PART 1

452 179 210
                                    

Bagaimana aku bisa menolak bertemu denganmu, bila Tuhan yang menakdirkan.
-----

Pagi ini suara angin berhembus kencang, suara gemuruh petir ikut menyambut, Hujan turun dengan deras dari luar rasanya tetesannya juga ikut menyentuh hampir seluruh permukaan tubuhku. Oh... melelahkan ingin rasanya aku terus terlelap bersama mimpi-mimpiku dengan terus bersembunyi dibalik selimut snow kesayanganku dan membekap wajahku pada bantal bulu angsa ini.

Ini hari pertama aku kuliah setelah 3 bulan masa libur panjang, dan aku tak mau dicap sebagai mahasiswa pemalas di hari pertama ini. Uh... dengan sengenap tenaga kukumpulkan nyawa yang masih ada dalam bayang mimpi segera aku melesat ke kamar mandi.

 dengan sengenap tenaga kukumpulkan nyawa yang masih ada dalam bayang mimpi segera aku melesat ke kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Good morning all" Sapaku sambil duduk di meja makan dengan tergesa-gesa.

"Morning" Jawab Papi yang dari tadi masih lahap memakan makanannya dan fokus pada isi piring yang begitu terlihat mengiurkan.

"Udah bangun sayang, gimana tidurnya nyenyak?"

"Super duper nyenyak Mi, Santapan lezat nih"

"Siapa dulu dong yang masak, Mami."

"Cepat habiskan makananmu, nanti kamu terlambat!" Perintah Papi saat melihatku dengan santainya menikmati sandwich yang masih ada di tanganku.

"Iya ni lemot kali makannya, mau nebeng kan atau aku tinggal aja nih? aku udah telat nih ke kantornya." Tiba-tiba makhluk bawel dengan mulut sedikit ditekuk yang ada di sampingku membuat aku berhenti menelan apa yang masih tersisa di dalam mulutku.

"Dasar gadis menyebalkan." Umpatku dalam hati.

"Iya bawel." Jawabku sambil meletakan setengah sandwich ke piring seraya meneguk segelas susu stroberi yang ada di hadapanku.

"Sayang kok nggak dihabiskan sih, habiskan dulu nanti maag kamu kambuh sayang." Ucap Mami sembari melihat ke arahku yang sedang mengambil tas di sofa yang letaknya tak jauh dari meja makan.

"Nggak usah Mi, nanti aku makan di kantin aja, masih pagi juga aku yakin sampai kampus juga belum tentu masuk kok. Lagian aku malas jika harus melihat si nenek bawel ini marah mulu." Aku mencoba memberi penjelasan dan berusaha meyakinkan Mami agar dia tak khawatir akan kesehatanku yang akhir-akhir ini sering bolak-balik rumah sakit karena penyakit yang tak di undang ini tapi aku jemput he... he... he...

Mobil melaju dengan sangat kencang 100km/jam kecepatannya, entah lah apa yang ada di pikiran Kakakku ini. dia memang suka kebut-kebutan di jalan mungkin dia lupa kalau nyawanya itu tidak ada serep dan tidak tersedia di toko manapun.

Kami berdua hening tanpa ada yang mau mencoba membuka suara untuk saling berbicara atau mungkin dia kesal padaku, yang sering memanggilnya nenek lampir atau si bawel. Jujur bukan mau durhaka pada Kakak sendiri tapi karena aku memang tak tahan dengan omelannya yang sarkatis dan sangat sakit, sampai rasanya aku hampir mengidap kanker hati karena ulahnya.

Titipan Jantung Untuk GladisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang