Part 3

430 16 0
                                    

Haiii!! Ketemu aku lagi nih. maaf kalo cerita kemaren ngebosenin gtu. atas kritikan dan saran dari teman, aku bertekad akan merubahnya. Tetep vote dan comment yah! Selamat membaca!💕💕
Mulmed: Sam (adiknya Teddy)

***

Hellen POV

Aku sedang membaca buku sejarah saat seorang cowok mengejutkanku dari belakang.

"Suka baca tentang sejarah?" Aku menengok kebelakang dan melihat seorang cowok tampan tersenyum kepadaku.

"Ehh.. Enggak" ucapku gugup. Cowok itu tersenyum lagi dan sukses membuat jantungku lari-larian. Aduh, dia tampan sekali, hayati nggak kuat lihatnya.

"Kenalin dulu, aku Randy. Kalau kamu pasti anak baru kelas 11 kan?" Dia mengulurkan tangannya, dan kubalas dengan berjabat tangan. Deg deg deg.

"Ehm, aku Hellen, kok kamu bisa tau?" Tanya ku setelah melepas jabat tangan dengan cowok itu.

"Tau dong," Randy tersenyum lagi. Ya Tuhan, tak bisakah dia berhenti tersenyum seperti itu kepadaku? "Lagi ada tugas? Atau emang pengen baca aja?"

"Ehm, lagi ada tugas sih, aku nggak begitu tau tentang sejarah, jadi mau baca dulu" aku kembali membaca buku yang ada di tanganku.

"Mau aku bantu nggak? Kebetulan aku lumayan ngerti, maklum lah anak IPS" tanyanya santai.

"Ehh?? Nggak.. nggak usahh. Aku bisa sendiri kok," aku kaget saat dia menawarkan diri ingin membantuku. Tapi kan baru kenal, nggak enak kalau langsung minta-minta bantuan. Ya memang sih aku nggak minta bantuan, melainkan ditawarin bantuan, tapi aku nggak mau, nanti disangka nggak tau diri, lagi.

"Loh kenapa? Katanya nggak ngerti?" Tanya nya dengan muka bingung.

"Ehm, ya emang nggak ngerti, tapi kan bisa sendiri. Nggak mau ngerepotin orang lain," aku menutup buku sejarah itu dan menaruh di raknya kembali. "Udah dulu ya, aku mau ke kelas," ucapku saat dia baru manggap, ingin bicara lagi. Aku melangkahkan kaki ku pergi dari perpustakaan. "Kalau aku masih disana, jantung aku bisa copot, sial" batinku.

"Hellen!"

Aku menoleh ke sumber suara, dan kudapati Shelyn sedang berlari ke arahku dengan nafas senin-kamis.

"Ada apa? Kok lari-lari?" Aku melihat sekelilingku, kukira dia sedang dikejar penagih utang atau semacam nya, tapi aku tidak melihat ada orang yang sedang mengejar Shelyn.

"Hahh.. hahh, itu, kamu dipanggil.. sama.. Kak Petra" Shelyn menunduk sambil memegangi dadanya, mengatur nafasnya yang tidak beraturan.

"Kak Petra? Yang ketua OSIS itu?"

"He-eh, katanya kamu dijadikan kandidat calon ketua OSIS" Shelyn menunjukkan kertas yang sedari tadi dipegangnya.

"Hah? Kok bisa sih? Aku kan nggak calonin diri," aku membaca kertas itu, tercantum nama ku, dan 4 nama lainnya yang tidak aku kenal.

"Nggak tau juga deh, mending kamu samperin kak Petra sekarang" Shelyn mengambil kertas dari tangan ku dan menarik ku menuju ruang OSIS.

***

Shelyn membuka pintu ruang OSIS dan masuk diikuti oleh ku. Didalam ruangan ini ada sekitar 9-10 orang, dan aku hanya mengenali Renata, yang memang bagian dari kepengurusan OSIS.

Ruangan ini cukup luas dan rapi. Dinding-dindingnya dihias dengan gambar-gambar yang terlihat asal tapi memiliki sisi kreatif. Penataan meja dan kursi nya berbentuk huruf U dan terdapat 2 meja di tengah-tengah yang diperuntukkan untuk ketua OSIS dan wakil nya. Ada papan tulis berukuran sedang didepan ruangan, dan beberapa meja di sudut-sudut ruangan dengan beberapa cemilan diatasnya. Wah, aku bisa betah nih kalau disini, banyak makanan.

"Hellen ya?" Tanya seorang cowok yang kuyakini adalah kak Petra.

"Iya, kak"

"Duduk dlu sini" kak Petra menunjuk kursi di sebelah kanannya. "Aku mau ngasih tau, kalo guru-guru milih kamu jadi calon ketua OSIS, kamu mau kan?" Tanya kak Petra to the point.

"Kok aku bisa dipilih ya kak?" Sebenarnya aku memang ingin juga jadi ketua OSIS. Siapa sih yang bakal nolak kalau dicalonin jadi ketua OSIS. Kecuali orang itu benar-benar nggak mau populer dan mau fokus belajar ajah. Tapi, jarang sih ada orang kayak begitu.

"Mereka bilang kamu pintar, lalu tekun juga, jujur, bertanggung jawab," kata kak Petra sambil membenarkan letak kacamatanya.

"Oh," aku menunduk. Aku tidak seperti apa yang digambarkan guru-guru. Mereka terlalu melebih-lebihkannya.

"Jadi kamu nggak keberatan kan?" Tanya kak Petra sambil menatap ku dalam-dalam.

"Ehh, iya kak aku bersedia,"

"Permisi.." aku menoleh kearah pintu, dan melihat seseorang berdiri disana sambil memegang kertas.

***

Yey selesai juga part ke-3
Sorry kalau part ini pendek. Lagi nggak terlalu punya ide buat adegan ini hehe.
Tapi tetep vote comment yah!!
Laflaf💕💕

LET ME LOVE YOU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang