Part 12

267 7 0
                                    

I'm so sorry, karena baru bisa update sekarang. Happy new year yah para readingku!😊.

Say welcome to our new mulmed member! Ko Darren!

Happy Reading! 😚

***

Hellen POV

"Oke, berhubung udah pada nyampe, kita langsung mulai aja ya latihannya, yuk stand by" Cejess mengarahkan kami semua untuk berkumpul di ruang tamu yang luas.

Jadi kami mau menampilkan drama yang judulnya 'Pay it forward'. Ini mengajarkan tentang membalas kebaikan orang lain gitu. Aku disini berperan sebagai anak SD, yang ceritanya bingung tentang arti kebaikan. Jadi aku bertanya kepada seorang guru, yang diperankan oleh ko Eddo yang sekaligus menjadi anak nakal. Jadi ceritanya ko Eddo yang sekarang sudah menjadi guru, flashback ke masa dia saat SMA, masa-masa dia masih nakal dan suka mem-bully orang.

Aku melihat ko Darren yang rambut nya sedang di pakaikan gel, yang ceritanya dia sebagai anak culun yang dibully anak nakal. Lucu sekali ekspresi mukanya saat memperagakan anak culun. Ko Darren sangat ganteng, walaupun sudah dibuat culun, tetapi gantengnya tetap masih melekat.

Karena aku cuma kebagian di scene pertama dan terakhir, aku kebanyakan bengongnya. Setelah aku selesai dengan scene ku, aku berdiri sambil memperhatikan ko Darren dan ko Eddo yang ceritanya sedang bully-bully an. Ko Eddo mendorong ko Darren hingga jatuh. Lalu dengan ekspresi culunnya, ko Darren menatap ko Eddo yang menendang bukunya. Sontak seisi ruangan tertawa terbahak-bahak karena ekspresi ko Darren. He's so talented. Aku masih tertawa sambil melihat ko Darren, ko Darren malah melihat ke arahku lalu tersenyum lucu. Aku langsung salah tingkah saat dia tersenyum kepadaku.

"Ah jangan pada ketawa dong, kan jadi pengen ketawa juga," ko Darren bangkit berdiri lalu merapikan rambut culunnya yang berantakan.

"St.. stt.." Cejess menahan ketawa sambil meletakkan telunjuk di bibirnya. Aku langsung membekap mulutku.

Mereka mengulangi scene tadi, dan aku masih tetap membekap mulutku karena masih geli melihat ekspresi ko Darren. Lalu scene ini selesai, ko Darren menepi dan berdiri disebelahku, sementara ko Eddo yang masih ada di scene selanjutnya tetap berada di tengah ruangan.

Aku menengok ke arah ko Darren, dia juga sedang melihatku sambil memegang-megang rambutnya.

"Berantakan nggak?" Tanyanya sambil tetap memegang rambut. Aku mengangkat tangan, merapikan rambutnya yang acak-acakan.

"Udah," aku tersenyum kepada ko Darren lalu kembali memperhatikan ko Eddo dan yang lain sedang latihan. Tiba-tiba kurasakan sebuah tangan bertengger di pundakku. Aku melihat ke kanan, dan mendapati ko Darren yang sedang menaruh sikunya di pundakku. Ko Darren tidak menatapku, melainkan dia melihat kearah tengah ruangan. Baper moment#1.

"Nggak usah baper Hellen" ucapku dalam hati. Ko Darren menurunkan tangannya dari pundakku saat Cejess menyuruhnya bersiap-siap karena habis ini adalah scene nya.

"Disini, Hellen bantuin angkatin bangku sama meja ya, nanti buat ko Eddo duduk," Cejess memberi pengarahan kepadaku.

"Oke" aku manggut-manggut lalu mengangkat bangku dan meja kedalam.

Habis ini aku nggak ada scene. Jadi aku memutuskan untuk turun kebawah mengambil air.

"Hellen mau kemana?" Cejess memanggilku saat aku berjalan mendekati tangga.

"Mau ambil minum," aku memperagakan orang sedang minum.

"Ambilnya banyakan aja ya, sekalian buat yang lain. Thanks"

"Oke" aku tersenyum lalu berjalan menuruni tangga. Aku mengambil nampan lalu menaruh beberapa gelas diatasnya.

"Sini aku bantuin" aku menengok ke arah suara, ada ko Darren yang berjalan mendekatiku.

"Boleh sih," aku membuka kulkas lalu mengambil air dingin. "Koko bawa nampannya aja ya"

"Ok" ko Darren mengambil nampan yang tadi aku taruh diatas meja lalu berjalan mendahului ku keatas. "Yang haus, yang haus!" Ko Darren berteriak ala-ala pedagang asongan, membuat aku menahan tawa.

Ko Darren menaruh nampan diatas meja dan aku mulai mengisi gelas-gelas itu dengan air. Satu persatu datang kearah kami untuk mengambil minum.

"Terimakasih yah!" Cejess menepuk bahu ku.

"Masama" aku tersenyum.

"Hellen, udah rapi belum?" Aku menoleh kebelakang, ko Darren menatapku sambil menunjuk rambutnya. Aku berjalan mendekatinya lalu merapikan rambutnya yang berdiri.

"Dari tadi loh ya, rambut koko berantakan mulu"

"Ya kan tadi abis bantuin kamu bawa nampan" ko Darren memakai kacamata culunnya.

"Oke, yuk semua balik lagi ke latihan. Hellen, sekarang scene kamu ya" teriak Cejess. Aku meneguk air ku hingga habis lalu berlari menuju tengah ruangan. Aku tidak ingat bahwa ada naikan seperti satu anak tangga di depanku.

BUK!! Aku tersandung dan jatuh. Astaga. Malu banget.

"EEE!! Hellen kamu nggak papa?" Cejess mendekatiku lalu membantuku berdiri. Aku menengok kearah ko Darren yang sedang tertawa melihatku. YAAMPUN. MALU BANGET LOH. Entah mengapa ditertawakan ko Darren menurut ku itu sangat memalukan.

"Eh, enggak papa kok ce" aku tersenyum lalu berdiri dan berjalan melewati ko Darren menuju tengah panggung.

"Kamu kenapa?" Ko Darren menatapku sambil tersenyum geli.

"Em, enggak" aku menutup bagian kanan wajahku dengan rambut agar ko Darren tidak melihat ekspresi maluku.

Aku berjalan pelan-pelan menuju tengah ruangan, lalu membaca naskah scene terakhirku. Jadi ceritanya nanti aku dijemput sama papa ku yang ternyata itu ko Darren, orang yang dulu di bully oleh guru ku, lalu mereka salaman damai, dan selesaiiii.

"Nah, jadi kebaikan itu seperti itu, bukan hanya menerima, tapi kita juga harus memberikan kebaikan kepada setiap orang untuk dilanjutkan kepada orang lain" Ko Eddy membaca naskah ditangannya sambil sesekali melihatku.

"Oh, jadi seperti itu ya guru, terimakasih ya guru, aku akan belajar dari cerita guru," aku tersenyum kepada ko Eddy.

Kringkring. "Hellen," aku menoleh kearah kanan.

"Papa!" Aku berlari kecil menuju ko Darren yang baru saja memberhentikan sepedanya.

"Lho?" Ko Darren menunjuk ko Eddy dan ko Eddy juga menunjuk ko Darren. Mereka terdiam sebentar, lalu ko Darren memutar kepala kebelakang.

"Abis ini langsung salaman kan?" Ko Darren bertanya ke Cejess yang sedang minum.

"He-eh" Cejess mengangguk-angguk, lalu ko Darren turun dari sepeda lalu berjalan mendekati ko Eddy. Mereka bersalaman, lalu aku membaca naskahku. Ternyata aku masih harus bicara disini.

"Pa, papa kenal sama guru?" Aku melihat kearah ko Darren yang sedang menaiki sepedanya kembali. Ko Darren melihat naskah nya sekilas lalu dia menatapku.

"Iya, dulu guru kamu itu teman SMA papa," ucap ko Darren lalu tersenyum dibagian akhir. Seketika aku langsung salting dibuatnya. Aku tahu ini hanya drama, namun tetap saja rasanya nyata. Hm, baper moment#2.

"Disini Hellen langsung naik diboncengan sepedanya ya," Cejess memberi pengarahan. Aku menatap bangku dibelakang ko Darren lalu aku mendudukinya.

"Pegangan dong," ko Darren menengok kebelakang, menatapku sambil nyengir. Baper moment#4. Aku menaruh tangan ku dengan ragu di pinggangnya. Ko Darren mengayuh sepeda lalu melambai-lambaikan tangan kearah ko Eddy. Aku pun mengikutinya melambaikan tangan kepada ko Eddy.

"Oke, good. Udah bagus kok," Cejess bertepuk tangan. Aku segera turun dari sepeda lalu menenangkan jantungku yang berdegup cukup kencang, lalu mengambil minum dan berjalan menuju sofa di pinggir ruangan. "Jadi kita tinggal perbagusin ekspresi sama gerakannya aja, udah gitu dihafalkan ya naskahnya masing-masing" aku manggut-manggut mengerti.

"Nih, mama koko ada bikin gorengan, dimakan ya" ko Polim menaruh gorengan dimeja dekat minuman, aku langsung mengambil tempe, tepat bersamaan dengan sepasang tangan yang ingin mengambil tempe juga. Aku menengok kesebelahku, dan melihat siapa yang berusaha merebut tempe ku.

***

Wokaaayyyy sampai sini dulu yakk!!
Vote and comment okay!
Maaf kalau jelek, kalo ada yang kurang, comment aja.
Laflaf💕💕

LET ME LOVE YOU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang