TIDAK NORMAL!

7 1 0
                                    

SCIENCE

Berjalan sepanjang koridor yang sepi dengan puluhan loker berderit kaku. Kusimpan tasku di salah satu loker bercat gold berlabel UNO (No. 1). Aku malas membawa-bawanya bukan karena berat. Bahkan isinya hanya Hawai Supernova 3D (Gadget baru dari bajak Black card Ayah) dan handuk tanpa buku dan alat tulis. Yah, belajar itu hanya di Rumah sedangkan jika di Kampus hanya untuk bersenang-senang.

Kosong. Lenggang. Dua kata itu cukup menafsirkan suasanaku saat ini. Hembusan nafas mengusik kebisingan sejenak. Tidak ada satu pun Mahasiswa yang lewat di koridor. Ya iyalah. Mereka semua sudah masuk ke dalam ruangan masing-masing hanya karena nada bunyi yang membosankan (Bel).

Aku yang selalu datang tidak tepat waktu tidak akan terperdaya dengan kuasanya. Aku mulai berjalan dengan pelan menyusuri lantai sepanjang loker berwarna biru dan putih. Warna biru loker khusus pria sedangkan putih khusus untuk wanita. Jika warna gold yang tadi, itu khusus dibuat untukku. Tersendiri di ujung koridor dengan ukuran sebesar kulkas .



Dari kejauhan, samar-samar terlihat seseorang berjalan kearahku. Dia tengah menuju ke Perpustakaan dengan membawa buku bertumpuk-tumpuk hingga menutupi seluruh wajah dan sebagian tubuhnya. Kukerutkan kening selama dua detik sebelum melanjutkan langkah sembari berpikir. Dia sedang akrobat?!

Ketika kami berpapasan, aku melaluinya tanpa menoleh sedikit pun. Bahkan bayangan dirinya tak mampu menembus ekor mataku.

"Lo masih punya muka juga yah". Cicit Seseorang. Orang yang membawa buku tadi. Dari suaranya, ia Seorang Wanita. Lagi-lagi Wanita. Huft.

"Ternyata tak hanya muna' bahkan lebih dari sampah". Sambung nya.
Aku tetap berjalan menuju Ruang kelas. Orang asing tidak boleh diajak ngobrol.

"Setelah peristiwa tempo hari. Lo nggak berubah juga yah. Masih aja arogan."

"Ahhh... Sial! Sok kenal banget jadi orang. Dasar alamat kesasar. Loco!". Aku menampiknya dengan makian tanpa menoleh.

"Oh yah! Lo masih mau bilang kalo Lo nggak kenal gue?". Wanita itu sedikit menyampingkan tumpukan buku yang menutupi wajah nya. Lalu kembali menutupi nya dengan semula. Aku hanya melihatnya sekilas tanpa hasrat.

Sial. Wanita menyebalkan itu lagi. Dia mulai berani menantangku. Ck, bukannya dia memang selalu begitu. Cewek berani hah? Sayang kau bukan tipe ideal yang mampu masuk ke dalam pikiranku dan itu tak akan pernah terjadi. Hanya saja, Aku tak ingin diikuti benalu.

"Apa kita pernah bertemu?!". Ucapku acuh tak acuh sembari melengos pergi meninggalkannya. Aku kan memang tidak tahu siapa namanya.

"Heh?! Belagak nggak kenal lagi. Dasar payah! Lo masih aja rese' setelah semua orang udah tahu belang Lo. Harusnya Lo malu. Heh! Dasar belagu, nyatanya nggak normal. Menjijikkan". Umpatnya di belakangku.

Cewek emang lemah. Tapi, kata-katanya pedas dan nusuk banget. Njir.... Dibiarin. Makin nyebelin. Telingaku mulai jengah mendengar ucapannya.

"Dasar sampah masyarakat!."

"Orang hina!."

Jidatku berkedut menahan amarah. Kugertakkan taring yang menimbulkan decit halus. Aku tidak suka direndahkan oleh manusia rendahan apalagi jika itu hanyalah Gadis lemah. CKK!

Aku menghentikan langkahku dan berbalik menuju kearahnya. Berjalan dengan langkah panjang-panjang sembari mendengus kesal. Ingin kucabik-cabik tubuhnya. Tanganku bergetar tak kuasa menahan nafsu untuk merobek mulut lancangnya itu. Aku tak sabar menjorokkan kepalanya ke tembok. Yah..... Aku ingin mendengar suara tulang patah hari ini. Ku cegat langkahnya memasuki Ruang perpustakaan yang seinci lagi dari langkahan kakinya. Kali ini dia nggak bakalan pergi dengan mudah. Aku telah menandaimu dalam pengawasanku. Cewek sialan!

Aku tak perduli tatapan menghinanya. Kulempar semua buku yang dibawanya hingga berjatohan ke lantai. Kutarik kerah kemejanya dengan erat sementara jidatku tak berhenti berkedut menahan amarah.

"Bangsat sialan! Mau Lo apa hah?!."

"Lo beneran jago akting yah. Hahahh." Tawanya membuat tanganku panas. Kubanting tubuhnya menyandar ke tembok.

"Ahh... Bahuku." Rintihnya.

"Lo denger baik-baik yah. Sekali lagi Lo ngatain gue seperti itu. Lo bakalan tahu akibatnya!".

"Emangnya kenapa? Itu faktanya kan. Apa gue salah? Kalo Lo itu Cowok miring? Nggak tahu kodratnya".

"F**k U!". Kuhempaskan tubuhnya dengan keras kelantai. Kudengar tubuhnya bergedebukan menghantam lantai dingin yang sedikit kotor. Aku tak perduli lagi jika dia Seorang wanita. Whatever. Emang gue pikirin. Bodo amat.

"Hahahh....Emang yah. Kalo Lo itu Cowok belok yang pura-pura cold di depan orang agar mereka segan ama Lo. Pengecut. Dasar G*y. Taunya hanya menggertak dan menyiksa yang lemah".

BRAKKK

Kuhantam kakiku di dekat kepalanya. Ingin kuremukkan kepalanya dengan tendanganku tapi itu hanya akan membuat sepatuku jadi kotor.

"Shut up you bitch! Gue peringatin ama Lo yah! Sekali lagi Lo cari perkara ama gue. Lo nggak bakalan pergi dengan mudah! Camkan baik-baik di Otak kerdil Lo itu". Bentakku menunjuk-nunjuk wajahnya.

"Alah nggak usah berkelit lagi deh. Lo nggak bisa lagi menyembunyikan kenyataan nya. Semuanya udah terungkap. Pantesan aja Lo selalu bersikap sinis. Agar semua orang nggak akan mengetahui keburukan Lo kan? Mereka nggak bakalan nyangka kalo Lo itu.......". Dia berusaha berdiri.

"Lo pasti punya kepribadian ganda. Disatu sisi bersikap jantan tapi di sisi lain Lo sebenarnya nyembunyiin sifat asli Lo kan."

"Bitch. Terserah apa kata Lo. Gue nggak perduli. Lo percaya atau nggak itu juga bukan urusan gue. Persetan dengan Lo dan semuanya. You know what! Gue benci dengan Perempuan bukan berarti gue mau ama Lo. Heh.. What the fuck it was. Cowok belok? Lelucon asem. Lo nggak penting bagi gue.".

"Tunggu!".

"Jika Lo ragu dengan hoax yang Lo denger di luar sana. Sorry..... Gue nggak butuh pengakuan dari Lo". Aku tertawa miris. Tidak ditujukan pada siapa pun. Lalu berjalan meninggalkan nya.

#Mario End










Di Perpustakaan

"Dia bukan G*y? Lalu, bagaimana bisa semuanya beranggapan seperti itu dan menjadikan kebohongan tersebut menjadi nyata? Sebenarnya siapa yang Lekong sih? Apa aku salah orang? Tidak.....Tidak. Sejak awal aku memang merasa itu mustahil?." Sembari mengatur buku.

"Apa dia benar-benar Normal? Dia punya kelainan  jiwa atau jangan-jangan emang bener jika dia penyuka sesama karena dia nggak pernah suka dengan perempuan? Hih.... Menjijikkan. Bisa-bisanya aku....... Ah sial! Apaan sih yang kupikirkan. Tapi emang sih Keluarganya sama sekali tak tersentuh sama paparazzi padahal Ayahnya sangat terkenal. Kuasanya memang patut di acungin jempol. Pasti dia bohong. Dia bohong kan? Dia malu jadi untuk menyelamatkan harga dirinya dia seperti itu padaku. Atau itu memang benar? Haissshhh....." Dia menghentikan aktivitasnya dan berdiri tanpa bergeming.

"Ah... Masa bodoh dengan Anak arogan sialan itu. Buku? Astaga! Buku-buku gue". Pikiran Alexa berkabut.





Di Toilet

"Dia nggak suka dengan jeruk? Gue nggak percaya. Dia penyuka sesama jenis? Itu lebih mustahil. Gue nggak bakalan percaya dengan rumor murahan itu. Walaupun itu kebanyakan terjadi pada Cowok cakep yang bodynya ABS. Bukan berarti Mario seperti itu. Nggak...Nggak. Itu nggak mungkin."
Jane menggila.






Di Dalam Kelas

"Hahahahhh. Ternyata dia emang nggak suka jika dilawan. Dasar payah. Sekarang gue tahu kelemahannya. Thanks dude Lo emang paling terbaik."

#Author Get Out



































DEMENTOR

The Lost HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang