Lembar Kelima (2)

60 6 0
                                    

Pak Imam tengah menjelaskan bagaimana cara passing bola basket yang baik dan benar, anak-anak tampak memperhatikan dengan serius.

Tak seperti yang lainnya Vans hanya memandangi Chahya dengan sesekali di imbuhi sebuah senyum yang sangat manis.

Sadar akan perbuatan anak didiknya, pak Imam tak lantas berdiam diri, segera dipanggilnya Vans kedepan dan menghukumnya satu set push up yang berisi 15 kali naik dan turun.

Melihat hal tersebut Chahya hanya menatap Vans dengan pandangan yang seperti berkata “rasakan akibatnya”

Sementara Vans mengerti arti tatapan itu, ia balik menatap Chahya dengan jawaban “ini bukan masalah besar bagiku, sayang” dengan segera Chahya menutup wajahnya dengan buku yang sedari tadi dipegangnya.

Puas akan respon yang diberikan Chahya, Vans melakukan hukuman dengan senyuman yang penuh semangat.

“lihat deh, Vans keren banget, kan? Meski gak setinggi Dion tapi otot tangannya rasanya terlatih banget deh. Menurut lo gimana?” ujar salah seorang siswi.

“iya, bener. Jadi pengen pegang. Bisa gak yah?” timpal yang lainnya.

“gampang, pura-pura jatuh aja ntar pegang deh bahunya, pasti berhasil” ujar Nurul tiba-tiba.

“itu cara lama, Rul.” Bisik Rika.

“biasanya, cara lama yang paling ampuh” tukasnya yakin.

“coba deh, ntar kita buktiin. Ok?” lanjutnya.

Rika dengan ragu mengiyakan.

Sementara para siswi sibuk mengagumi tubuh Vans yang atletik. Para siswa mulai akrab bercanda dengannya.

Walau masih dalam masa hukuman, Vans tak lupa melontarkan ocehan lucu yang membuat sebuah tali keakraban diantara mereka.

Dari kejauhan, tampak Dion yang berlari terengah-engah ketengah lapangan.

Ia masih mengenakan seragam putih abu-abu. Sontak pandanganpun langsung mengarah ke sosok yang baru saja tiba.

Tanpa pikir panjang, Dion melangkahkan kakinya menghampiri pak Imam, meski siswa yang lain memperingatkan jangan dengan isyarat, Dion yang tidak mengerti lantas langsung menghampiri pak Imam.

“pagi, pak” sapa Dion dengan senyum yang ramah. Sayang, sapaannya tak berbuah manis.

“dari mana saja kamu? Kamu telat pelajaran saya 30 menit! Kamu juga tidak pakai seragam olahraga! Kamu melanggar aturan main saya!” ujar pak Imam marah. Tatapannya membuat Dion tak berani berkata-kata.

“Dion anak baru, pak. Kemarin dia baru masuk kekelas kita” jawab Aji tiba-tiba.

“benar begitu, Dion?” tanya pak Imam, sambil membaca nama depan yang tertera di kemeja putihnya.

“iya, pak. Saya juga sudah dihukum berdiri dibawah tiang bendera, pak.” Jelas Dion.

“kali ini, kamu saya maafkan, tapi lain kali tak ada kata maaf bagimu! Sekarang ganti bajumu, dan lakukan lima set push up. CEPAT!” perintah pak Imam.

Dengan cepat, Dion berlari ketoilet dibelakang pos satpam.

Tak butuh waktu lama, ia segera berlari dan melemparkan tasnya kearah Chahya. Lemparan itu disambutnya dengan mudah.

Lalu meletakkan tas Dion disampingnya. Semua mata yang menyaksikan lantas tertegun melihatnya.

Chahya sama sekali tidak melihat Dion melempar tasnya, tapi ia sukses menangkap tas yang hampir mengenainya.

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang