[2]

431 34 3
                                    

Dia itu kayak matematika. Rumit, tapi penuh kepastian.

###

Padahal ini baru hari ketiga masuk sekolah. Tapi Pak Sarjono sudah mencegat Virgo di gerbang sepulang sekolah untuk ikut pembimbingan Olimpiade Fisika. Atau mungkin karena pria itu tak mau Virgo didahului olimpiade lain, hehe.

Membuat Zifa merengut selama mengayuh sepeda di sepanjang tepi jalan menuju sebuah kafe. Kafe tersebut bernama Koubutsu Cafe, bisa disingkat KC, kafe berkonsep Jepang yang terletak di tepi jalan yang merupakan akses utama untuk Virgo dan Zifa pulang. Paling tidak sekali tiap dua minggu mereka sering ke sana.

Tiba di sana Zifa sempat terpaku beberapa detik di ambang pintu kaca. Harumnya teh dan aroma khas kari Jepang yang berbaur memenuhi ruangan beserta iringan musik khas Negeri Sakura yang mendayu dari speaker yang ada di tiap sudut ruang itu membuat Zifa merasa lebih rileks.

Ruang makan di dalamnya bergaya Tatami-di mana orang-orang duduk di lantai beralaskan bantalan kecil. Masing-masing ruangan hanya dibatasi oleh rak-rak buku yang menjulang, di mana inilah salah satu alasan mengapa anak seperti Virgo betah berlama-lama di kafe ini. Bisa makan ramen sambil baca buku.

Mata Zifa berhenti pada salah satu ruang, di mana seorang cowok tengah duduk dengan satu lutut naik. Dengan penuh keseriusan membaca komik. Serta merta Zifa menghampirinya dengan amarah yang mulai menyatu di ubun-ubun.

Zifa memandangi cowok itu dengan tatapan gusar seakan hendak cepat-cepat memberondongnya dengan kalimat-kalimat pedas yang khas memekak telinga. Cowok itu masih belum sadar dengan kedatangan Zifa. Matanya masih terpancang pada komik yang sedang dibacanya. Ketika cowok itu tiba-tiba terbelalak melihat sesuatu di dalam komik, Zifa langsung merebut komik itu.

"Heh!" bentak cowok itu tak terima secara refleks sambil menegakkan kepalanya dengan mata melotot.

"Jadi begini, nih, bacaan lo di belakang gue?!" Zifa melirik sedikit gambar sesuatu yang ada dalam komik. Lalu menutupnya dan memandangi cowok di depannya dengan tatapan marah yang berapi-api.

Cowok itu malah mengernyit kesal dengan kedatangan Zifa. Ada makna lain yang tersembul di balik kerutan itu: dia seakan menganggap bahwa Zifa adalah makhluk asing baginya.

"Kabur dari pak Jon, lo, ya?! Bilang aja, lo nggak mau ke sini bareng gue!"

Cowok tersebut memandang risih ke arah Zifa. Nih cewek sok kenal banget, sih?! gerutunya dalam hati. Dia urung membalas perkataan cewek tersebut karena cewek sinting itu tiba-tiba menyerbunya lagi dengan celotehan ganas.

"Pokoknya lo harus minta maaf ke gue dengan cara nraktir ramen dan-"

"Stop! Gu-" Perkataan cowok itu terpotong saat hendak beringsut sedikit mendekati Zifa.

"Diem lo!" Zifa mendelik galak. Dia menyadari ada sesuatu yang berbeda pada wajah cowok di depannya. Biru lebam menghias kulit pipi kirinya seperti baru terhantam oleh sesuatu, entah dipukul atau menabrak benda keras.

"Eh, kenapa pipi lo bentol biru gitu? Ha?! Oh ..., gue tau! Pasti lo abis fight over, kan? Bagus! Sekarang Virgo berani berantem .... Baguuus!" sindirnya sambil bertepuk tangan kecil.

"Sekarang gue yang nanya! Siapa elo tiba-tiba marahin gue?! Lo pikir kita pernah kenal?! Sok tau banget, pake manggil nama gue Virgo, lagi! Dasar cewek saraf, lo!" omel cowok tersebut. Dia menatap tajam ke arah Zifa sambil mendengus kesal.

Sekat [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang