Diam
Tak ada suara
Hanya melihat lurus
Itulah yang aku lakukan di rumah ini. Aku melihat pak Anto baru saja datang dari kota, dengan terburu buru masuk ke dalam rumah. Wajah ku mengernyit di balik jendela besar kamarku.
Satu hal yang ku ketahui. Pak anto baru saja menemui salah satu staff kantor ayahku di Amerika.
Satu dua menit, terdengarlah ketukan di serta langkah seseorang mendekatiku. Aku menatap bi pinem tersenyum senang.
" Nona, nona harus ke Jakarta malam ini "
Aku terdiam beberapa saat. Haruskah ku senang? Atau harus bersedih. Aku tak tahu. Melihat raut wajah bi pinem yang tersenyum cerah, akhirnya ia bisa pulang ke Indonesia dan bertemu keluarga setelah bersama ku selama 10 tahun ini.
"Non?"
Bi pinem menatapku ingin tahu. Menilai ekspresiku yang biasa saja. Aku hanya mengangguk mengiyakan.
" Kalau begitu, saya siapin semua keperluan nona ya"
***
aku menatap kota jakarta malam hari. gedung gedung tinggi menjulang, lampu kerlap kerlip yang menyilaukan. aku tak tahu bahwa kini jakarta sudah menjadi kota metropolitan. selama ini aku hanya hidup di sebuah desa kecil di amerika, bahkan selama 10 tahun ini aku hanya berdiam diri di dalam rumah. tak nyaman bagiku bertemu orang orang baru.
Auli mengajak ku masuk ke sebuah rumah yang tak asing lagi. warna cat nya pun tak berganti, terlihat indah dan elegan. ibuku adalah orang yang sangat elegan, dia adalah anak semata wayang dari sebuah CEO group perusahaan hotel dan ayahku adalah seorang Ahli bahasa di sebuah Universitas di Jakarta.
Ku melihat sorang wanita paruh baya menatap ku dengan mata berair, wanita itu tampak jauh berbeda dari 10 tahun aku melihatnya. ya itu adalah ibuku, wanita itu menghampiri ku hendak memelukku. aku hanya beringsut ke arah Auli yang bingung.
melihat pergerakkan ku, wanita itu berhenti dan menatap ku sedih.
" Apa kamu tak mau peluk mamah?"
Aku terdiam di balik pundak Auli yang sekarang lebih pendek dariku. dulu pertama aku melihatnya dia adalah seorang wanita SMA dengan sabuk hitam taekwondo. dia lolos dan menjadi bodyguard sekaligus sahabat pertama yang aku miliki.
" Nona, ini mamah nona" Ucap Auli menekankan kata mama padaku
" Rei, kau tak merindukan mamah"
hati ku tertohok melihat wanita di hadapan ku menangis. hanya saja aku takut, aku takut untuk memulai suatu hubungan, apalagi aku selama ini tak pernah bertemu dengan mamaku setelah aku tinggal di amerika.
" Rei sudah datang?"
Seorang pria paruh baya, menggunakan jas lengkap dan tas jinjing, menatapku dan meregangkan lengan nya hendak memeluku. Melihat reaksiku, Auli segera memblokir jalan nya.
" maaf tuan, nona-"
" Ah.. apakah terapi selama ini tak pernah di lakukan?" Tanya nya pada ibu ku yang hanya diam saja
" Kami selalu melakukan terapi, hanya saja" Bi pinem melihat ke arah ku dan orang tuaku.
" Dokter mengatakan bila nona harus bertemu dengan orang orang sekitar, tetapi selama di Amerika, nona hanya di perbolehkan di dalam rumah saja"
Aku melihat ayahku menghela nafas, dan memandangi ibu ku tajam. ia meminta Auli dan bi pinem membawa ku ke atas. setelahnya, aku tak tahu apa yang terjadi, hanya saja, suara ayah ku terdengar marah dengan ibuku.
***
Menatap keluar jendela
itulah yang aku lakukan setiap pagi. tak ada pohon pinus dan kicauan burung, hanya gedung tinggi dan hiruk pikuk jalanan yang kulihat dan ku dengar.
aku mendengar seseorang masuk ke dalam ruangan, sedikit terkejut kalau ayahku datang, dengan kemeja putih dan celana kerja dia tersenyum ramah dan duduk di kasur jauh dariku.
" Papah ingin minta maaf"
Aku menatap ayahku, menatap wajah sedih itu yang sudah mulai berkaca kaca.
" Seharusnya papah tak selalu mendengarkan kata mamamu, seharusnya papah melihat sendiri kondisimu, bila trauma itu masih sama seperti dulu, untuk apa kau ke amerika dan berobat di sana"
aku tersenyum, ingin memperlihatkan bahwa aku baik baik saja.
" Ini semua salahku, harusnya aku bisa melindungimu, tapi..."
Aku mendekati ayahku, dan memegang tangannya. ayahku terkejut dan menatapku, aku tersenyum. sejujurnya, panic disorder ku sudah mulai berkurang bila aku bisa memahami perasaan orang yang ada di hadapan ku. aku memahami bagaimana ayahku sangat sedih melihat kondisi ku saat ini. aku ingin sembuh, aku sangat ingin sembuh.
" Rei.. " Ayah ku menatap ku tak percaya
" a.. ku... aku sudah sembuh Pah"
*** TBC ***

KAMU SEDANG MEMBACA
silent love
Roman d'amourmelihat... menganalisa... hanya itu yang bisa ku lakukan selama ini 8 tahun hidupku, aku hanya bisa menganalisa semua orang yang ada di sekitar ku. Bi pinem, salah seorang asisten rumah tangga yang selalu bersama ku sudah lelah mengajak ku berbicar...