Part 7

306 12 0
                                    

Hellen POV

"Ketiga kandidat sudah mempresentasikan visi misinya, ya. Ok, sekarang saatnya penilaian! Kalian liat tombol didepan kalian masing-masing? Kami akan membacakan nama kandidatnya satu-satu dan saat nama kandidat yang kalian pilih disebut, kalian bisa menekan tombol didepan kalian. Tombol itu hanya dapat di tekan sekali, jadi kalian tidak dapat memilih lebih dari satu," kak Cindy berhenti sebentar dan berbicara dengan kak Petra di belakang nya. "Bisa kita mulai sekarang?" Kak Cindy kembali berbicara melalui mic.

"BISAA!!!" Teriak siswa siswi dengan serempak.

"Oke, kita mulai dari nomor urut pertama, Andrew!"

Kulihat dari backstage, muka Andrew terpampang dari infokus dipanggung, lalu disebelahnya ada perolehan angka siswa-siswi yang memilihnya. Angka pemilihnya terus bertambah dan berhenti pada angka 158.

"Oke, ada yang masih mau milih? Kita hitung sampai 5, dan habis itu ditutup ya untuk Andrew," kak Cindy mengambil nafas. "5.. 4.. 3.." kulihat angka nya kembali bertambah. "2.." bertambah lagi. "1." Dan angka itu berhenti di 183. "Oke, sudah ditutup ya, Andrew mendapatkan angka 183," tepuk tangan memenuhi aula. Kulihat Andrew yang mukanya terlihat lesu.

"Kenapa, Drew?" Aku penasaran. Menurutku 183 angka yang cukup besar kok.

"Aku sudah pasti tidak menang, 183 terlalu kecil untuk siswa-siswi sebanyak ini." Andrew menatapku nanar.

"Siapa tau masih ada harapan, Drew" aku menepuk pundaknya. Dia hanya tersenyum paksa kepadaku.

"Oke, kita lanjut ke nomor urut dua, Teddy!" Ku dengar suara kak Cindy kembali membuat aula ini gaduh. Pasti Teddy pendukungnya sangat banyak. Aku kembali melihat muka Teddy di layar infokus beserta angka disebelahnya, 100.. 200.. 300.. Waw banyak banget. Angka itu berhenti di 326. Aku melihat Teddy yang berdiri disebelahku. Dia tersenyum kecil saat melihat perolehan angkanya. Tiba-tiba dia melihat ku lalu tersenyum lebar.

"Kamu masih bisa ngejar kok, anak-anak disini ada sekita 850an," kata Teddy lalu merangkulku.

"Oh, nggak peduli," aku melepaskan rangkulan nya dan berjalan menjauh.

"5..4.." kembali terdengar suara kak Cindy. Aku segera melihat ke depan panggung. "3..2..1." Angka berhenti di angka 332. "Oke, hasil akhir untuk Teddy adalah 332" tepuk tangan dan teriakan bergema di seluruh aula. Cewek-cewek itu tidak takut pita suara nya pecah kali ya?

"Last but not least, Hellen!" Aku melihat wajahku yang muncul di layar panggung. Astaga, dapet dari mana itu foto. Kayaknya dari presentasi di ruang OSIS, untung lagi nggak aib.

Kulihat perolehan suara ku mendekati angka 300, aku terpukau melihatnya. Angka itu berhenti di 317. Kak Cindy kembali berhitung mundur.

"2.." angka kembali berjalan sampai ke 328, "1." Dan angka itu berhenti di 331.

ASTAGA. Perolehan ku beda satu dengan Teddy. Aku melihat kearah Teddy yang sedang tersenyum kemenangan kearah ku.

"Ok, hasil terakhir dari perolehan untuk Hellen adalah 331. Silahkan ketiga kandidat boleh naik keatas panggung," aku bersama Andrew dan Teddy melangkah naik keatas panggung, dan teriakan kembali terdengar keras. "Sayangilah tenggorokanmu kawan-kawan" batinku.

"Mohon diam dulu," kak Petra merebut mic dari tangan kak Cindy. Seketika ruangan mulai sunyi. Kak Petra mengembalikan mic ke kak Cindy.

"Dengan ini, kami para senior OSIS mengucapkan," jeda sebentar, "selamat kepada Cameron Teddy yang telah terpilih menjadi ketua OSIS periode 2016/2017! Dan Hellen Adora Jacelyn sebagai wakil ketua OSIS periode 2016/2017!" Hah? Aku langsung diangkat menjadi wakil? Aku kira bakalan ada pemilihan wakil ketua, ternyata langsung begini.

Aku yang masih shock merasakan sebuah tangan besar dan hangat menggenggam tangan ku dan menarikku melangkah maju ke tengah panggung. Seketika teriakan di aula ini tambah menjadi-jadi. Aku melihat kesebelahku dan mendapati Teddy disana yang sedang memamerkan senyum bahagia nya kepada siswa-siswi di bangku penonton. Astaga, dia super duper ganteng dengan senyuman mautnya itu. Kaki ku mulai lemas saat dia mengalihkan pandangannya ke arahku dengan senyum yang sama. Aku segera melepaskan genggaman tangannya di tanganku.

Kepala sekolahku maju keatas panggung dan memasangkan aku dan Teddy gelar ketua dan wakil ketua OSIS seperti gelar di Miss Indonesia (aku nggak tau namanya apa) yang di pakaikan nya di pundakku dan Teddy, lalu kurasakan berpuluh-puluh, bahkan beratus-ratus kilatan flash mengarah ke kami. Astaga, apa artis-artis tidak buta ya terkena serangan flash seperti ini? Pasti sekarang di kamera mereka, aku terlihat sedang merem.

"Ada yang ingin disampaikan?" Kak Cindy menyodorkan mic kekami. Teddy mengambil mic yang disodorkan kak Cindy dan dia mulai berbicara.

"Selamat pagi, teman-teman" kulihat Teddy yang berseri-seri mukanya.

"Pagiiiiiii" sahut siswa-siswa dengan semangat '45.

"Pertama-tama aku pengen ucapin terimakasih kepada kalian yang telah memilih aku, terimakasih juga udah mempercayakan jabatan ini ke aku, aku akan berusaha membuat yang terbaik buat sekolah kita. Mohon kerja sama ya! Terimakasih." Teddy menyodorkan mic nya kepadaku. Aku mengambilnya dengan ragu.

"Em, pagi semuanya," aku mengambil nafas dan mencoba membuang grogiku jauh-jauh. "Sama seperti Teddy, terimakasih buat yang udah milih aku, aku dan Teddy pastinya akan berusaha agar sekolah kita menjadi lebih baik lagi," tepuk tangan dan siul-siulan nakal kembali terdengar. Aku segera memberikan mic itu kepada kak Cindy.

"Oke, demikianlah acara kita pagi ini, siswa-siswi dipersilahkan memasuki kelasnya masing-masing. Terimakasih," kak Cindy menutup acara ini dengan singkat lalu berjalan menuju kami.

"Selamat yaa!" Dia menyalami ku dan Teddy secara bergantian, lalu dia mengeluarkan handphonenya dan membuka kamera,

"Say cheese!"

***

Finally selesai juga part 7! Maaf ya kalau ngebosenin gtu.
Vote comment ya!
Don't copy story!
Maaf pendek
Laflaf💕💕

LET ME LOVE YOU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang