Part 11 - Need to talk

60 5 0
                                    

Setelah tadarus Al-qur'an—kegiatan sebelum masuk setiap hari Selasa dan Rabu— Marcel duduk dikursi samping Salsa.

"Sal hari Minggu temenin gue ya" Salsa yang sedari tadi  membaca novel yang berjudul 'Hujan' mendongak, menatap Marcel.

"Kemana?"

"Ke toko buku beli buku buat kado adiknya Rian" Salsa mengeryit
"Emang kapan ulang tahun nya?"

"Hari Minggu" Salsa mengangguk menerima ajakan Marcel. "Mau?" Salsa tersenyum lalu mengangguk lagi. Senyuman Salsa menular pada Marcel.

"Lo lagi baca apa? serius banget"

Salsa yang tadi ingin melanjutkan bacaannya lagi mendongak kearah Marcel dan menatap cowok itu dengan tatapan kesal. "Ganggu aja lo. Sana-sana!" Salsa mendorong tubuh Marcel untuk menjauh darinya. Setelah Marcel berdiri Salsa langsung melanjutkan bacaannya tadi. "Cewe! emang dasar!" Gumam Marcel lalu pergi ke tempat duduknya dimana teman-temannya sedang bermain ayam-ayaman.

"Daf, kok gue gak pernah liat lo berangkat bareng sama Dinda?" Marcel duduk tepat dikursi samping Daffa yang sedang menyaksikan teman-teman barunya memainkan permainan yang entah apa itu. Daffa menoleh kearah Marcel. Dia paling malas jika membahas tentang Dinda, kembarannya.

"Gue sama dia pisah tempat tinggal" Marcel sontak terkejut. Dia mengubah posisinya menjadi menghadap Daffa. "Kenapa kok lo pisah tempat tinggal?" Daffa hanya mengangkat kedua bahunya. Melihat Daffa yang seakan enggan untuk membahas masalah ini, Marcel pun berusaha mengerti. "Ohh.."

"Anying! Lo curang!" Rian berteriak pada Farhan. "Apaan! Gue si mainnya sportif" Bela Farhan. "Iya, Farhan dari tadi mainnya sportif bege" Adit membela Farhan. Rian bangkit dari duduknya lalu menatap Adit dan Farhan dengan kesal.

"Bodo amat!"

Rian pergi keluar kelas. Saat Rian sudah berada didekat tangga untuk turun ternyata Pak Tono—guru sejarah—berada di undukan tangga sedang berbicara dengan salah satu guru kelas X.

Akhirnya dengan sedikit berlari Rian sampai dikelas. "Woy Pak Tono masuk!!" Teriaknya. Seisi kelas pun menjadi ramai. Pasalnya tadi dikabarkan bahwa Pak Tono tidak masuk karena alasan sakit, tetapi sekarang dia masuk. Padahal Siswa-siswi kelas XII IPS-2 sudah sangat bergembira mendengar kabar bahwa Pak Tono tidak masuk karena hari ini mereka ulangan harian Sejarah.

"Woi! diem semuanya! Jangan ada yang ingetin Pak Tono soal ulangan. Siapa yang bawa garem?"

Seisi kelas hening. Lalu Syasya, sekretaris kelas bersuara "Gue bawa!" Syasya melangkah mendekat kearah Rian sambil membawa sebungkus garem yang memang dia bawa setiap hari karena jaga-jaga jika ada ulangan harian, seperti saat ini.

Syasya memberikan garem itu kepada Rian, lalu Rian menyebarkan sedikit garam diatas meja guru juga kursi guru.

"Woi! Pak Tono udah deket!!" Adit memberi intruksi agar Rian segera menyelesaikan tugasnya. Akhirnya Rianpun selesai mengerjakan tugasnya dan duduk dikursinya. begitu juga dengan murid yang lain, bersiap menghadapi Pak Tono.

◽◾◽◾

"Anak murid kelas lo pada kocak, sumpah" Daffa tertawa mengingat ketika Pak Tono tertidur saat mengawas ulangan. Tadi saat Pak Tono masuk dia langsung menyodorkan anak-anak dengan kata-kata 'kita ulangan hari ini, siapkan alat tulis kalian. Jangan me nyontek!' Setelah beberapa menit mereka semua mengerjakan ulangannya, Pak Tono tertidur dengan posisi menelungkupkan kepala dilipatan tangannya diatas meja yang tadi ditaburi sedikit garam oleh Rian.

Daffa baru mengetahui cara membuat ulangan menjadi bagus dengan aman adalah dengan membuat guru yang mengawasi tertidur dengan ditaburi sedikit garam pada meja dan kursi yang akan ditempati guru pengawas tersebut.

Just A Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang