Dia duduk di seberang mejaku
Matanya menatapku seolah meminta maaf
Mulutnya menggumam pelan
"Nana, oke, kakek ingat."
Aku tersenyum ke arahnya
Mulai menyentuh sendok garpu di hadapanku
Lima menit kemudian ia bertanya siapa namaku
Aku tersenyum meski kalbuku kembali teriris
"Nana, Kek. Hayo, jangan lupa lagi, ya."Empat belas tahun yang lalu
Aku duduk di pangkuannya
Sambil menunjuk buku cerita bergambar
Ia menanggapiku sambil diselingi tawa
Andai tawa tersebut dapat direkam kamera
Oh, kakekku fotografer pada masanya
Kamera buatan Jepang tersebut ditumpuk di laci bawah rumahku
Masih dalam kondisi bagus
-kakekku pandai merawat barang.Pendiam, kakekku itu
Aku tak mengingat suaranya lagi
Yang kuingat adalah di saat-saat terakhirnya
Dimana ia meracau, memanggilku dengan nama saudara jauhnya yang telah duluan digerogoti waktuPembohong, kakekku itu
Padagal ia berjanji akan melawan pembuluh darah bandel di otaknya
"Nanti, pas kamu masuk SD, kakek janji kakek sembuh,"
Katanya.
Tidak pernah sembuh.
Ia tidak berusaha menyembuhkan dirinya.
Obat-obat yang diberikan dokter pun tak pernah ditelannya
Diselipkan di bawah bantal tempat ia tak pernah beranjak
Andai saja aku sudah cukup dewasa untuk bertindakKadang aku suka berandai
Ia mengikuti kemana pun ku melangkah
Menjadi peri pelindung
Sosok ayah dari figur abu-abu milikkuIni, sepatah kata yang ingin kubilang jika kau masih mampu melihatnya:
Apa kabar, kek? Gimana di sana? Apakah kakek baik-baik saja?
Disini aku lebih berusaha untuk membanggakan dirimu -dibanding kedua orangtuaku.
Aku harap aku terlahir lebih tua, agar memiliki lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama
Lima tahun itu singkat sekali, Kek
Tapi mungkin kau memang lebih baik di atas sana.
Jagain Nana, ya? Nanti, pas waktu Nana di dunia habis, kakek jemput Nana, ya? Jangan lupa dandan yang ganteng. Hehe.Nana sayang kakek.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mind of Mine
PoetrySekadar curahan hati gadis SMA yang kata orang "masih belum tahu apa-apa".