Butterfly | KTH

(10) Feeling

Hai!

Let's go to the next chapter!

Happy reading!

.

.

"Apa kau mau menemaniku sebentar?"

---

Irene's POV

'Jika kau mau menemaninya, pasti kau akan dikerjai olehnya, lagi.' Bisik otakku saat mulutku hampir saja berucap bahwa aku bersedia menemaninya.

"Mianhae, tapi aku kembali saja."

Terlihat raut Taehyung yang kecewa mendengarnya, "Kenapa kau tidak mau?"

"Jika aku menemanimu, kau akan mengerjaiku dan aku tidak akan bisa pulang dari sini." aku memberi jeda, "Aku tahu siasatmu, Kim Taehyung."

"Wah, bagaimana kau tahu diriku dengan baik? Jangan-jangan selama ini kau memata-mataiku. Apa jangan-jangan kau juga menyukaiku?" Sahutnya.

"Bisa-bisanya kau menyimpulkan bahwa aku memata-mataimu dan menyukaimu? Kita bahkan baru bertemu tiga kali." Kataku tidak terima.

"Karena biasanya para wanita akan langsung tertarik kepadaku, bahkan saat pertama kali melihatku." Jawabnya.

Aku memutar bola mataku, "Percaya diri sekali."

"Aku serius," Ucapnya.

"Kalau begitu aku pengecualian." Kataku sambil melipat kedua tanganku.

Taehyung diam dan menatapku lamat dengan kedua manik cokelatnya. Dan aku akui, matanya begitu indah dan tajam. Mungkin siapapun akan terpikat saat melihatnya.

Mungkin,

termasuk aku.

Tapi aku tidak akan membiarkan hal ini terjadi lagi. Aku harus membuat benteng pertahananku agar tidak ada seorang pun yang bisa membuatku jatuh terhadap seseorang.

Seperti dulu.

Begitu gampangnya jatuh terhadap seseorang.

Dan merasakan sakitnya jatuh cinta.

Merasa aneh, aku mulai mengalihkan pandanganku dan bertanya, "Kenapa kau menatapku seperti itu?"

Entah kenapa tapi Taehyung sedikit terkejut melihatku bertanya seperti itu, "Apa kau tidak merasakan sesuatu?"

Jantungku berdegup sedikit cepat saat Taehyung menatapku tadi, "Merasakan apa?"

Ia menggeleng, lalu bertanya kembali, "Apa kau benar-benar tidak ingin menemaniku?" aku tetap menggeleng. Ia lalu mengangkat jari kelingkingnya, "Hanya sebentar, Taehyung berjanji tidak akan mengerjai Irene lagi."

Ia menunjukkan aegyonya kepadaku dengan memanyunkan bibir merahnya.

Ia sangat lucu dan aku tidak bisa menolaknya. Pada akhirnya aku memutar kedua bola mataku dan mengaitkan jari kelingkingku ke kelingkingnya. Ia tersenyum lebar dan membuat bibirnya berbentuk persegi panjang.

"Kajja!" Ia meraih pundakku dan membawaku duduk di bawah salah satu pohon.

"Tunggu disini." Aku mengangguk dan melihatnya menghilang diantara pohon-pohon besar disini.

Bodohnya. Batinku.

Aku tahu pasti aku akan menjadi korban dalam permainannya. Saat aku telah berniat meninggalkannya, mataku melihat ia kembali dengan membawa busur beserta anak panahnya.