Aku saja yang ke tempat Otou-san

42 4 0
                                    

Author LoL... hehehehhe, entah ada yang nunggu kelanjutan cerita ini atau engak, tapi aku menikmati proses penulisan ini, semoga kalian menikmatinya :')

Puspita Uy 9.9

##

Kento masih terbaring di rumah sakit. Di dalam ruang VIP rumah sakit itu terdapat seorang wanita paruh baya, Take, dan seorang laki-laki yang berumur awal 20an. Ruangan itu sepi dan hanya terdengar suara dari alat yang menunjukkan status jantung Kento. Take duduk sendiri di sebelah kiri Kento dan memandang dingin wanita serta laki-laki itu. Wanita itu dan laki-laki itu duduk di sebelah kanan ranjang Kento, mereka sibuk dengan hp. Mereka tidak peduli dengan tatapan Take.

"Take, apa kau sudah menghubungi Taka?" Kento bertanya tanpa memandang ke arah Take.

Take refleks berdiri agar dapat memandang ayahnya. Ayahnya susah menggerakkan anggota badannya. Wanita dan laki-laki itu menjadi was-was dan mempertajam pendengaran mereka.

"Sampai sekarang aku belum mendengar kabar dari Taka, Otou-san. Tapi saat aku di Indonesia istri Taka sudah berjanji akan memberi tahu Taka. Sekarang yang aku dengar dari Ryu-san. Istri Taka bersama Ryu-san berusaha membujuk Taka agar ke sini."

"Taka benar-benar keras kepala. Mirip dengan Mama kalian. Sasa, sebentar lagi aku akan menyusulmu. Bersabarlah, aku masih ingin bertemu dengan anakmu, Taka dan meminta maaf padanya."

"Jangan seperti itu Otou-san. Otou-san pasti sembuh." Take benar-benar telah putus asa.

**Camellia

Aku terduduk, terdiam dan berpikir. Semoga aku tidak menyesali ini. Sekarang aku berada di rumah pusat keluarga Taka. Aku mulai mengumpulkan keberanian untuk menemui Kakek. Teh manis yang terhidangkan di depanku belum ku minum. Aku hanya memutar-mutar gelasnya. Tuhanku, ya Allah permudahkanlah aku saat ini. Ruangan ini masih sepi. Entah mengapa seluruh keluarga Taka harus menanti kakek di ruangan ini untuk bertemu. Ruangan sesak dan petang. Berbau aroma kuno dengan dekorasi gaya Jawa-Belanda. Aku mulai memandang ke mana-mana untuk mengalihkan perhatianku. Bau ruangan ini lama-lama membuatku ingin muntah. Kakek membuka pintu kebesaran itu dan tersenyum memandangku. Matanya menunjukkan kebahagiaan dengan kedatanganku.

"Wah, tumben cucuku datang saat bukan hari libur."

Aku hanya dapat menjawab dengan senyuman. Kakek langsung duduk di salah satu sudut ruangan itu. Matanya seperti mencari sosok lain di ruangan itu.

"Taka mana?"

"Aku datang sendiri Kek."

"Apa? Datang sendiri?" Mata kakek seperti menunjukkan sorot kekecewaan,"Sekarang kau sudah berani datang ke rumah pusat sendiri? Hahaha... kakek senang. Itu pertanda kamu sudah nyaman berada di keluarga ini Camellia. Harusnya dari 3 tahun lalu kamu berani ke sini sendiri."

Aku hanya dapat tersenyum lagi mendengar pernyataan kakek. Aku sebenarnya berani ke sini sendiri. Tapi aku malas mendengar sindiran dan ocehan keluarga Taka. Mereka akan mulai menghina ayahku, seorang darah biru miskin atau ibuku yang mereka anggap bodoh mau menikah dengan ayahku padahal keluarga ibuku seorang bangsawan yang kaya. Aku masih bisa bersabar dan mengacuhkan mereka kalau mereka menghinaku. Mereka menghinaku dengan menyebut kalau aku wanita penguras harta keluarga mereka. Menikah dengan Taka agar harta Taka dapat aku kuras begitu warisan Taka turun. Atau meraka akan menghina tentang suami sampai mertuaku. Aku muak mendengar sindiran mereka. Entah bagaimana dan betapa sabarnya suamiku menghadapi saudara ibunya.

"Kakek, aku ingin ke Jepang."

"Kau ingin ke jepang untuk berlibur? Di Indonesia kau juga bisa berlibur bukan?"

All MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang