12 Gelap Merayap

5.7K 441 5
                                    

Gue lebih baik dari pada lo yang pengecut

more

Gelap. (Namakamu) tidak bisa membedakan siang atau malam lagi. Siang dan malam di matanya sama. Sama - sama gelap. Dan (Namakamu) sangat benci kegelapan.

"Cucu kakek lagi mikirin apa sih? Ngelamun aja." (Namakamu) mengerjap ketika mendengar suara kakeknya.

Tangannya terulur kedepan, mencari keberadaan kakeknya. Begitu kakeknya memegang tangannya dengan tangan keriputnya, (Namakamu) tersenyum namun berbanding terbalik dengan matanya yang sudah berkaca - kaca, "Kakek."

"Iya, kakek disini."

"Maafin (Namakamu), udah bikin kakek khawatir, bikin kakek sakit." tangis (Namakamu) pecah.

Kakeknya segera memeluk dan menenangkannya, "Udah. Kakek gak pa pa. Yang penting sekarang kamu baik - baik aja. Senyum dong. Cucu kakek jadi jelek kalau nangis." Goda kakeknya agar (Namakamu) mau tersenyum.

(Namakamu) hanya sedikit menyunggingkan senyumnya. Tapi tangisannya masih belum berhenti.

more

(Namakamu) apa kabar?

Dia sekarang lagi apa ya?

Dia masih marah gak ya?

Kok gue udah kangen? Padahal baru balik kemarin. Jadi pengen ke Bandung lagi.

"Baal, gimana kabar temen lo?" tanya Aldi yang duduk disamping Iqbaal sambil memainkan ponselnya.

Iqbaal mendelik tidak suka pada Aldi karena Aldi telah membuyarkan lamunan Iqbaal, "Baik. Kenapa?"

"Gak papa. Cuma nanya aja. Lo kenapa sewot gitu sih?" balas Aldi, matanya yang semula fokus pada layar ponselnya kini beralih menatap Aldi.

Iqbaal menyenderkan punggungnya ke sofa. Lalu menggeleng dengan lesu. Aldi menatapnya aneh begitu juga Kiki. Hari ini sahabat mereka terlihat kusut dan tidak punya semangat.

Mereka sekarang berada di ruang khusus di sebuah studio salah satu stasiun Tv. Mereka diundang untuk menjadi bintang tamu di sebuah acara talk show. Mereka semakin sering mendapat panggilan ke acara - acara talk show untuk membahas mengenai nasib CJR yang akan ditinggal Iqbaal menempuh pendidikan ke USA.

Kiki menepuk pundak Iqbaal, "Ada masalah? Tumben lo kusut gitu gak curhat. Biasanya lo kan udah curhat ke kita"

Iqbaal diam sejenak. Dia tidak langsung membalas pertanyaan Kiki, "Ada saatnya masalah gak perlu gue ceritain kan?"

"Iya lo bener. Gak semua masalah emang bisa di ceritain ke orang lain. Tapi siapa tahu aja orang yang lo ceritain bisa ngasih solusi." Balas Kiki.

Iqbaal diam. Semua pun hanya diam. Begitulah Iqbaal kalau sedang punya masalah. Lebih sering diam dan tidak seperti biasanya. Terkadang Iqbaal mau berbagi cerita mengenai masalahnya. Tapi terkadang pula Iqbaal memilih diam. Tidak mau berbagi cerita.

"Kalau gue gak jadi ke Amerika menurut kalian gimana?" tanya Iqbaal tiba - tiba membuat Aldi dan Bang Kiki menoleh pada Iqbaal dan menatap Iqbaal bingung.

"Lo gak jadi ke Amrik?" tanya Aldi dengan nada tidak percaya.

Iqbaal hanya mengangkat bahunya. Entah lah, Iqbaal hanya ingin membatalkan beasiswanya ke Amerika dan pindah ke Bandung. Iqbaal hanya ingin bisa menjaga (Namakamu). Dia merasa berat untuk pergi jauh dan tidak bisa berkomunikasi dengan (Namakamu).

"Kalau gue sih seneng lo gak jadi pergi. Tapi lo bayangin deh baal, banyak yang pengen sekolah ke luar negeri apalagi Amerika dan lo satu - satunya yang keterima. Sayang banget kan kalau lo batalin. Semua aDministrasi juga udah lo urus." Ujr Bang Kiki memberi sedikit nasihat pada Iqbaal.

MORE x IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang