Part-X

6.9K 219 14
                                    

Keringat dingin bercucuran dari tubuh Indra,badannya panas dan sedari tadi dia memanggil-manggil nama Raya,ntah sudah sejak kapan.

Masih dengan mata terpejam Indra menyebut-nyebut namanya. Mendengar suara (teriakan) tersebut,Bambang dan Asti segera berlari ke arah si empunya suara.

Raya yang mendengar seseorang yang memanggil-manggil namanya dari tadi pun ikut berlari mencari sumber suara tersebut. Betapa terkejutnya Raya ketika melihat tubuh Indra yang tergolek lemah di atas ranjang rotan itu dengan keringat di sekujur tubuhnya.

Tanpa dikomando Raya langsung menuju kearah Indra dan duduk disamping ranjang itu. Kemudian disentuhnya kening Indra. panas. Sangat panas,hanya kata itu yang bisa dipikirkan oleh Raya.

Bu Asti yang tadi pergi ntah kemana ternyata kembali dengan membawa sebaskom air dan sebuah handuk kecil. Raya yang melihat baskom dan handuk itu langsung mengambil alih untuk mengompres Indra ,seakan dia sudah biasa melakukannya untuk Indra. Menyadari reflek dari Raya ,Asti dan Bambang hanya bisa senyam senyum gak jelas. Pancaran sinar mata kekhawatiran Raya sudah bisa membantahkan apa yang sempat tadi disanggahnya itu. Bambang dan Asti pun keluar dari kamar tersebut untuk memberi mereka privasi .

"Ray,Raya...Ray..."igau Indra lagi.

"Gue ada disini Ndra,bangun Ndra. Jangan buat gue khawatir kayak ini,bangun Ndra...bangun.....". Tanpa Raya sadari airmatanya telah jatuh tanpa bisa dikontrol. Ntahlah,hatinya seakan diremas-remas saat Indra memanggil namanya. Sekalipun mata Indra masih terpejam tetapi Raya bisa merasakan betapa peduli dan cemasnya Indra kepada dirinya,sampai ia mengigau menyebut namanya.

Raya terus menangis sesungukkan sambil mengompres Indra ,badannya masih saja panas,walaupun sudah dikompres dan diberi obat paracetamol tetapi panasnya belum menunjukkan akan turun. Walaupun otak Raya berpikir bahwa ia tidak peduli kepada Indra tetapi hati dan tindakannya mengatakan sebaliknya. Bahkan matanya pun menunjukkan betapa besar kepeduliannya kepada Indra.

Ndra ,Indra ,kalau lu sampai gak sadar trus ntar gue ngomong apa sama tante dan om?? Ndra ...Indra..Ndra...ucap Raya sambil menguncang-nguncang badan Indra.

Hening....

Raya!!! teriak Indra keras.

Tangan Raya menggengam tangan Indra erat. "Gue ada disini Ndra,gue baik-baik aja,sekarang lu bangun ya Ndra.... Gue gak papa kok,bangun Ndra," isak tangis Raya pun semakin keras.

Setelah mengatakan hal tersebut,Raya bisa merasakan bahwa tangan Indra yang ada ditangannya sedikit demi sedikit mulai rileks dan tidak setegang tadi dan suara memanggil-manggil namanya pun sudah tidak terdengar digantikan dengan dengkuran halus dari Indra.

                                                              0ooooooooo000ooooooo0

Raya tidak sedetik pun pergi dari sisi Indra,bahkan Asti yang sedari tadi membujuk Raya untuk mandi dan makan tidak dihiraukannya. Yang ia mau saat ini adalah kesadaran dan kesembuhan Indra,bukan yang lain.

Betapa takut dan cemasnya Raya melihat kondisi Indra yang tidak sadarkan diri sejak tadi. Raya jadi teringat,sebelum mereka tidak sadarkan diri ,Indra terus menerus menyakinkan Raya bahwa mereka akan selamat dan Indra pun terus mengenggam tangan Raya. Meyakinkannya. Tapi sekarang yang ada dihadapan Raya,Indra masih belum sadar,dan ntah berapa lama lagi dia akan masih tertidur (pingsan).

                                                         000oooooooo00oooooooo00           

"Ndra??''panggil Raya,seakan Indra bisa mendengar panggilannya.

DIA???? TUNANGANKU????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang