"Ini salah gue. Harusnya tadi gue gak nuruti dia. Gak nganter dia ke atap. Gak ninggalin dia sendirian. Ini salah gue." Tania menangis sembari menyalahkan dirinya sendiri. Sedangkan Rafto hanya diam sambil bersandar di dinding.
Mereka sekarang berada di koridor rumah sakit. Menunggu kedatangan orang tua (Namakamu) dan menunggu dokter yang sekarang masih di dalam ruang UGD memeriksa (Namakamu). Seorang guru yang datang bersama mereka sedang menunggu orang tua (Namakamu) di lobi.
Lalu derap langkah ramai terdengar menghampiri mereka. Mengalihkan perhatian Rafto dan Tania. Semakin dekat semakin jelaslah suara isak tangis.
Bertepatan dengan kedatangan orang tua (Namakamu), seorang dokter perempuan dan beberapa suster keluar dari dalam ruang UGD. Orang tua langsung menghampiri dokter tersebut dan menanyakan kabar (Namakamu). Diikuti Rafto, Tania dan Guru mereka.
"Keadaan pasien masih kritis. Untuk keterangan lebih lanjut, mohon wali pasien ikut saya ke ruang saya." Kata dokter itu lalu berjalan meninggalkan mereka diikuti ayah (Namakamu).
more
Di hadapan Rafto sudah ada buku yang terbuka dan tangan kananya tengah memegang bolpoin. Niatnya adalah belajar untuk mempersiapkan diri mengikuti ujian besok. Tapi pikirannya sulit diajak bekerja sama. Dia sama sekali tidak bisa fokus mempelajari isi buku di depannya. Pikirannya terus - menerus memikirkan (Namakamu) yang sudah hampir seminggu belum sadarkan diri. Lusa (Namakamu) akan dipindahkan ke rumah sakit di luar negeri. Rafto tidak dapat mengetahui dimana itu karena keluarga (Namakamu) tidak memberitahunya. Terutama Ijal.
Matanya menatap wadah obatnya. Sudah beberapa hari terakhir ini dia tidak meminum obatnya meski dalam keadaan mendesak. Dia akan membiarkan rasa sakit di jantungnya hingga rasa sakit itu hilang dengan sendiri atau terkadang dia malah jatuh pingsan.
Dia bosan dengan hidupnya yang terus berketergantungan dengan obat. Ada hal yang ingin Rafto lakukan sebelum (Namakamu) berangkat ke luar negeri. Dia ingin mendonorkan matanya untuk (Namakamu). Kemarin saat dia pingsan dan dibawa ke rumah sakit dia sedikit mengobrol dengan dokter mengenai syarat pendonor mata. Dan dia memenuhi syarat yang diberitahukan oleh dokter. Hanya saja orang yang ingin mendonorkan mata harus dalam keadaan meninggal.
Rafto mengambil beberapa lembar kertas dan menulis sesuatu yang ingin dia tulis di atas kertas. Ada hal yang perlu dia tinggalkan. Ucapan perpisahan mungkin.
more
LINE
Tania
Tan, gue boleh minta tolong?
Minta tolong apa
Selama bisa gue laksanain, gue sih bisa
Kalau gue meninggal, lo harus nyari beberapa amplop di laci di kamar kos gue.
Lo jangan ngomong gitu napa?
Kaya orang mau mati aja
Pliss, cuma lo yang bisa gue percaya disini
Tapi gue gak berani deh Raf kayaknya masuk ke kosan orang yang udah meninggal
Okay, gue taruh di bawah kaca meja depan kosan.
Emang amplop isi apa sih Raf?
Njir, minta tolong, tapi gue nanya gitu aja lo read
Sumpah Raf, lo mau bunuh diri?