PART 4

199 117 56
                                    

Kamu boleh menghukum aku dengan hukuman apapun asal jangan dengan kebencian.
-----

Sudah seminggu aku merasa hidupku tidak tenang dan selalu merasa gelisah bukan karena aku telah melakukan tindak kriminal tapi karena belakangan ini hubunganku dengan Kak Niken memang kurang baik karena dia seperti memberi spasi dalam berbicara denganku.

Bayangkan saja dia tidak mau makan di sampingku malah memilih makan di kamar, memilih naik angkot dari pada harus semobil denganku dan enggan berbicara ataupun menatap mataku saat kami berpapasan. Jujur aku merasa Kak Niken seperti marah padaku aku yakin ini bukan karena kejadian kemarin tapi sesuatu hal yang lebih besar yang mungkin menyakiti perasaannya.

"Kak Niken, Kak... Kak tunggu." Aku setengah berteriak karena langkah Kak Niken begitu cepat dan langsung masuk kedalam kamarnya.

"Kak... Kak buka pintunya." Pintu kamar Kak Niken aku coba ketuk berkali-kali.

"Masuk." Suara dingin Kak Niken terdengar dari dalam kamar.

"Kak boleh aku bicara?" Sambil menempelkan kedua tangan dengan tatapan memohon padanya.

"Cepatlah jika ingin bicara, jangan lama-lama cuma lima menit saja soalnya aku masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan! besok harus aku kasih ke Direktur." Sambil membolak-balikan laporan di tangannya tapi tidak sedikitpun melirik ke arahku yang masih diam terpaku didepan pintu kamarnya dengan keringat membanjiri tubuhku.

"Kak, Kakak kenapa sih belakangan ini seperti menjauh dari aku? Apa aku ada salah sama Kakak? Kalau aku salah please maafkan aku? Kakak boleh hukum aku apa aja tapi jangan diamin aku kayak gini dong." Tak terasa air mata ini menetes begitu saja mungkin karena rasa bersalah ini terlalu besar.

"Jujur aku merasa seperti orang asing di rumah sendiri apalagi dengan sikap Kakak seperti ini."

"Hey jangan menangis, Kakak tidak menghindarimu dan kamu sama sekali tidak ada salah. Kakak hanya ingin kau sadar bahwa sikapmu dan tebakanmu tentang Kakak itu salah, Kakak sangat menyayangimu dek." Kak Niken merapatkan tubuhnya dan memelukku dengan sangat erat.

"Kak aku juga sangat menyayangimu, hanya kamu yang aku punya selain Papi dan Mami." Air mata ini kembali menetes.

"Sudahlah sekarang hapus air matamu yang terpenting sekarang Kakak bisa melihat Adek kesayangan Kakak ini tidak lagi menjadi momok monster menakutkan buat Kakak lagi." Kak Niken tersenyum memandangku dan menghapus air mataku.

"Makasi Kak." Sambil ikut memeluk Kak Niken dengan erat dengan kedua tanganku yang masih basah karena air mata.

Malam ini aku putuskan untuk tidur di kamar Kak Niken karena aku ingin menikmati saat terbaik ini, kami habiskan malam ini dengan saling curhat mengenai semua yang kami alami setahun yang lalu semenjak hubungan kami memang dapat di katakan tidak baik-baik saja.

Malam ini sangat menyenangkan rumah begitu nyaman suasana juga berubah saat aku dan Kak Niken baikan dan jujur ini adalah hal yang sangat aku rindukan dari sosok Kak Niken, dia sudah kembali ya dia sudah kembali semenjak kepergian kak Dekan seperti ada kabut yang menghalangi langkahnya.

Namun tak bisa aku bohongi aku masih bisa menangkap sorot kebohongan dimata Kak Niken dia seperti menyimpan banyak rahasia yang tidak bisa dia bagikan kepada siapa pun termasuk diriku, ada rasa sedih dan perasaan bersalah yang jelas terlihat di sorot matanya yang tidak seorangpun tahu tapi ntah apapun itu aku tak berani menanyakan hal itu berhubung kami baru baikan setelah sekian lama hidup seperti kucing dan tikus.

Titipan Jantung Untuk GladisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang