5.

10 1 0
                                    

Aku sudah bersiap sejak 25 menit yang lalu . Tapi , Louisa menyuruh ku untuk tetap berada di kamar dan melarang ku untuk keluar kamar sebelum ia mengetuk pintu kamar ku secara langsung .

Jam dinding ku terus berdetak .

Sudah jam 07.40 a.m , dan kelas di mulai pukul 08.00 a.m tapi sampai sekarang Louisa sama sekali belum juga ke kamar ku.

Tiba-tiba

Ceklek

" Maaf membuat mu menunggu . Sebaiknya kita berangkat sekarang , karna Robert telah menunggu di bawah." Ujar Louisa dengan napas tersenggal .

Aku meraih tas ku dari atas kasur dan langsung keluar dari kamar .

Louisa terlihat sangat bersemangat kembali ke sekolah ,meskipun jadwal pemotretannya harus ada yang di batalkan beberapa bulan ke depan .Aku yakin istri baru ayah tidak akan menyetujui hal ini dan berpikir aku yang telah menghasut putri tunggalnya itu .

" Robert ayo cepat." seru Louisa yang sama sekali belum rapih menggunakan dasi .

Robert hanya mengangguk sopan dan menekan tombol pembuka otomatis pada pintu mobil dan segera berjalan memutar kearah kursi penumpang .

Aku melirik Louisa yang masih berkutat dengan dasi miliknya itu , membuat ku tersenyum tipis melihat kelakuan saudara tiri ku ini .

" Ayo jalan cepat !." perintah Louisa pada Robert . Dan robert segera menjalankan perintah itu tanpa berkata apa pun .

Louisa mendecak kesal , dan membanting dasinya ke lantai . Dia benar-benar frustasi kali ini . Aku mengambil dasi nya yang terjatuh di karpet

" Lou..." panggil ku seraya memberikan dasi itu pada Louisa.

" Tidak ! Sekolah mu harusnya menyediakan dasi langsung bagi para gadis ..." ujar nya dengan menekuk wajahnya.

" Biar aku bantu."

Louisa menghadap kearah ku dan membiarkan ku memasang dasi ini di lehernya . Dulu , aku juga sama seperti Louisa . Selalu gagal dalam hal memakai dasi , tapi Ibuku terus mengajarkan ku untuk memakai dasi ini dengan baik sampai saat ini aku masih bisa mengingat detail bagaimana ia mengajarkan ku .

Aku menghela napas berat , dan mengembuskannya perlahan. Aku merindukan ibuku . Itu yang saat ini bisa ku katakan , sebaik apa pun fasilitas di rumah ayah kandung ku tetap saja tidak bisa menggantikan kehangatan seorang ibu yang sudah berada di sisi ku selama hampir seumur hidup ku .

" Blue..." panggil Louisa . Aku tersadar dari lamunan ku dan langsung menatap kearahnya .

" Kau baik saja kan?."

Aku mengangguk menandakan jika aku baik saja . Bohong . Louisa tak boleh tau , bagaimana remuknya perasaan ku saat ini .

" Kau rindu ibu mu?." tanya Louisa dengan suara pelan.

Kali ini aku sama sekali tak bisa membendung lagi air mata ku . Pertahanan ku hancur di hadapan Louisa , dan itu membuat ku sangat buruk di hadapan nya.

" Sssh... Jangan menangis . Aku disini Blue." ujar Louisa menenangkan .

Aku memeluk Louisa erat , dan membiarkan diriku melebur di tangis ku dalam pelukan Louisa. Lousia sangat beruntung memiliki keluarga yang utuh ,kekayaan berlimpah dan paras cantiknya yang bisa membuat siapa pun mengigau semalaman . Aku iri . Ya , jujur saja karna hidup ku jauh berbanding terbalik dengannya .

BLUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang