4

68 10 4
                                    

Yesterday I thought I saw your shadow running round
It's funny how things never change in this old town
So far from the stars

***
Arkan Maula Hassan
______________________________________

Di mobil Lenna hendak memberi tahu bahwa ia tidak sengaja mengucapkan jika dirinya biasa pulang bareng Arkan kepada Lendra.

"Bang..  Maaf" ucapnya akhirnya.

"Maaf untuk apa?" tanya Arkan sambil fokus mengendarai mobil.

"Aku tadi ga sengaja bilang ke Lendra kalo kita biasa pulang bareng"

"Oh itu doang mah gapapa." Arkan sebenarnya adalah orang yang santai, terutama ke Lenna. "Asal ga keceplosan tentang kita"

Lenna mengangguk. "Siap, bang"

"Bang bang bang, aku ngerasa jadi supir angkot" sarkas Arkan sambil terkekeh.

"Abang memang supir angkot kan? waktu itu aku liat lagi mangkal di perempatan komplek" ucap Lenna lebih sarkas lagi.

"Apaan sih omongannya" 

"Hahaha emang iya"

"Ohya aku pesen jangan terlalu deket sama Lendra. Gatau kenapa aku gak suka aja."

"Aku enggak deket sama dia, lihat sendiri kan baru ngobrol hari  ini. Dia nya juga hari ini aneh ke aku" jelas Lenna.  "Lagipula, bang.  Aku udah gede. Bisa jaga diri sendiri, ga perlu overprotective juga kali"

"Tetep aja cowo yang deketin kamu itu bukan muhrim kamu"

"Iya iya deh i'm understand Mr."

***

"Yo!"

"Oy"

Lendra menghampiri Tino yang sedang mengikat sepatu sport miliknya di pinggir lapangan. Hari ini cowo yang menurut Lendra mirip Aaron Carpenter itu akan mengikuti latihan rutin ekstrakulikuler basket.

Sebenarnya, Lendra juga termasuk dalam Tim basket SMA Antarbangsa. Bahkan ia adalah seorang kapten di sana. Namun, Lendra sedang dalam masa pemulihan cedera bahunya akibat dari suatu insiden dalam turnamen antar SMA saat awal liburan kemarin. Sehingga tangannya tidak bisa menshoot bola ke dalam ring ataupun mengangkat tangannya. Lendra hanya bisa mendrible bola dan menurutnya itu sangat membosankan karena tidak bisa mencetak score.

"What's going on?" tanya Tino saat melihat muka Lendra yang kusut.

"Kenapa sih pas gue mau deketin cewe ada aja halangannya?"

"Si Arkan ya?"

"Iya. Lo kok tau?"

"Gue liat tadi"

"Oh. Gue bingung aja gitu, gue ga pernah liat si Arkan deket sama Alenna, pas gue deketin Lenna eh Arkan tiba-tiba kek sok deket gitu sama dia sambil larang-larang gue. Padahal dia sendiri bukan muhrim sama Lenna." keluh Lendra.

Tino dengan sabar mendengarkan keluhan sahabatnya itu, walaupun waktu untuk memulai latihan tinggal lima menit lagi. "Mungkin aja Arkan ada hubungan keluarga gitu, jadi pas liat ada yang deketin Lenna dia bermaksud jagain dia. Lo positive thingting aja ke Arkan, belum tentu sifatnya kaya tampang nya yang dingin."

"Positive Thinking." ralat Lendra.

"Nah, itu tau."

Lendra menghela napas panjang, namun tidak panjang-panjang amat. "Kalau pun ada hubungan keluarga kenapa ga dari awal aja deket-deket sama Lenna? Sebel gue!"

"Sabar, Bro!" Tino menepuk bahu Lendra pelan dan membuatnya meringis kesakitan. Ia pun baru ingat akan cederanya. "Ohya, lo sadar ga sih sejak semester satu Arkan selalu satu kelompok sama Lenna?"

"Hah? masa sih?" Lendra seperti mengingat-ingat siapa saja anggota kelompok yang dimiliki Lenna. "SBK..  prakarya.. Fisika..  Bio.. Oh iya bener!"  jangan salah, saking mengagumi Lenna, Lendra sampai hafal dengan siapa saja murid yang sekelompok dengan perempuan itu.

"Bener kan?" Lendra mengangguk.

"Yaudah makasih ya, Yo! Gue jadi termotivasi mencari tahu hubungan Arkan dengan doi. Lo latian gih, tuh kak Rendy udah di lapangan."

"Iya iya masama. Good luck ya!" Lendra pun kembali menuju parkiran untuk pulang berdua bersama motor kesayangannya setelah mendapat pencerahan dari Tino.

——

Bang Arkan ye, jodoh w taw. Oke sip, kan gada yg nanya.
btw, selamat menunggu hasil PAS dengan bersantai ye.

Alendra & AlennaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang