Durian oh Durian

29 3 0
                                    

Durian oh Durian

Keesokan harinya, aku bercakap-cakap dengan Oji-san ditelfon. Aku dan Camellia menginap di hotel yang telah kamu temukan setelah menempuh perjalanan 100 km lebih menuju titik temu ke tempat Nami berada. Tubuhku benar pegal-pegal seolah aku maraton seharian mengoperasi pasien tanpa istirahat. Aku berusaha berpikir untuk kelanjutannya. Camellia masih tidur dengan nyenyak di kasur. Aku di sampingnya hanya bisa menatap dan mengusap pipinya yang mulai membesar.

"Ya, aku juga mulai waspada. Yang penting sekarang Oji-san di sana mastiin aja aku sama Camellia bisa ke Jepang dari Malaysia dan ga keblokir."

"...."

Kuletakkan hpku di meja dan tiduran di samping Camellia. Aku memeluknya, dan aroma tubuhnya aku hirup. Canduku! Aroma yang sedikit berubah setelah kehamilannya. Mungkin bila dia sudah melahirkan aromanya akan berubah, terbesit dipikiranku untuk membuatnya hamil terus agar aku bisa menghirup aroma ini. Aku hanya bisa terkekeh mendengar pikiranku yang gila itu. Tiba-tiba dia terbangun dan berlari ke arah kamar mandi. Aku mendengar suara muntahnya. Setiap dia muntah aku selalu merasa tak nyaman, walaupun aku dan dia bahagia akan mendapatkan anak, tapi aku tak tega melihat dia muntah-muntah. Aku segera menyusul ke kamar mandi dengan membawa segelas air. Kuberikan air itu padanya dan dia langsung meminumnya, dia terduduk lesu di dekat westafel. Aku memijat-mijat tengkuknya dan Camellia terlihat mulai rileks dan segar.

"Apa kau masih lelah?"

"Sedikit, kenapa?"

"Ayo kita check out, lanjutkan perjalanan dan temui Nana."

Aku mengelap keringat yang ada di wajah dan lehernya dengan tisu. Dia hanya menatapku terdiam menanti jawabanku. Aku masih tidak paham kenapa dia semangat sekali untuk bertemu dengan Otou-san. Aku yakin dia telah mendengar gosip tentang Otou-san dan Oka-san, tapi entah kenapa dia sampai detik ini belum pernah menanyakan apa-apa padaku tentang mereka.

"Kau perlu makan dulu, dan kau harus minum susu untuk pagi ini."

"Ya, kita check out terus makan."

"Yakin tak ingin makan dahulu?"

"Ya,"

Kami berberes-beres barang dan siap-siap check out dari hotel.

##

Kami telah berputar-putar dari toko ke toko untuk mencari susu yang Camellia suka. Dan menurut informasi dari warga lokal hanya tertinggal satu toko besar semoga saja ada. Camellia hanya mau minum susu rasa coklat atau mocca, dan percobaanku membujuknya meminum susu vanila berakhir dengan muntahannya dijaket kesayanganku. Sikapnya yang pilih-pilih makanan dari sebelum hamil sampai sekarang yang susah aku tangani, dengan keadaannya sekarang bahkan lebih selektif dan pemilihan makanannya menjadi ketat. Sebentar lagi kami akan mencapai titik temu dengan Nana, dan sebelum menemui Nana kami harus membeli susu Camellia. Aku memarkir mobil di depan toko.

"Ayo, sekalian nanti kamu kalau mau beli makanan kesukaanmu."

"Dari kemarin kita beli makanan mulu. Makanannya banyak sisa, dibawa ke jepang semua? Makan bagasi banyak banget nanti mas, biaya lagi."

Camellia cemberut dan aku terkejut dengan omongannya. Aku memandang kursi belakang kemudi dan hanya tersisa 2 kantong plastik makanan. Dari pulau Jawa sampai di Kalimatan Camellia tidak pernah berhenti makan dan minum. Dan aku sangat yakin dibagasi isinya hanya tumpukkan sampah makanan yang belum sempat kami buang.

"Ya, ya, ya. Ayo buru cari susu untukmu dan pergi dari sini."

Aku melepaskan seatbeltnya dan kami berjalan masuk ke toko. Camellia langsung mengambil keranjang dan tidak butuh waktu 15 menit, keranjang itu sudah penuh dengan susu dan makanan. Sesekali saat dia lengah aku mengurangi makanan yang dia ambil. Kebanyakkan makanan yang dia ambil adalah snack yang banyak udaranya. Itu makanan yang tidak sehat untuk Camellia dan anakku. Aku beruntung ketika antri membayar, Camellia fokus pada baju bayi sehingga dia tidak menyadari makanannya banyak yang aku keluarkan dari keranjang. Aku mendekati Camellia dan menggandengnya keluar dari toko menuju mobil kami.

All MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang