PART 10

110 54 19
                                    

Cinta lahir dari tindakan bukan dari ucapan belaka.
------

Suara alarm bergetar cepat dan ikut menggetarkan meja samping tempat tidurku, aku menggeliat dari posisi tidurku sebelumnya Karena rasa kantuk yang tak kunjung reda. ingin rasanya terus bergulung bersama dengan selimut bulu angsa ini namun percuma suara alarm jauh lebih hebat dari rasa kantukku.

Ditambah suara ketukan pintu yang tak berhenti berbunyi dan tak tahu siapa pengetuknya saat Aku ingin berbalik dan menengelamkan lagi kepalaku tiba-tiba ada tangan yang menarik selimut dengan cepat. Aku terlonjak kaget dan ikut terduduk diatas kasur, dengan sigap aku melempar bantal guling di sebelahku ke arahnya namun saat aku melihat kepada objek sasaranku ternyata dia adalah Agung.

Aku malu sekaligus Tidak enak hati Bagaimana mungkin di hari pertamaku sebagai tunangannya sudah bersikap kasar dan tidak menyenangkan terutama yang membuat aku malu saat ini aku sedang memakai piyama dengan belahan dada yang pendek otomatis bagian yang tidak seharusnya dilihat terekspos dengan jelas.

"Aw... Gladis sakit." Dia mengusap mukanya dengan kasar.

"Kamu ngapain disini?" Sambil menarik selimut sampai keatas dada.

"Aku tadi nungguin kamu lama di ruang tamu, tapi Mami kamu suruh nyusulin kamu aja di kamar."

"Tapi kamu tau kan, ini kamar cewek Agung bukan kamar cowok. Dan kamu ngeliat kan aku pakai pakaian kayak gini, kita itu belum sah kamu gak boleh masuk kamar cewek sembarangan."

"Sorry aku benar-benar gak tau kalau kamu pakai pakaian kayak gini, plis jangan marah sayang." Dia mendekat padaku dan duduk disamping ranjangku masih dengan tatapan bersalahnya.

"Well... gak papa Gung udah terlanjur juga kan."

"Etsss.. jangan panggil Agung dong, kan kita udah tunangan. Sekarang Panggil aku sayang ya." Dia menutup ujung bibirku dengan jarinya.

"Okey baiklah sayang, tumben datang pagi-pagi gini. Kamu nggak kerja? Apa kita ada janji sebelumnya?"

"Nggak ada janji sih, cuma aku mau ajak kamu lunch bareng tapi karena kamu nggak balas WhatsAap aku semalam dan tadi pagi aku telponin kamu berkali-kali gak diangkat jadi aku putusin buat nyusul kamu aja."

"Oh ya... bentar aku cek hp dulu." Aku menepuk jidat ternyata Agung sudah menelpon 15 kali.

"Sorry sayang aku ngak dengar soalnya aku silent, semalam kecapean jadi lupa besarin suaranya. Tapi kan sekarang udah jam 1 kalau aku siap-siap lagi paling ngak udah jam 2. Kamu mau nunggu?" Tanyaku padanya dengan tatapan bersalah.

"Gak papa sayang, ya udah sekarang kamu siap-siap ya aku tunggu dibawah. Sayang kamu bau kalau belum mandi." Dia mengendus-endus aroma tubuhku dengan tatapan mengejek.

"Oh jadi aku bau nih, ya udah pergi sana gak usah lunch bareng nanti kamu malu lagi kalau aku dikatain bau sama orang-orang." Kupasang wajah secemberut mungkin.

"Aduh... duh.. sayang aku lagi marah cup... cup nanti abang beliin permen ya Dek." Ucapnya sambil mengodaku dan mencubit pipiku dengan gemas lalu berlari keluar saat aku hendak membalas cubitannya yang pasti jauh lebih sakit.

"Gung perlakuan kamu sama aku itu manis kali, gimana coba hati aku bisa lari jika sikap kamu kayak gini terus." Batinku.

Titipan Jantung Untuk GladisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang