anak yang dikandungnya itu.

End of Chapter

Hello gaes~ maaf lama updatenya!

Daku ... tengah stuck dengan fluff ini, dan juga lemon untuk fanfic sebelah, jujur saja.

Ditambah, kesibukan yang tak tanggung-tanggung.

Mohon pengertiannya dari kalian semua. Mohon maaf juga kalau masih berasa kaku atau gimana .___.

Well, special thanks for Mika0218, makasih banget udah support aku selama ini. Dan, semoga suka dengan chapter ini! Ditunggu kritikannya lagi.

Sekian, danke juga untuk kalian semua yang sudah membaca~

Cheers,
Panillalicious

Our Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang