HELL NO!

18 2 0
                                    

Setelah mandi dan berganti pakaian tidur. Mario menyempatkan diri untuk membaca buku. Pilihan nya tertuju pada buku SAINS.

Membaca atau bisa dikatakan belajar sambil membaca adalah salah satu kebiasaan yang sering Mario lakukan sebelum ia tidur. Bila ia tak membaca sebelum tidur, maka ia akan terbangun di tengah malam hanya untuk membaca. Hal itu telah menjadi rutinitas nya sejak kecil. Dengan membaca tidur nya akan menjadi nyenyak. Layak nya membaca itu adalah pengganti cerita dongeng buat nya.

Mario sejak kecil selalu tidur sendiri dan tak pernah ditemani oleh Ayah nya. Bahkan, bila ia mengalami mimpi buruk sekali pun atau cuaca sangat buruk di luar sana. Apalagi di dengarkan dongeng sebelum tidur, ia tak pernah merasakan nya. Siapa yang akan mendongengkan cerita sebelum tidur pada nya?

Ayah nya? Ia seakan lebih mementingkan pekerjaan nya dari pada mengurus Anak semata wayang nya itu. Bahkan hanya sekedar untuk menyapa saja bagi nya itu sangat sulit. Entah apa yang membuat nya menjadi Orang yang acuh seperti itu pada anak sendiri. Seakan ada yang menghambat nya.

Setelah selesai membaca, Mario pun beranjak ke ranjangnya. Mematikan semua lampu kamar nya. Hanya secercah sinar redup yang masuk dari celah gorden saja yang menghiasi pemandangan di dalam kamar Mario. Membentuk bayang-bayang tak beraturan.

"Apa tindakan gue nerima Kevin jadi temen gue, itu udah tepat? Apa itu hanya rencananya doang? Tapi, gue liat dia tulus mau temenan ama gue. Terserahlah jika emang dia pada akhirnya berbalik ninggalin gue. It's okay don't worry. I don't care it". Aku juga hanya ingin bermain.

#Author Get Out

-..........-

OLAHRAGA

Aku nggak minat olahraga Outdoor. Membuat badan jadi bau akan keringet yang berlebih. Disengat matahari dan dipenuhi peluh panas yang menjijikkan. Jorok. Dari pada harus berpanas-panasan. Aku lebih memilih tidak berolahraga. Olahraga cukup di rumah saja. Malah walau aku olahraga hanya di rumah. Tapi, olahraga ku terbilang lebih sulit dan berat ketimbang olahraga di Kampus.

Semua nya telah berlalu keluar lapangan sejak tadi, sementara aku hanya terdiam duduk di kelas. Aku tak perduli. Lebih enakan gini.

Mereka semua, pasti tengah asyik berpanas-panasan maen Voli. Bodo. Aku pun memasang Earphone gambar tengkorak ke telingaku. Penghibur sesaat, padahal nggak ada beda nya make dengan nggak make earphone. Payah.

2 jam berlalu

"Wah... Smash Lo emang selalu keren Kevin. Sir. Sampe menganga saking takjubnya liat aksi Lo yang mengagumkan itu". Robert melangkah masuk di dahului oleh Kevin.

"Hei Mario!".

Sapa Kevin pada ku, ia seakan lupa bila ia tengah ngobrol dengan Robert. Kevin malah beralih padaku tanpa menggubris celotehan Robert yang berada tepat di belakangnya. Membuat Robert kayak obat nyamuk saja.

"Udahlah Kevin. Si Bisu itu mana denger yang Lo omongin".

Yang diajak ngomong siapa. Yang jawab siapa. Emang rese'.

"Apa Lo bilang?! Jaga ucapan Lo itu brengsek sebelum gue hajar Lo!".

"Kenapa sich Lo jadi berubah gini? Lo diapain ama dia? Apa dia ancam Elo?". Tanya Robert bingung sembari tekuk kening.

"Dia nggak salah apa-apa, jadi jangan libatin dia. Lagian gue mau berteman dengan siapa itu bukan urusan Elo".

Robert dengan frustasi berlalu meninggalkan Kevin yang berjalan menghampiriku. Robert mengurungkan niat nya untuk masuk ke dalam kelas dengan Kevin, ia lebih memilih berlalu pergi meninggalkan Kevin yang seakan acuh tak acuh pada nya. Sementara Kevin malah duduk di depan bangkuku dengan seenak nya. Seolah tak ada yang terjadi sebelum nya. Huh! Tanpa seizin dariku pula. Lancang sekali dia menatap wajahku! Sebelum dia duduk di depan bangku ku, ia masih sempat berteriak ke Robert yang hendak keluar dari pintu kelas.

The Lost HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang