"Kalian?!" Ojan membulatkan matanya menatap teman - temannya. Tidak menyangka dia akan terpergok secepat ini.
Alwan, Iqbaal, Rafto, Danu, Rajendra menatap Fadlan dengan tatapan menyalahkan. "Bukan gue. Tadi gue didorong Dianty sama Namira." Fadlan membela diri atas apa yang tidak dia lakukan.
"Ya sorry. Lagian kalian ngintip mulu sih. Yaudah kita kerjain aja sekalian." jawab Dianty menahan tawanya. Sedangkan Namira sudah tertawa berbahak - bahak.
"Duhhh sorry ya. Ganggu kalian yang lagi pedekate." kata Alwan. Wajahnya memang menampakan penyesalan, tapi hatinya tertawa berbahak - bahak.
"By the way, emak lo udah lo anter belum jan. Sampe bolos sekolah dengan alasan nganter emak." kata Rafto meledek Ojan.
"Apaan sih." sungut Ojan tidak suka.
"(Namakamu), gimana keadaan lo?" tanya Dianty.
"Udah mendingan. Mungkin besok atau lusa gue udah masuk sekolah." jawab (Namakamu).
Selama berjam - jam mereka bercerita dan membicarakan banyak hal untuk membunuh keheningan. Walaupun kali ini Iqbaal tidak banyak bicara seperti biasanya.
more
Hari ini (Namakamu) sudah mulai masuk sekolah. Kesehatannya sudah pulih total setelah istirahat tiga hari. Dan sejak saat Iqbaal menjenguknya bersama teman - temannya, dia tidak melihat Iqbaal lagi hingga dia bertemu di sekolah tadi. Dia berjalan bersama Zidny.Ojan berjalan menghampiri (Namakamu) yang duduk di bangkunya. "Hai (Namakamu). Udah sembuh?" tanyanya setelah duduk di bangku kosong di depan (Namakamu).
(Namakamu) tersenyum dan mejawab. "Udah kok."
Hening. Ojan bingung untuk berbicara apa. Ditambah jantungnya yang berpacu cepat seolah baru saja dikejar hewan buas.
"Jan. Gue boleh nanya?" tanya (Namakamu) tiba - tiba. Membuat Ojan berjengit.
"Eh nanya apa?" mungkinkah (Namakamu) akan bertanya tentang...
"Emang Iqbaal akhir - akhir ini deket sama Zidny ya?" tanya (Namakamu) lirih. Takut - takut ada yang lain mendengar atau bahkan Iqbaal yang mendengar. Padahal Iqbaal tidak di kelas. Tapi tetap (Namakamu) mencemaskan itu. Takut tiba - tiba dia masuk kelas.
"Hah. Gak tau. Eh gue gabung sama yang lain dulu ya." Ojan bangkit lalu meninggalkan (Namakamu).
Ck dasar gak bisa diandalin. Umpatnya.
more
Iqbaal berjalan di samping Zidny. Mereka tengah mencari buku bacaan di Perpustakaan. Bukan - bukan. Lebih tepatnya Zidny yang tengah mencari buku. Awalnya Iqbaal tanpa sengaja bertemu Zidny yang lewat di depan kelasnya. Lalu dia ikut Zidny ke Perpustakaan."Kalau boleh tau! lo mau nyari buku apa?" tanya Iqbaal.
Zidny tangah fokus pada judul - judul buku menjawab, "Gak tau juga sih. Mungkin novel."
"Bentar lagi mau masuk loh." kata Iqbaal memberitau Zidny. Zidny melihat ke jam tangannya. Benar kata Iqbaal. Tiga menit lagi masuk.
"Yaudah deh. Kayaknya ini seru." Zidny mengambil salah satu novel. Lalu berjalan ke meja petugas perpustakaan.
Setelah selesai, mereka kembali ke kelas mereka masing - masing.
Iqbaal duduk di bangkunya. Tanpa menyapa bahkan memandang (Namakamu) yang duduk di belakangnya.(Namakamu) yang melihat Iqbaal mengacuhkannya, tidak terlalu memikirkannya. Toh Iqbaal baru berduaan dengan Zidny.
Tapi selama pelajaran berlangsung (Namakamu) merasa jengkel dengan sikap Iqbaal. Akhirnya dia memutuskan untuk menusukan ujung bolpoinnya ke punggung Iqbaal. Berniat memanggil Iqbaal.