Pengintai

14 2 0
                                    

Chahya menerima kotak dari Sam.

Sejenak ia merasa ragu. Ia menatap Sam.

Sam hanya tersenyum. Matanya menyuruh Chahya agar segera membuka kotak itu.

Chahya membukanya dan....

Matanya membulat.

***

"Chahya nyari petunjuk kemana dah? Dicariin sana sini gak keliatan batang hidung nya" keluh Vans sambil menjilayi es cream vanilla ditangannya.

Kepalanya celingukkan mencari keberadaan Chahya.

Sedari tadi seseorang tengah mengintainya.

Vans sadar namun berpura pura tak tahu. Toh ia bisa membaca pikiran orang itu kan pikirnya.

Memang benar, pengintai itu sebenarnya tengah mengincar Chahya, berhubung Chahya menghilang, Vans lah yang jadi sasaran.

Karena pengintai itu tahu, Vans bersama dengan Chahya. Dari pada kembali dengan tangan kosong lebih baik ia mengikuti Vans, sukur sukur dapat tambahan informasi.

"hmm mungkin aku bisa sedikit bermain main" ujar Vans sembari tersenyum ganjil.

Vans sampai diparkiran mobil. Sebelum masuk ia memutuskan untuk bersandiwara sejenak.

"eh Chahya, iya ada apa?"

"ah~ iya iya aku kesana"

"sungguh kau telah menemukan lokasi penyimpanan bukti ayahmu?"

"iya iya secepat kilat aku akan segera sampai"

"oh dekat pertigaan pelabuhan yang ada patung pramuka itu?"

Vans melirik sekilas kearah pengintai.

Memperhatikan diam diam.

"apa? Belok kekiri? Maksudmu arah kedalam goa?"

Pengintai itu nampak mendekatkan diri untuk mendengar lebih jelas.

"Aaahhh baiklah sayang~ tunggu aku, muaaacchh"

Dari kejauhan pengintai itu tampak mendengarkan serius sembari sedikit mengangguk paham.

Segera ia mengabari seseorang lewat ponselnya.

Vans tampak menahan tawanya.

Orang itu berfikir akan menyenangkan bosnya dengan tangkapan besar ini.

"Naif sekali bocah ini" gumam Vans memasuki mobil.

Vans mengendarai mobilnya menuju lokasi yang ia karang sendiri.

Meski tidak semuanya salah, sih.

Dari kejauhan tampak 2 mobil hitam mengikutinya.

Dengan senang hati Vans menerima ajakan bermain main mereka.

Ia mengarahkan mobilnya masuk kehutan.

Dengan kemampuan khususnya, Vans membuat delusi dibalik pepohonan.

Mengubahnya sesuai keinginannya.

Sepersekian detik kemudian mobilnya hilang.

"sial! Kemana mobil tadi? Belok kemana ini?" ujar pria dibangku kemudi.

"aku dengar ia menuju goa dekat sini, coba cari lewat gps" ujar yang lain lewat alat komunikasi ditelinganya.

"itu disebelah sana" mereka pun berputar putar dalam delusi buatan Vans.

"selamat bermain disana kawan" gumam Vans senang.

Dengan hati lega ia kembali ketempat tadi.

"Chahya, dimana kau sekarang? Ada masalah disini, kita harus segera kembali" Vans mencoba menghubungi Chahya lewat mindlink.

"tunggu aku ditempat terakhir kita berpisah tadi"

"yang mana? Aku selalu ada disisimu, kita tak mungkin berpisah"

"Vans, tolong jangan bermain main"

"aku serius"

"terserah"

"dasar wanita 'terserah' berarti ada maunya kan?"

Vans melajukan mobilnya membelah kabut pegunungan.

*

"Sam, sepertinya perbincangan kita cukup sampai disini, aku harus segera kembali" Sam yang tampak enggan mengakhiri kisahnya mengerutkan dahi.

"kenapa?"

"aku ada urusan lain"

Meski kecewa, Sam akhirnya menuruti maksud Chahya.

Mereka kembali keatas melalui lift dan membuat Sam kembali terlihat tua.

"tunggu dulu, hitunglah hingga 100 baru kau boleh keluar menyusulku" pinta Sam dengan suara khas kakek kakek.

Sam melangkah ke ruang tamu menunggu Chahya berhenti menghitung.

Entah apa alasannya, ia hanya menyuruh Chahya berhitung demikian.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Chahya keluar.

"sepertinya aku terlalu banyak menentukan rangenya, harusnya cukup sampai 20 saja haha"

Chahya sedikit kesal dipermainkan seperti tadi. Ia hanya memilih diam.

"baiklah kek, saya permisi, terimakasih atas infonya" Chahya membungkuk sedikit lalu berlalu keluar.

"jangan lupa mampir lagi yaa!" pekik Sam sekuat tenaga (tuanya).

Chahya menoleh dan melambai padanya.

Sam menatap kepergian Chahya dengan senyum dibibirnya, merasa beban nya sedikit terangkat.

Tak sia sia ia berusaha bertahan hidup selama ini.

"hanya tinggal 1 tugas lagi dan aku akan mati dengan damai" gumamnya sembari melangkah masuk kedalam rumah.

Vans akhirnya sampai diparkiran, ia memilih menunggu Chahya didalam mobil mengabaikan acara amal yang masih berlangsung bahkan mulai mencapai puncaknya.

Ia ingin memastikan sesuatu sebelum pergi.

"Chahya, aku ada didalam mobil, kemarilah ada yang harus aku katakan"

"sekarang saja?"

"harus bertatap muka"

"sebentar lagi aku sampai" Vans memjtus mindlink mereka dan fokus mengawasi.

Sejak diperjalanan tadi, hatinya begitu gelisah.

Vans terus memperhatikan orang orang sekitar.

"kenapa Chahya lama sekali" gumamnya, ia sudah merasa lelah menunggu.

"Vans, mari kita ikuti permainan mereka" ujar Chahya di mindliknya.

Vans mengernyitkan dahi bingung, sesaat kemudian ia mengerti apa maksudnya.

Vans keluar mobil dengan wajah bingung sambil memegang ponselnya ia mengumpat kesal dengan wajah yang memastikan.

Ia melangkah tak tau arah mencari Chahya. Lebih tepatnya-mencari jawaban pernyataan Chahya.

Setelah beberapa saat mencari, akhirnya ia menangkap suara pikiran yang mencurigakan.

Dalam suara itu ia mendengar rencana seseorang untuk memanfaatkan Chahya.

Khawatir.

Vans mengikuti arah pikiran orang tersebut dan menyusun rencana cadangan, kala mereka gagal.

"tunggu saja Chahya, kita akan bermain sebentar dengan mereka" gumamnya sembari menyiapkan rencana.

Vans tersenyum tipis.

####################################

Bentar lagi bakal ada sedikit action wkwk

Thx ヾ(≧▽≦*)o

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang