Part~XIV

6.3K 184 27
                                        

Sudah hampir dua minggu ini, gue gak hubungi Raya dan gak kasih kabar ke dia, kangen juga ya, rasanya. Hatinya jadi berbunga-bunga dan bersemangat lagi mengingat tingkah Raya yang judesnya minta ampun, tapi lucu dan ngangenin banget itu.

Gimana gak ngangenin, Raya itu udah seperti udara yang jika Indra tidak melihatnya Indra akan sesak dan mati secara perlahan-lahan, tapi semuanya hanya bertepuk sebelah tangan saja kan? Toh, Raya gak punya perasaan apapun kepadanya. Ini toh, rasanya cinta bertepuk sebelah tangan? Sakit.

Tok...tok...tok...

Lamunan Indra terhenti mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu ruangannya.

“Masuk.”

“Permisi pak, saya mau mengantarkan undangan pernikahan untuk bapak Indra dan ibu Raya dari Alfred Carney perusahaan Carney Group. Anak pertamanya yang bernama Ardio leroy Carney dengan Adara Kalyca Putri, tunanganya”.ujar MIra, sekertaris Indra.

“Letakkan saja dimeja Mir, saya sedang malas menghadiri acara seperti itu,”ucapnya.

“Tapi pak, menurut saya acara ini sangat penting untuk menjalin kerjasama dengan pembisnis lainnya yang akan menghadiri acara tersebut, mengingat besarnya perusahaan Carney ,pasti juga banyak pengusaha-pengusaha kaya yang menghadiri pesta itu,”ucap Mira menyakinkan.

“Hmmm.... Biar saya pikirkan dulu, kamu boleh kembali ke ruanganmu.”

“apa Raya mau diajak ke pesta pernikahan ini? Kalau Raya menolak ,bagaimana? apa tidak usah saja mengajaknya? bagaimana kalau gue mengajak Mira saja, toh yang penting gue gak datang sendiri kan?"

Baru saja Indra ingin beranjak ke ruangan Mira, tetapi diurungkan niatnya, ia mengingat tadi Mira mengatakan bahwa undangan itu untuk Indra dan Raya dan itu artinya Indra benar-benar harus mengajak Raya ke acara itu.

Seakan belum mempercayai ingatannya itu, Indra mengambil undangan yang ada di meja dan benar saja, di undangan tersebut terpampang dengan jelas sekali bahwa nama Indra dan Raya ada disana ditulis dengan tinta emas yang sangat cantik dan elegan.

Dengan terpaksa Indra harus membujuk Raya agar mau menghadiri acara itu, bagaimanapun semua orang sudah tau tentang pertunganan mereka. Apa kata orang, apabila Indra datang dengan orang lain bukan dengan tunangannya, Raya.

Diambilnya handphone yang tergelatak di atas meja dan dengan licahnya tangannya menari-nari diatas layar handphone yang tak bertombol itu (layar sentuh ya, jangan heran).

Tuuutt....ttuuuttt....ttuuuttt....tttuuuuttt....

“Tidak diangkat, mungkin Raya sedang sibuk,”pikirnya.

Ditekannya lagi hpnya dan diletakkan ditelinganya, menuggu yang disebrang sana menjawab panggilannya.

Tuut..ttuuutt...

Dalam nada dering kedua, akhirnya diangkat juga.

“Hallo”.

“Hhmmm....Raya, lo lagi sibuk gak?”ucapnya basa basi.

“Kenapa? ada yang mau lu omongin?”tanyanya.

“Hehehe...tau aja lo Ray...”

“Apalagi yang dilakukan seorang Indra Prayugga yang tiba-tiba nelfon tunangannya selain ada maunya”,cerocos Raya.

“Gak gitu juga kali... Jadi gini, malam minggu ini, anak sulung dari pemilik hotel terbesar Carney group akan menikah jadi dia mengudang gue dan elo buat datang.”

“Kenapa mesti gue? kan masoh banyak cewek-cewek yang ada diluar sana yang mau jadi pasangan lu buat ikut ke acara itu. Lagian gue lagi males ke acara pernikahan itu, apalagi gue gak kenal sama yang mau nikah,”tolak Raya.

DIA???? TUNANGANKU????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang