Iqbaal, Alwan, Fathra, Irwan, Ojan, Danu, Dylan, Rajendra dan Ucup sudah duduk lesehan di depan kelas seperti biasa. Membicarakan obrolan - obrolan anak lelaki pada umumnya. Menghabiskan menit menunggu bel masuk berdering sambil berbicara seperti ini.
"Guys." Ipul yang baru masuk kelas langsung nyelonong mendekati mereka tanpa melepaskan tasnya terlebih dahulu.
"Udah baca chat grup?" tanyanya dibalas gelengan oleh teman - temannya.
"Kemarin Rafto bilang dia mau balapan kan?"
Sebagian dari mengangguk dan sebagian hanya menyimak saja.
"Rafto kecelakaan."
"Yang bener lo?"
"Info dari mana?"
"Abangnya (Namakamu)." balas Ipul. Satu persatu mulai berkerumun di depan kelas. Ada juga yang langsung mengecek chat line.
more
Setelah sarapannya habis. Ijal segera berpamit dengan orang tuanya untuk berangkat sekolah. Tidak lupa mengacak puncak kepala adiknya. Membuat rambut (Namakamu) berantakan karena tidak memakai jilbab dan hanya dia gerai. (Namakamu) memberenggut mendapat perlakuan seperti itu.
Kakaknya itu memang benar - benar menyebalkan. Sudah semalam menganggu tidurnya karena masuk rumah melalui jendela kamarnya sampai - sampai dia berteriak takut kalau - kalau yang masuk maling. Padahal dulu dia pernah membayangkan kalau yang menjadi adiknya Ijal adalah Rafto, tapi sekarang malah dirinyalah yang menjadi adiknya Ijal. Rafto? Kenapa (Namakamu) baru ingat sekarang.
(Namakamu) bengkit dari duduknya dan menyambar tongkatnya. Tanpa berkata - apa dia meninggalkan orang tuanya yang menatapnya bingung dan beberapa kali memanggil namanya.
"Bang Ijal! Tunggu!" teriak (Namakamu) berharap Ijal mendengarnya.
BRUK
(Namakamu) mengusap keningnya ketika menabrak punggung Ijal. Ijal berbalik menatapnya, "Ada apa?"
"Kalau ketemu Rafto. Bilang ya. Hari ini aku gak masuk sekolah. Sekalian nitip izin sakit."
Ijal menatap bola mata jengah. Pagi - pagi begini adiknya sudah ingat saja dengan Rafto. Padahal Rafto juga pasti tidak akan sekolah karena sekarat di rumah sakit.
"Ya. Sana masuk. Istirahat. Gak usah banyak jalan. Kaki lo kan belum kering lukanya." Ijal membalikan tubuh (Namakamu) lalu mendorongnya pelan agar masuk ke dalam rumah. Setelah memastikan adiknya sudah masuk ke dalam rumah, dia berbalik dan melanjutkan jalanya.
Baru saja Ijal melewati gerbang rumahnya. Lagi - lagi dia harus memutar bola matanya jengah. Pasalnya, di depan rumah kakeknya sudah ada Rafto.
Ijal melangkah dengan santai melewati Rafto seolah dia tidak mengenal Rafto sebelumnya.
"Bang." Panggil Rafto setelah menyadari seseorang yang baru melewatinya adalah Ijal.
Ijal terus melangkah tanpa memperdulikan panggilan Rafto. Langkahnya berhenti ketika Rafto menghadang jalannya.
"Lo kenapa?" tanya Rafto bingung dengan sikap Ijal.
Ijal tersenyum miring, "Emang gue kenapa?"
"Maksud lo nyuruh jauhin (Namakamu) apa?"
"Gue gak ada waktu buat jelasin. Dan gak perlu gue jelasin, lo pasti udah paham kan?" Ijal melanjutkan langkahnya.
"Tapi gue gak bisa jauhin (Namakamu)." ucap Rafto manaikan suaranya.