7

136 9 2
                                    

I want it all day long
I'm addicted like it's wrong
_____________________________________


Semua yang berada di sekitar gundukan tanah itu terlihat sangat berduka. Tak ada seorang pun yang kuasa menahan tangis saat melihat peti mati seorang wanita berusia 45 tahun dimasukan ke dalam liang lahat. Termasuk Lendra yang sempat menitikkan air mata. Namun, saat air matanya keluar, ia langsung menghapusnya karena takut Alenna yang berada tidak jauh darinya berpikir bahwa ia tidak gentleman.

Langit yang berwarna kelabu dan rintik hujan sangat mendukung suasana pemakaman tersebut. Ditambah Pakaian yang dikenakan orang di sana lebih dominan warna hitam, kecuali murid-murid dari kelas 11 IPA 3 dan Bu Ela yang masih memakai seragam sekolah.

Kelas tersebut langsung meluncur ke tempat  pemakaman saat mendapat kabar buruk dari salah satu dari mereka.

Selesai prosesi pemakaman, mereka semua mengucapkan bela sungkawa kepada keluarganya. Termasuk Alenna.

"Kamu harus tabah ya. Meninggalnya ibu kamu bukan berarti kamu harus terus bersedih. Itu sudah takdir beliau. Lagipula nanti ibu kamu malah ikut sedih di atas sana. Ayo jangan nangis"

"Makasih banyak, Len. Gua janji ga akan sedih terus-terusan." Anak sulung yang ditinggalkan mencoba tersenyum walaupun air matanya terus mengalir.

Lenna pun pamit untuk pulang karena Arkan mulai menarik pelan tangan Lenna dari rumah duka tersebut karena hujan semakin deras. Mereka pun pulang seperti biasa menggunakan mobil Arkan. Kebetulan saat sampai rumah duka, jam sekolah sudah hampir usai. Jadinya para murid bisa langsung pulang sehabis melayat.

Lendra dengan kaos abu-abu yang dibalut kemeja hitam menghampiri Tino. Wajah Lendra sangat kusut ditambah dengan kantung matanya yang hitam. Lelaki itu stand by di rumah duka sejak jenazah mulai didandani dan dimasukkan ke dalam peti mati.

"Kita semua ga menyangka kalau penyakit bunda bisa merengut nyawanya secepat itu. Dokter sendiri yang bilang kankernya baru stadium awal" terdengar sedikit keputus asaan dari kata yang terlontar itu.

"Lo harus tabah, No. Lo ga boleh putus asa gitu. Kita semua memang ga bisa nentuin takdir, tapi kita semua harus bangkit bersama dari kesedihan ini." Lendra lagi-lagi berusaha menenangkan Tino sejak subuh tadi. "Bunda Meli tidak akan suka kalau kakak dari anak-anak nya malah terpuruk terus menerus. Justru lo harus jadi yang paling tabah dari adik-adik lo"

Lendra adalah salah satu kerabat dekat dengan keluarga Tino sekaligus sahabat karib Tino. Sudah seharusnya ia menyemangati Tino saat keadaannya terpuruk, walaupun ia sendiri juga merasa kehilangan.

"Thanks, bro" Tino memeluk Lendra dengan gaya peluk pria pada umumnya.

**

Sudah hampir sebulan lamanya sejak Alendra dan Alenna satu kelompok dalam mata pelajaran Biologi. Sekarang bulan februari, lima hari lagi, tepatnya tanggal 10 Februari, Alendra akan bertambah tua. Dalam artian ia akan berulang tahun yang ke 17.

Lendra ingin memiliki Sweet Seventeen yang tak akan bisa dilupakan semasa hidup. Selain ia ingin cepat-cepat membuat KTP dan SIM untuk keamanan berkendara, ia juga ingin hadiah terbaiknya adalah Lenna menjadi teman dekatnya. Gapapa cuman temen pake deket, yang penting serasa kaya pacaran. Seperti itulah pikirnya.

Memang sebulan terakhir ini Lendra sering curi curi kesempatan untuk mendekati Lenna. Namun selalu digagalkan oleh Arkan. Sebenarnya Arkan bukan hanya ke Lendra saja bersikap seperti itu, namun juga  ke setiap cowo yang berusaha mengobrol berdua dengan Lenna. Walaupun hanya menanyakan tugas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alendra & AlennaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang