Part 15 - Shit!

85 5 0
                                    

Salsa masih saja terus terisak didalam pelukan Dava. Setelah mereka sampai disebuah danau, Dava mengajak Salsa duduk diatas rerumputan dan mengeluarkan semua kesedihannya disana, bersama Dava.

Dava masih terus mengusap-usap punggu Salsa yang masih bergetar. Tidak lama kemudian punggung itu berhenti bergetar.

"Maaf ya gue drama banget nangis kayak gini" Salsa melepaskan pelukannya dan menghapus sisa-sisa air matanya. Dava tersenyum menenangkan. "Santai aja kali, kaya sama siapa aja"

Walaupun mereka terbilang belum cukup lama kenal tetapi Salsa merasa ada sebuah rasa nyaman didalam jauh lubuk hatinya jika sedang bersama Dava.

Salsa melihat kaos hitam polos Dava yang sedikit basah dibagian dada. "Maaf ya kaos lo jadi basah gitu kan" Sekali lagi Dava terkekeh. "Dibilang santai aja" Lalu keduanya hening, melihat pemandangan didepannya, air danau yang tenang.

Salsa ingin sekali hidupnya tenang seperti air danau itu. Tidak ada yang namanya sakit hati. Salsa menyadari bagaimana rasanya sakit ketika melihat orang yang dicintai lebih mementingkan orang lain.

Sejak dulu Marcel selalu mengutamakan dirinya daripada temen Marcel yang lain. Melihat Marcel pertama kali lebih mengutamakan orang lain daripada dirinya membuat Salsa merasakan sedikit perih.

Dava menoleh sebentar melihat waja serius Salsa yang sedang menatap lurus air danau.

Jika sedang begini Salsa terlihat cantik walaupun hidungnya masih memerah karena menangis tadi.

Dava tidak tahu karena apa Salsa sampai bisa menangis seperti tadi. Tetapi dilihat dari segi peristiwa di parkiran tadi, dia menyimpulkan bahwa orang yang ingin mengantar pulang Salsa tidak jadi mengantar pulangnya atau lebih tepatnya, meninggalkannya.

Setelah sampai disini tadi Salsa langsung menangis, kedua tangannya menutupi wajahnya. Dava yang tidak tega akhirnya meminjamkan dadanya untuk dijadikan tempat menangis.

"Sebelumnya gue gak pernah gini, nangis buat cowok yang gak ada hubungan apa-apa sama gue. Ya paling hubungan pertemanan lah. Tapi gue gak nyangka bakal disini sambil nangis dan lo bagaikan jadi pahlawan yang datang tepat waktu sebagai tempat nangis gue"

Dava menatap wajah Salsa yang sedang menatap jauh seolah-olah dia sedang membayangkan sesuatu.

"Dan kita belom kenal lama tapi lo dengan baik dan sabarnya nunggu gue sampai berhenti nangis bahkan kaos lo sampai basah gitu gara-gara air mata gue"

Salsa menoleh kearah Dava dan menatap Dava dengan senyumannya. "Makasih banget Dav" Mendengar nada tulus Salsa membuat Dava jadi terharu. "Ah, lo mah nanti yang malah bikin gue nangis" Lalu keduanya tertawa dan bergurau. Salsa bahkan larut dalam gurauan Dava yang membuat dirinya tertawa dan melupakan kejadian diparkiran sekolah tadi.

Baru sekitar jam 6 sore lah Dava mangantar pulang Salsa.

"Makasih ya Dav atas traktirannya" Dava menampilkan wajah kesal namun itu hanya pura-pura. "Iya, nge-traktir lo bikin dompet gue hampir abis, lo kalo habis sedih makannya sebakul ya" Salsa tertawa melihat wajah kesal Dava.

"Lain kali bisa lah traktir gue lagi" Dava langsung menggeleng cepat. "Engga-engga. Enak aja gantian lo yang traktir gue"

"Yaudah besok gue traktir lo di kantin"

Dava menyeringai. "Wah gue tahu arti seringaian lo. Tenang aja besok lo puas-puasin aja makan, gue yang bayar!" Dava tertawa karena melihat wajah jengkel Salsa.

Kebersamaan mereka tadi siang membuat Dava dan Salsa semakin dekat. Dava senang akhirnya Salsa melupakan kesedihannya. Kini Dava tahu siapa orang yang membuat Salsa menangis setelah Salsa menceritakan semuanya. Orang itu adalah Marcel. Dava menganggap bahwa Marcel tidak gentle karena melanggar janjinya pada perempuan.

Just A Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang